Brilio.net - Saat ini tren permainan anak berubah, dari yang awalnya suka mengeksplore dengan permainan yang mampu bersosialisasi dengan banyak orang, kini banyak anak-anak yang justru beralih ke gadget. Seperti kita ketahui, penggunaan gadget pada anak yang berlebih dapat menyebabkan banyak risiko, baik kesehatan otaknya hingga sosialiasasi dengan orang sekitar.
Sebab itu, Psikolog Klinis Ratih Ibrahim mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan orangtua agar anak tidak kecanduan bermain gadget. "Orangtua harus simpen gadget, berikan waktu bersama anak. Mungkin anak pasti akan sakau, rewel kalau nggak dikasih gadget tapi bisa dicoba dengan mendongeng, bercerita apaoun ke anak," ujar Ratih kepada media dalam acara Dongeng Aku dan Kau, Dancow Advanced Excelnutri+ di Jakarta, Kamis (18/7).
Menurutnya memang sulit menjauhkan anak dari gadget apalagi bila anak sudah kecanduan. Ratih juga menjelaskan ia memiliki pengalaman memiliki anak kecanduan gadget. Ketika anak sudah kecanduan, merebut gadget dari anak itu harus dilakukan orangtua. Anak marah sudah pasti, namun ia memiliki cara untuk menenangkan si anak.
"Sambil menghibur anak saya yang marah, saya pijit pakai minyak telon, saya ceritain dongeng, ceritain sambil dikelitikin, lama-lama dia lupa. Lalu saya ajak main keluar, bikin layang-layang, bikin sesuatu yang kreatif," jelasnya.
Menurutnya, ketika hubungan anak dan orangtua bisa lebih asik dari main gadget tandanya mereka (orangtua) telah menyalamatkan anak mereka dari kecanduan gadget. "Tapi mesti tabah kitanya, nah yang sering kita nggak tahan adalah repotnya. Kita takut repot kalau anak berantakin rumah, daripada rumah berantakan nggak karuan karena anak bermain segala macam lagi eksplore ini itu, ya udah mending kita kasih gadget aja ke anak biar dia anteng, yang ngeracunin sebenarnya siapa? Kita sendiri kan, karena kita malas repot," paparnya.
Oleh sebab itu, setiap orangtua harus berani untuk disiplin untuk membiasakan tidak bermain gadget di depan anak. Selain itu juga orangtua harus berani repot-repot bila rumahnya diberantakin oleh anak. "Karena yang punya anak kita, Tuhan ngasih karena kita minta ya udah tanggung jawab. Repot rumah berantakan segala macem ya ikhlasin, anak lagi bereksplorasi dan itu perlu agar mereka kreatif," pungkasnya.