Brilio.net - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran kian memanas. Sebelumnya seluruh rakyat Iran berkabung setelah petinggi militer mereka, Jenderal Qasem Soleimani, terbunuh dalam serangan militer yang dilakukan tentara AS, Jumat (3/1). Serangan tersebut disebut atas perintah Presiden AS, Donald Trump.

Pada Rabu (8/1), dikabarkan lebih dari selusin rudal balistik diluncurkan Iran kepada dua pangkalan militer AS di Irak. Ini menjadi serangan Iran paling signifikan dalam konflik yang berkembang di AS. Menurut salah satu pejabat pertahanan AS, setidaknya ada enam rudal yang menyerang pangkalan udara Al Asad, Irak Barat sekitar tengah malam.

Rudal yang dipakai Iran dalam penyerangan ini adalah rudal balistik. Tapi tampaknya Iran punya senjata lain yang lebih ampuh daripada rudal balistik. Selama satu dekade terakhir, Iran secara diam-diam tengah memutakhirkan kemampuan rudal jelajahnya. Rudal jelajah diklaim lebih mutakhir dan tepat sasaran ketimbang rudal balistik.

Selain itu, sejak perang di Yaman dimulai, Iran juga secara tak langsung telah melakukan tes beberapa rudal jelajahnya. Salah satu kemampuan yang paling bikin lawan was-was adalah rudal jelajah ini bisa beroperasi di bawah pantauan radar.

Berikut ini deretan fakta rudal jelajah Iran, seperti brilio.net lansir dari warontherocks.com pada Rabu (8/1).

1. Lebih canggih dari rudal balistik.

<img style=

foto ilustrasi: pixabay.com

Pertama-tama, rudal jelajah dibawa oleh pesawat tanpa awak yang digunakan untuk penyerangan target darat. Sebelumnya profil penerbangan diprogram ke target yang telah ditentukan. Selama ini rudal jelajah yang paling terkenal adalah Tomahawk milik AS.

Minat Iran terhadap rudal balistik berkurang setelah perang Iran-Irak yang menghabiskan waktu selama delapan tahun. Namun karena keterbatasan sumber daya angkatan udaranya yang dahsyat, Iran mau tak mau kembali mengembangkan rudal balistiknya yang dianggap sering salah sasaran.

Pada tahun 1990-an program rudal balistik milik Iran berkembang jauh lebih canggih. Inilah awal Iran mulai melirik untuk mengembangkan lebih jauh, yakni rudal menggunakan rudal jelajah. Beberapa kecanggihan yang dimiliki adalah rudal jelajah bisa terbang dengan ketinggian rendah. Ukurannya yang kecil dari pesawat tempur tanpa awak dan sulit dideteksi oleh radar adalah daya tarik sendiri bagi militer Iran.

2. Rudal jelajah milik Iran kelasnya sama dengan rudal milik AS.

<img style=

foto ilustrasi: pixabay.com

Jejak pengembangan rudal jelajah jarak jauh Iran bisa ditelusuri dari Soviet. Pada 2001, Iran melakukan pengadaan melalui pasar gelap Ukraina sejumlah selusin rudal jelajah Kh-55. Rudal ini biasanya dipakai oleh Angkatan Udara Soviet.

Kemudian Iran dikabarkan untuk merekayasa ulang Kh-55. Pada 2012, Iran mengumumkan akan meluncurkan rudal jelajah yang diberi nama Meshkat. Sejak saat itu Iran terus menyempurnakan rudal jelajahnya. Pada 2015, mereka kembali mengenalkan rudal jelajah bernama Soumar. Soumar merupakan rudal jelajah penyempurnaan dari Kh-55.

Sementara itu pada Februari 2019, Iran mengungkapkan rudal jelajah Hoveyzeh. Rudal ini dilaporkan memiliki jangkauan 1.350 kilometer, membuatnya di kelas yang sama dengan Tomahawk milik AS.

3. Tak hanya darat, rudal jelajah Iran juga bisa menyerang kapal.

<img style=

foto ilustrasi: pixabay.com

Soumar dan Hoveyzeh merupakan rudal jelajah paling mutakhir yang dimiliki Iran. Meski demikian banyak yang menduga kalau Iran punya beberapa rudal jelajah lain dengan sistem yang tidak secanggih Soumar dan Hoveyzeh. Sebut saja rudal jelajah bernama Ya Ali dan Quds-1 yang pernah dipamerkan di pameran militer Iran.

Semua rudal jelajah milik Iran adalah rudal dengan target serangan darat. Namun rudal itu juga bisa diubah sistemnya menjadi rudal jelajah anti-kapal yang kekuatannya tak kalah eksplosif. Meski rudal jelajah anti-kapal tidak bisa mengaktifkan sistem tak terdeteksi radar.

4. Pertahanan rudal jelajah Iran dinilai cukup tangguh.

<img style=

foto ilustrasi: unsplash.com

Rudal jelajah milik Iran dianggap senjata yang tepat untuk menyerang AS. Pertahanan rudal jelajah cukup tangguh. Selain terbang di ketinggian rendah, waktu deteksi radar dan waktu respons untuk pertahanan udara juga sangat pendek.

Misalnya untuk rudal Hoveyzeh yang terbang di ketinggian 100 meter. Pertahanan udara target harus mencegat dan menghancurkan Hoveyzeh dalam waktu kurang dari empat menit. Itu kalau bisa terdeteksi radar sejak awal. Tapi karena Hoveyzeh yang bisa tak terdeteksi membuat waktu mencegat jadi lebih sedikit.