Brilio.net - Ledakan misterius yang melibatkan alat komunikasi pager mengguncang Lebanon pada hari Selasa (17/9/). Peristiwa ini terjadi saat ratusan anggota Hizbullah, kelompok militan Syiah, menggunakan pager yang tiba-tiba meledak secara bersamaan. Hingga kini, sembilan orang dilaporkan tewas, sementara sekitar 3.000 lainnya terluka, termasuk duta besar Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani.

Ledakan terjadi sekitar pukul 03.30 sore waktu setempat, saat banyak orang tengah beraktivitas di tempat umum. Pager yang berada di tangan atau saku penggunanya mendadak memanas dan kemudian meledak, menyebabkan kepanikan di berbagai lokasi seperti pusat perbelanjaan dan pasar.

Banyak korban mengalami luka serius, terutama di bagian wajah, tangan, dan perut. Di antara korban tewas, seorang gadis berusia delapan tahun serta putra seorang anggota parlemen Hizbullah menjadi sorotan.

Menurut seorang pejabat Hizbullah yang berbicara secara anonim, ledakan ini terjadi di daerah-daerah yang menjadi basis kuat kelompok tersebut, seperti pinggiran selatan Beirut dan wilayah Beqaa di Lebanon timur, serta Damaskus, Suriah. Sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan detik-detik sebelum ledakan, ketika pager-pager mulai memanas sebelum akhirnya meledak, menambah suasana mengerikan di tempat kejadian.

Hizbullah dan pemerintah Lebanon dengan cepat menyalahkan Israel atas ledakan tersebut, menuding ini sebagai serangan canggih yang dilakukan dari jarak jauh. Tuduhan ini tidak mengherankan, mengingat meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 yang memicu konflik di Jalur Gaza.

Kedua pihak telah saling tembak di perbatasan Israel-Lebanon, sehingga hubungan keduanya semakin tegang. Namun, seperti biasa, militer Israel menolak memberikan komentar terkait insiden ini.

"Kami menganggap musuh Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas agresi kriminal ini," ujar Hizbullah dalam sebuah pernyataan resmi.

Hingga kini, penyebab pasti dari ledakan ini masih belum jelas. Beberapa analis menduga bahwa jaringan radio yang digunakan oleh pager mungkin telah diretas, memicu reaksi berantai yang menyebabkan ledakan.

Menurut Charles Lister dari Middle East Institute, ada kemungkinan bahwa bahan peledak kecil telah disembunyikan di dalam baterai pager, yang kemudian diledakkan dari jarak jauh menggunakan teknologi canggih.

"Badan mata-mata Israel Mossad mungkin menyusup ke rantai pasokan yang digunakan Hizbullah untuk pager ini," kata Lister, mengacu pada dugaan bahwa Israel terlibat dalam sabotase perangkat komunikasi tersebut.

Selain itu, seorang analis data bernama Ralph Baydoun juga memberikan pandangan serupa, menyoroti bahwa sistem pager yang tidak terhubung ke internet bisa saja dimodifikasi sehingga menyebabkan panas berlebih dan ledakan.

"Menurut saya, yang terjadi adalah setiap (anggota) Hizbullah yang berada pada level tertentu diserang," ujar Baydoun kepada Al Jazeera.

Rumah sakit di Lebanon kewalahan menangani ribuan korban luka, dengan banyak pasien harus dirawat di tempat parkir rumah sakit. Para korban yang terluka kritis mengalami cedera serius di berbagai bagian tubuh mereka, dan pihak medis bekerja dengan sumber daya yang terbatas untuk menangani situasi darurat ini.

"Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah melihat seseorang berjalan di jalan... dan kemudian meledak," kata Musa.

 

Saat ini, penyelidikan masih terus berlangsung, sementara suasana di Lebanon tetap tegang. Kejadian ini semakin memperuncing ketegangan yang sudah lama berlangsung antara Hizbullah dan Israel, yang diperkirakan akan memicu eskalasi konflik lebih lanjut di kawasan tersebut.