Brilio.net - Sebuah teleskop yang mempelajari matahari baru saja merilis gambar pertamanya. Teleskop tersebut bernama Teleskop Surya Daniel K Inouye milik National Science Foundation di Halaekala, Maui, Hawaii. Gambar tersebut memperlihatkan permukaan matahari dengan detail menakjubkan.
Para ilmuwan menyebutkan jika permukaan matahari yang berhasil ditangkap tersebut merupakan detail paling indah yang pernah dilihat. Detail permukaan tersebut mengungkapkan butiran konveksi seukuran Texas, dan fitur magnetik kecil, serta akar bidang yang membentang jauh ke luar angkasa.
Menurut astronom Jeff Kuhn dari Universitas Hawaii di Institut Astronomi Mnoa, pengamatan luar biasa tersebut akan memberikan wawasan yang jauh lebih besar tentang dinamika liar dari permukaan matahari, dan bagaimana mereka berdampak pada kehidupan di bumi.
"Ini benar-benar lompatan terbesar dalam kemampuan manusia untuk mempelajari matahari dari tanah sejak zaman Galileo," ungkapnya seperti dikutip brilio.net dari sciencealert.com, Kamis (30/1).
Gumpalan yang terlihat pada permukaan matahari tersebut dikenal sebagai butiran. Butiran itu juga merupakan puncak sel konveksi dalam plasma surya, dengan plasma panas yang naik di tengah, dan kemudian jatuh kembali ke tepi saat bergerak ke luar dan mendingin.
Meski terlihat kecil, namun setiap butiran tersebut melampui luas komprehensif hingga 1.600 kilometer. Lebih luas dari negara bagian Texas di Amerika Serikat yang memiliki panjang sekitar 1.270 kilometer.
foto: sciencealert.com
Bukan hanya ukuran butiran matahari, ada hal lain yang menarik para ilmuwan dari penemuan tersebut, yakni medan magnet yang dipelintir dan kusut oleh plasma. Medan magnet tersebut dapat menghasilkan badai matahari yang kuat hingga mampu merobohkan jaringan listrik di bumi.
Badai matahari yang kurang kuat masih dapat memengaruhi sistem komunikasi dan navigasi, serta menghasilkan aurora yang indah. Namun pemahaman dan kemampuan para ilmuwan untuk memprediksi cuaca di luar angkasa masih sangat terbatas.
foto: sciencealert.com
Dengan menggunakan Teleskop Surya Inouye tersebut, para ilmuwan berharap dapat membantu meningkatkan kemampuan dalam mempelajari cuaca luar angkasa.
"Prediksi kami tertinggal 50 tahun dari cuaca terestrial.. Yang kita butuhkan adalah memahami fisika yang mendasari di balik cuaca antariksa, dan ini dimulai dari matahari, yang akan dipelajari oleh Inouye Solar Telescope selama beberapa dekade mendatang," ungkap Matt Mountain dari pengelola teleskop Inouye.
Dengan rangkaian instrumen canggihnya, teleskop tersebut dapat mengukur dan mengkarakterisasi medan magnet lebih baik daripada yang sebelumnya. Pengukuran tersebut juga bisa membuat para ilmuwan memprediksi badai matahari lebih cepat.
Sebelumnya, para ilmuwan astronomi bisa mengetahui badai matahari 48 menit sebelumnya. Teleskop tersebut juga diharapakan dapat meningkatkan pemahaman tentang perilaku medan magnet dalam skala kecil yang mengarah ke badai matahari dapat meningkatkan waktu hingga 48 jam.
Teleskop ini sendiri akan berakhir pada Juni 2020 mendatang. Selama beberapa bulan mendatang, teleskop akan ditambahkan banyak instrumen untuk menambah kekuatan teleskop. Cryptocarimeter Near-Infrared Cryogenic (CryoNIRSP) dirancang untuk mengambil pengukuran medan magnet matahari di luar cakram surya yang terlihat, di korona.
Recommended By Editor
- Pertama kali di dunia black hole terekam jelas, ini penampakannya
- NASA deteksi jilatan matahari sampai atmosfer Bumi, bahayakah?
- 10 Foto galaksi Andromeda di langit Swiss ini siap manjakan matamu
- Astronot perempuan tertua ini pecahkan rekor baru di angkasa, keren
- NASA berhasil rekam badai raksasa di Jupiter