Brilio.net - "Dua Hati Biru", sekuel dari film "Dua Garis Biru", kembali menghadirkan kisah yang menyentuh hati penonton. Film ini mengangkat tema tentang kehidupan rumah tangga muda. Disutradarai oleh Gina S. Noer dan rekannya Dinna Jasanti, film ini telah tayang di bioskop pada April 2024. Sementara, kini juga sudah bisa ditonton lewat Netflix.

"Dua Hati Biru" melanjutkan perjalanan hidup Bima dan Dara yang kini telah memasuki babak baru sebagai orang tua muda. Melanjutkan kisah dari film pertama, di mana Bima dan Dara, sepasang remaja SMA, harus menghadapi konsekuensi dari hubungan mereka yang berujung pada kehamilan di luar nikah. "Dua Hati Biru" membawa penonton ke dalam realitas kehidupan Bima dan Dara.

Film ini dengan berani menggambarkan tantangan dan dinamika yang dihadapi oleh keluarga muda. Penonton diajak untuk menyaksikan perjuangan Bima dan Dara dalam menyeimbangkan perannya sebagai orangtua, pasangan, mencari hingga nafkah. Hal ini memberikan gambaran yang realistis tentang kompleksitas kehidupan rumah tangga di usia muda.

Salah satu yang menarik dari film ini adalah bagaimana sutradara menggambarkan perubahan karakter Bima. Dari seorang remaja yang masih mencari jati diri, kini Bima harus tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab dan dewasa dalam waktu singkat. Proses ini tentunya tidak mudah dan penuh dengan hambatan, namun justru itulah yang membuat cerita ini begitu menarik dan relatable.

Tak hanya fokus pada kehidupan Bima, film ini juga memberikan gambaran tentang dampak keputusan Dara untuk melanjutkan studinya di Korea. Hal ini menambah dimensi pada cerita dengan menunjukkan konsekuensi dari pilihan yang berbeda yang diambil oleh kedua karakter utama.

Selain itu, "Dua Hati Biru" juga menyoroti isu-isu sosial yang sering dihadapi oleh orang tua muda, seperti stigma masyarakat, kendala ekonomi, dan dilema antara mengejar impian pribadi atau mengutamakan keluarga. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk merefleksikan pandangan mereka tentang pernikahan dini dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Film ini tidak hanya berfokus pada satu permasalahan, tetapi menghadirkan berbagai konflik yang muncul secara berurutan. Keputusan untuk tinggal bersama mertua, yang awalnya tampak sebagai solusi, justru menimbulkan masalah baru. Ditambah lagi dengan kesulitan komunikasi antara Dara dan Adam, yang masih dipengaruhi oleh ego dan beban tanggung jawab yang harus mereka pikul.

Kekuatan utama film ini terletak pada konflik-konflik yang sangat relatable dengan kehidupan nyata masyarakat. Dialog-dialog dan permasalahan yang disajikan berhasil menarik penonton ke dalam cerita. Nurra Datau memberikan penampilan yang meyakinkan sebagai Dara, bahkan membuat penonton melupakan bahwa ia menggantikan pemeran sebelumnya. Aktor-aktor pendukung seperti Cut Mini, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, dan Keanu Angelo juga membuat film semakin menarik.

Penulisan skenario oleh Gina S. Noer patut diapresiasi karena keberaniannya dalam menggambarkan konflik secara intens dan realistis. Setiap adegan-adegan seolah menunjukkan realitas yang ada dalam kehidupan nyata.

Sebagai sekuel, "Dua Hati Biru" tidak hanya melanjutkan kisah yang telah dimulai, tetapi juga memperdalam eksplorasi karakter dan tema yang diangkat. Film ini bisa memberikan sudut pandang baru tentang perjalanan hidup dua insan yang harus menghadapi konsekuensi dari keputusan masa lalu mereka, sambil tetap berjuang untuk masa depan yang lebih baik. “Dua Hati Biru” bisa memicu diskusi yang lebih luas tentang pentingnya pendidikan seks dan tanggung jawab dalam menjalin hubungan, terutama di kalangan remaja.