Brilio.net - Saat ini, kecenderungan masyarakat untuk menikmati liburan tinggi sekali. Bahkan liburan sudah dijadikan sebagai gaya hidup, terutama bagi milenial yang selalu ingin mencoba hal baru. Hal itu pula yang membuat tren liburan tiap tahunnya berubah terutama bagi milenial.
Chief Executive Officer tiket.com, George Hendrata mengatakan bahwa generasi milenial saat menikmati liburan, mereka lebih memilih ke tempat-tempat yang Instagramable. Selain itu, generasi milenial cenderung ingin mencoba sesuatu yang baru dan lebih dahulu dibanding orang lain.
"Milenial mau cari tempat yang baru, jadi mereka bisa share ke temen-temennya di sosial media, itu jadi suatu kebanggaan," ujarnya kepada media saat kunjungan ke kantor tiket.com di Jakarta baru-baru ini.
Lantas, seperti apa ya tren gaya liburan milenial di tahun 2020? Berikut penjelasannya yang brilio.net paparkan, Selasa (21/1).
1. Destinasi yang belum banyak dikunjungi orang.
Seperti yang kita ketahui, generasi milenial memang selalu ingin mencoba hal yang baru. Salah satunya saat menikmati liburan. Generasi milenial cenderung ingin mengeksplor tempat yang belum banyak dikunjungi orang. Hal itu yang menjadi kebanggaan untuk bisa dibagikan ke media sosial.
"Mereka sangat suka dengan fakta bahwa mereka dapat memberi pengaruh atau mengajak orang lain ke tempat beru tersebut," ucap George.
2. Wilayah Timur diprediksi jadi destinasi favorit generasi milenial.
Bagi milenial, traveling ibarat fashion, semakin banyak orang yang memakai atau menggunakan fesyen tersebut, justru akan semakin dihindari. Begitu juga dengan tempat wisata, milenial akan cenderung menghindari tempat-tempat yang mainstream. Mereka lebih memilih lokasi yang tidak banyak orang tahu karena itu lebih nyaman bagi mereka.
"Tahun ini (destinasi) yang akan naik seperti Mandalika, Labuan Bajo, Sumba. Daerah yang belum banyak terjamah," tambahnya.
3. Wisata eco tourism dan sustainable.
Saat ini generasi milenial cenderung mencari destinasi eco tourism atau sustainable. Jadi para milenial ini lebih menikmati liburan yang berbau adat dan budaya.
"Eco tourism ini yang sustainable, hal yang lebih nyambung ke culture. Daerah ini culture-nya beda-beda, baru. Bukan hanya pemandangannya, tipe dari makanannya juga beda, dari culture juga beda. Ini yang (membuat) jadi menarik," jelas George.
4. Kemudahan akses.
Sebagai negara kepulauan memang kesulitan saat berlibur di beberapa wilayah Indonesia terbilang memiliki akses yang sulit. Apalagi bila daerah pelosok yang aksesnya masih sulit. Beruntung, saat ini pemerintah sudah membangun berbagai akses infrastruktur agar pariwisata dalam negeri lebih maju, seperti pembangunan bandara, terminal, dan sebagainya.
Dengan begitu, bakalan semakin banyak tujuan penerbangan, yang membuat biaya perjalanan jadi lebih murah karena aksesnya sudah dibuat.
"Misalnya, saya pertama kali ke Labuan Bajo 3 tahun lalu nggak ada direct flight, sekarang ada direct flight, terus airport juga bagus. Sumba juga sama, dulu kecil, (rasanya) seperti datang ke pangkalan bus. Sekarang lebih bagus, dia bisa lebih banyak flight ke sana, jadi akses itu penting," pungkasnya.
Recommended By Editor
- Traveling libur Imlek di 6 spot ini, naik AirAsia mulai Rp 200 ribu
- 9 Hotel kapsul murah di Jakarta, harga Rp 100 ribuan
- 9 Aplikasi pencarian makanan halal, cocok untuk traveler
- Wisata dengan kapal pesiar jadi tren di kalangan anak muda
- Demi keliling dunia, 3 wanita asal Indonesia ini lakukan penipuan
- Destinasi liburanmu bisa dilihat dari kebiasaan makan, cek di sini!
- Lama tak muncul, begini kabar presenter cantik Medina Kamil