Menurut Soekmono, dalam bukunya Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 terbitan Kanisius, Panembahan Senopati adalah penguasa pertama Kesultanan Mataram. Dirinya yang sebelumnya tunduk kesultanan Pajang, memerdekakan diri setelah Kesultanan Pajang dilanda perebutan kekuasaan.

Di Kotagede yang dulunya bernama Alas Mentaok inilah, pemerintahan Kesultanan Mataram didirikan. Berbareng dengan momen tersebut, Masjid Gedhe Mataram turut dibangun sebagai tempat penyebaran Agama Islam di selatan pulau Jawa.

Sejak pertama kali dibangun, Masjid Gedhe Mataram telah mengalami beberapa kali perbaikan dan pengembangan. Dalam papan informasi yang menuliskan tentang sejarah tersebut, tertulis kalau masjid ini pernah kembali dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung.

"Pada 1796 untuk pertama kalinya masjid ini mengalami penambahan yakni bagian serambi depan timur. Kemudian pada tahun 1856, penampakan emperan dan pawudhon (tempat wudhu) serta pergantian atap sirap oleh Muhammadiyah. Pada 1926 dilakukan pembuatan pagar oleh Paku Buwana X," tulis keterangan sejarah pada papan yang berdiri beberapa meter di depan pintu masuk masjid ini.

Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta Brilio

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Tak jauh dari bangunan masjid, terdapat pula kompleks pemakaman raja-raja Jawa pada masa lalu khususnya di periode awal Kesultanan Mataram.

"Di belakang masjid terdapat Makam Agung, yang merupakan makam para peletak dasar Kerajaan Mataram Islam. Diantaranya adalah Ki Gede Pemanahan (ayah Panembahan Senopati), Panembahan Senopati, dan Panembahan Hanyakrawati (Seda Ing Krapyak). Selain itu ada makam Sultan Hamengku Buwana II, Pangeran Adipati Paku Alam I, serta sejumlah besar makan keluarga raja-raja Mataram lainnya," dikutip brilio.net dari keterangan dalam papan tersebut, Selasa (31/10).