Brilio.net - Kalender telah menunjukkan hari Sabtu (31/8), ini merupakan hari terakhir menjelang Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1441 H yang jatuh pada Minggu (1/9). Dalam menyambut datangnya Tahun Baru Islam, setiap umat muslim di dunia pasti memiliki caranya masing-masing untuk merayakannya.
Hal tersebut tampaknya juga dirasakan masyarakat di Provinsi Bengkulu. Sebab datangnya 1 Muharram setiap tahunnya selalu dirayakan oleh Festival Tabut. Di tahun 2019, Festival Tabut digelar di Lapangan Merdeka, Kota Bengkulu. Ucapara tradisional ini dilakukan untuk mengenang kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Ali Thalib yang meninggal dunia pada 10 Muharram dalam peperangan.
foto: Brilio.net/Hira Hilary Aragon
Sementara itu, secara harfiah Tabut berasal dari kata Arab yang berarti peti. Namun di Festival Bengkulu, peti tersebut tidaklah ditampilkan hanya dalam bentuk kotak peti biasa, melainkan didesain indah dan penuh warna. Bahkan tak sedikit pula yang membentuknya secara bertingkat.
Sejak Sabtu (31/8), rangkaian acara Festival Tabut sendiri telah dimulai. Ucapara pembukaan Tabut disambut antusias dan hangat oleh semua kalangan, apalagi pembukaan Tabut juga menghadirkan tarian Jari-Jari Karbala, tarian yang mengisahkan perjalanan Husein bin Ali bin Ali Thalib.
Saat ditemui brilio.net pada Rabu (4/9), Sukri Ramzan, selaku Ketua Asosiasi Pengiat Seni Budaya Bengkulu menuturkan sejumlah rangkaian ritual Festival Tabut selama 10 hari. Dimulai dari Mengambik (mengambil) Tanah, hingga diakhiri dengan Tabut Tebuang (dibuang).
"Dimulai dari Mufakat Rajo Penghulu tanggal 31 Agustus, kemudian malamnya Mengambik Tanah. Dilanjut dengan Duduk Penja, ada ritual Menjara, Arak Serban, Arak Jari-Jari, Arak Seroban, Tabut Naik Pangkek, Tabut Besanding sampai ke Tabut Tebuang," ujar Sukri Ramzan.
Momen pembuangan Tabut 2017 foto: Instagram/@thekriezhna
Bicara soal kebudayaan, sejak hari pertama sudah diselenggarakan sejumlah lomba seni seperti musik Dol, lomba lagu Melayu dan Tari Kreasi Tabut. Menariknya, para kontestan yang ikut terdiri dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa.
Waktu itu, brilio.net berkesempatan menyaksikan secara langsung final musil Dol, Selasa (3/9). Acara yang dimulai sejak malam itu menampilkan anak-anak bangsa yang menunjukkan kepiawannya dalam memainkan alat musik Dol.
Salah satu penampilan yang berhasil memukau mata adalah Sanggar Muaro Raffesia. Para pria ini memukul Dol sambil menyanyikan lirik lagu "Gendang ditabuh cak itulah caranyo. Besamo kito bermain. Besamo-samo mengucapkan, Ya Nabi Salam. Ya Rasul Salam. Ya Habib Salam.. Sholawatullah Alaika,".
foto: Brilio.net/Hira Hilary Aragon
Lain halnya dengan penampilan Sangga Muaro Raffesia, kontestan yang satu ini juga tak kalah berhasil menyedot perhatian publik. Bagaimana tidak, meski hanya berpersonel tiga orang, mereka bisa membuat penonton yang hadir bersama dengan menyanyikan lagu Tabot Berkas.
Bahkan lirik yang sangat mudah diingat adalah 'Urang mete awak idak' atau dimaknakan sebagai 'orang ada pacar, aku enggak'. Begitu sebait lirik Tabot Berkas yang membekas di hati masyarakat malam itu dari peserta yang kenakan baju tradisional berwarna hijau ini.
foto: Brilio.net/Hira Hilary Aragon
Festival Tabut bukan cuma sebagai wujud merayakan 1 Muharram, namun juga membuktikan jika Provinsi Bengkulu kaya akan seni dan budayanya. Begitupun dengan semangat tinggi mereka dalam mempertahankan budaya dari generasai ke generasi.
Sukri menambahkan, jelang hari terakhir acara diisi oleh penampilan spesial dari World Tabut Percussion Festival (WTPF), di mana akan menghadirkan penampilan seni dari enam negara sekaligus.
"Amerika, Afrika Timur, Tanzania, Jepang, Jerman, dan Malaysia," tutur pria kelahiran Bengkulu ini.
Tentunya, salah satu momen yang paling dinantikan banyak orang adalah Tabut Bersanding dan Tabut Tebuang. Sukri menjelaskan Tabut Besanding mamerkan semua Tabut yang berkumpul di lokasi utama, sedangkan Tabut Tebuang jadi momen pawai Tabut melintasi beberapa kawasan di Bengkulu di akhir acara festival, pada tanggal 10 Muharram.
Bukan cuma pagelaran seni, para pengunjung dimanjakan dengan banyaknya stand pameran maupun jualan. Sehingga mereka tak hanya menikmati kesenian, namun pulang juga bisa membawa oleh-oleh berupa jajanan kekininan maupun makanan khas Bengkulu ataupun daerah lainnya.
foto: Brilio.net/Hira Hilary Aragon
"Kebetulan kita bagi dua zona, di panggung utama pameran dikelola Pemda Provinsi, sedangkan untuk usaha kecil menengah (UKM) di bawah yang dikelola oleh Pemda Kota. Jumlahnya stand sekitar 300-350," tambah Sukri.
Tika, selaku pengunjung di sana pun merasa syukur hadirnya Tabut memberikan banyak warna mengenai Bengkulu. Ia pun berharap Tabut setiap tahunnya selalu digelar dan bisa menjadi nilai lebih bagi pariwista Provinsi Bengkulu.
"Ini tahun ke-2 saya bisa ke Tabut, setelah sebelumnya sempat merantau di Pulau Jawa. Rasanya bangga, kebudayaan di Bengkulu sangat indah," ujarnya kepada brilio.net.