Brilio.net - Film drama roadtrip terbaru persembahan Adhya Pictures dan Pomp Films, Tulang Belulang Tulang karya sutradara Sammaria Sari Simanjuntak bakal tayang di jaringan bioskop mulai hari ini. Film ini berkisah tentang sebuah keluarga yang akan melaksanakan upacara “Mangokal Holi” (pemindahan tulang belulang leluhur), yang menjadi kebanggaan bagi keluarga Batak yang mampu melaksanakannya.

Celakanya, koper berisi tulang belulang Tulang Tua (Kakek Buyut) hilang! Mereka harus segera menemukan tulang kalau tidak mau dikutuk Opung (Nenek) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di tepi Danau Toba.

Tulang Belulang Tulang © 2024 brilio.net foto: dok. adhya pictures-pomp films

Perjalanan mencari tulang memaksa mereka bersatu mengarungi banyak cobaan, mulai dari ngebut-ngebutan di jalanan berliku di tepian Danau Toba, kejar-kejaran dengan anjing pemakan tulang, sampai melintasi hutan ber-harimau, menggunakan high heels! Kehormatan keluarga mereka dipertaruhkan. 

Perjalananan ini membuat mereka mempertanyakan kembali apa arti harga diri bagi keluarga. Layaknya perjalanan Mami Laterina bersama keluarga, perjalanan film ini juga tidaklah mudah dan penuh liku. Memproduksi film dengan cerita lokal, dilandasi semangat kekeluargaan seluruh tim di film ini, membawa “Tulang Belulang Tulang” akhirnya bisa tayang di bioskop dan akan menghibur masyarakat Indonesia.

Tulang Belulang Tulang © 2024 brilio.net foto: dok. adhya pictures-pomp films

Produser “Tulang Belulang Tulang” Shierly Kosasih menuturkan, perjalanan film ini memiliki lika-liku yang panjang. Namun dengan semangat kekeluargaan yang dibina bersama seluruh tim yang terlibat, memberikan kesan mendalam. Ada kesenangan luar biasa untuk bisa ada di lingkungan produksi kreatif yang nyaman, terlebih dengan adanya ruang eksplorasi bagi para sineas perempuan. 

“Film ini membawa semangat kekeluargaan, relationship healing antar generasi serta indah dan kentalnya tradisi Indonesia,” ujar Shierly.

Tulang Belulang Tulang © 2024 brilio.net foto: dok. adhya pictures-pomp films

Film yang mengangkat budaya Batak ini dibintangi Atiqah Hasiholan (Mami Laterina), Tasha Siahaan (Cian), Tanta Ginting (Tulang Ucok), David Saragih (Papi Mondo), Cornel Nadeak (Alon), Lina ‘Mak Gondut’ Marpaung (Opung Tiolin) dan Landung Simatupang (Tulang Tua). Semua pemeran ini juga memiliki darah keturunan Sumatera Utara.

Selain para pemeran, jajaran kru film juga didominasi para sineas perempuan berdarah Sumatera Utara. Di antaranya sutradara dan ko-penulis Sammaria Sari Simanjuntak, ko-penulis Lies Nanci Supangkat, sinematografer Anggi Frisca, assistant director Eigi Pohan, hingga makeup artist Stella Gracia. Selain mereka, assistant director Genhart Manullang dan VFX Artist Erickson Siregar juga berdarah Sumatera Utara. 

Mengeksplorasi keindahan Danau Toba dan setiap sudutnya, membuat “Tulang Belulang Tulang” menjadi film yang menyuguhkan perjalanan keluarga Batak Mami Laterina. Film ini memadukan kekayaan tradisi masyarakat Batak dengan tema universal tentang keluarga, identitas, dan pencarian makna.

Tulang Belulang Tulang © 2024 brilio.net foto: dok. adhya pictures-pomp films

Upacara Mangokal Holi, menjadi latar belakang yang mengharukan bagi perjalanan pribadi para karakter di film. Dari momen kesialan namun lucu di jalan hingga momen-momen yang mengharukan, film ini menawarkan perpaduan yang menyenangkan antara tawa dan emosi.

“Berada di perjalanan yang melintasi Danau Toba, tentu saja disuguhi pemandangan yang indah dan udara yang dingin. Danau Toba adalah sesuatu yang majestic. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak di film ini,” kata sang sutradara, Sammaria Sari Simanjuntak.

Tulang Belulang Tulang © 2024 brilio.net foto: dok. adhya pictures-pomp films

Sementara itu, Atiqah Hasiholan yang berperan sebagai Mami Laterina menambahkan, di balik keindahan Danau Toba yang menjadi latar film ini, juga seperti menjadi cerminan perjalanan film “Tulang Belulang Tulang.”

“Sama seperti danau Toba, untuk menikmati keindahannya kita juga dihadapkan pada jalanan yang berliku, keluarga di film ini pun menghadapi tantangannya. Seperti perjalanan filmnya, yang panjang namun pada akhirnya bisa dipersembahkan untuk penonton Indonesia,” tutup Atiqah.