Brilio.net - Saat memiliki keyakinan untuk menuju jenjang pernikahan, sebuah pasangan tidak bisa hanya bermodal cinta. Pasalnya, menikah merupakan bentuk hubungan yang tidak terbatas oleh waktu dan yang diharapkan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Menjalani kehidupan pernikahan juga butuh kesiapan mental dari masing-masing pasangan. Sebab, mereka harus saling menerima kekurangan atau kelebihan pasangan. Yang terpenting adalah tidak boleh menyerah ketika menghadapi masalah rumah tangga.
Biasanya banyak pasangan yang lebih mementingkan emosinya, hingga akhirnya perceraian pun terjadi. Meskipun perceraian boleh dilakukan tetapi seharusnya menjadi pilihan terakhir yang ditempuh ketika segala upaya menyelamatkan pernikahan gagal dilakukan.
Faktanya, saat ini perceraian kian marak terjadi di kalangan sosialita dan juga selebriti. Bahkan, bukan hanya pernikahan yang seumur jagung, selebriti yang sudah menjalani bahtera rumah tangga puluhan tahun pun tak sedikit yang memilih bercerai.
Psikolog Klinis Perkawinan, Titi Sahidah membenarkan bahwa kasus perceraian di Indonesia setiap tahunnya meningkat. Tak hanya di kalangan selebriti saja, namun di lingkungan masyarakat biasa pun juga terjadi.
"Hanya saja karena kalangan selebriti adalah kalangan yang dikenal oleh khalayak ramai, maka terkesan terdapat tren tersebut di kalangan selebriti," katanya saat dihubungi brilio.net melalui pesan singkat, Selasa (18/7).
Menurut Titis, sapaan akrabnya, ketika seseorang memutuskan bercerai ada beberapa faktor yang terjadi.
"Ketika seseorang bercerai belum tentu hal tersebut berarti mereka tidak serius atau terburu-buru dalam menjalani hubungan. Harus dilihat kasus per kasus. Bisa saja seseorang bercerai karena alasan yang dapat diterima, misalnya KDRT," jelasnya.
Menurutnya, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, komitmen yang sudah dibuat bisa saja berubah.
"Pada hakikatnya, pernikahan adalah proses untuk tetap saling membahagiakan satu sama lain. Prosesnya timbal balik dan sepanjang usia pernikahan. Bisa saja, di awal seseorang serius dalam berkomitmen, namun di tengah pernikahan terdapat hal-hal yg tidak siap mereka hadapi sehingga mengubah komitmen yang dimiliki," tuturnya.
Sementara itu Psikolog Klinis Dewasa, Pingkan Rumondor membenarkan bahwa perceraian di Indonesia cenderung meningkat. Menurutnya, banyak faktor yang membuat perceraian itu terjadi.
"Karena buru-buru menikah sebelum siap, kurangnya komitmen dalam hubungan, ekspektasi yang tidak realistik. Khusus di Indonesia, beberapa perceraian terjadi karena campur tangan keluarga besar" paparnya.
Recommended By Editor
- Cara sederhana ini membantu kurangi ketakutan saat turbulence
- Tidur dengan kepala menghadap utara ternyata bahaya, ini alasannya
- Amankah telur dimakan mentah? Ini lho fakta ilmiahnya
- Kenapa bangunan 2.000 tahun lalu lebih kuat dari beton masa kini?
- Tanggal lahir ternyata bisa ungkap kepribadian, begini cara hitungnya