Brilio.net -Mendengar kata perang, pasti yang ada dalam benak kamu adalah kontak senjata. Tapi di zaman sekarang tanpa kamu sadari hampir semua negara di dunia sedang berperang, termasuk Indonesia. Ya, tapi bukan perang adu kuat senjata melainkan perang teknologi informasi alias proxy war. Kayak apa sih?

Nah kamu tahu kan kalau zaman sekarang batas antara satu negara dengan negara lainnya begitu tipis. Malah ada istilah borderless, tanpa perbatasan. Karena itu, di era sekarang, menjaga batas negara nggak bisa hanya mengandalkan pendekatan keamanan saja. Terlebih Indonesia yang berbatasan langsung dengan sejumlah negara.

Indonesia Perang  2016 brilio.net

Pelabuhan Nunukan, salah satu pintu masuk orang dan barang dari negara tetangga.
foto: brilio.net/Yani Andryansjah

Kalau kamu sadari, saat ini Indonesia juga sedang berada di zona proxy war, perang antar negara yang mencoba menyebar pengaruh budaya, nilai dan lainnya. Nggak jarang masyarakat Indonesia merasa menjadi warga negara lain karena saban hari mengonsumsi informasi termasuk sinyal seluler dari negara tetangga.

Sementara itu, warga negara asing yang masuk ke wilayah Indonesia kadang merasa berada di negaranya sendiri karena sinyal telepon milik mereka bisa dijangkau. Vice President Corporate Communication Telkomsel, Adita Irawati menceritakan, dalam sebuah patroli keamanan laut, tentara Indonesia pernah menangkap kapal berbendera negara tetangga.

"Saat ditangkap warga negara asing itu ngotot bahwa mereka masih ada di wilayah negaranya dengan menunjukkan bahwa dia masih leluasa menggunakan telepon seluler dari negaranya," cerita Adita.

Indonesia Perang  2016 brilio.net

Jaringan BTS yang dimiliki Telkomsel di seluruh Indonesia. (foto: Telkomsel)

Fakta ini membuat Telkomsel, sebagai provider telekomunikasi di Indonesia bertekat memperbanyak BTS, khususnya di wilayah perbatasan. Bukan semata-mata karena hitungan bisnis lho, tapi lebih pada pelayanan kepada seluruh warga negara Indonesia, termasuk menjaga kedaulatan sinyal. Adita mengakui, saat ini Telkomsel belum menjangkau 100% wilayah Indonesia, yaitu sekitar 95% wilayah populasi (bukan wilayah geografis), namun jumlah ini masih yang terbesar dibanding provider nasional lain.

"Telkomsel secara konsisten terus menggelar jaringan hingga ke daerah pelosok dan perbatasan untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Contohnya di Sebatik, dan juga di Natuna. Kita tahu daerah Natuna memunyai nilai strategis saat ini," tambah Adita.

Saat ini Telkomsel sudah memiliki 627 BTS di daerah perbatasan. Tersebar mulai dari Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia (202 BTS), hingga Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini (39 BTS). Pembangunan jaringan telekomunikasi ini akan membuat daerah perbatasan menjadi lebih berkembang. Berbagai sektor yang ada seperti sosial, pendidikan, ekonomi, lingkungan, dan gaya hidup masyarakat bisa lebih meningkat. Keberadaan jaringan komunikasi juga akan membuat mereka menjadi lebihbangga sebagai bagian dari Indonesia.