Dulunya, Langgar Dhuwur Boharen dibangun oleh seorang pedagang bernama Muksin bin Mukmin pada tahun 1911/1912 Masehi berdasarkan tulisan tahun di dinding Langgar Dhuwur. Terletak di sisi barat bagian depan rumah pemilik, Langgar Dhuwur dibangun dengan konstruksi kayu yang ditopang oleh tiang tembok.
foto: brilio.net/Ricka Milla Suatin
Lokasi Langgar Dhuwur Boharen tepat berada di Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat Kotagede yang menjadi salah satu basis organisasi Islami sejak dulu, selalu memegang teguh tradisi dan ajaran Kejawen yang banyak bernuansa Klenik. Oleh karenanya, di Kotagede justru banyak ditinggalkan dan memegang nila-nilai keagamaan yang kental.
Sebelumnya, penempatan Langgar Dhuwur membentuk rangkaian yang melingkari Keraton Mataram di Kotagede, dan sering dianalogikan dengan Masjid Pethok Keraton Yogyakarta. Saat ini, hanya tersisa dua langgar saja, yaitu milik keluarga Achmad Charris Zubair di Boharen dan milik keluarga Alm. Dalhar Anwar di Jagalan.
"Walau Langgar Dhuwur Boharen ini masih eksis dan tak tergerus oleh waktu, namun sudah tidak dapat digunakan oleh umum lagi dan hanya bagian keluarga saja yang menggunakannya. Seperti yang telah diketahui juga bahwa saat ini sudah banyak sekali berdiri masjid dan musala untuk beribadah," ujar Achmad Charris Zubair atau yang akrab disapa Aris, saat ditemui brilio.net pada Jumat (14/10).
Dikarenakan strukturnya yang masih megah meski telah berusia ratusan abad, Langgar Dhuwur Boharen menjadi salah satu warisan budaya dan cagar budaya yang dilestarikan oleh pemerintah. Jadi, ingatkan diri kamu tentang unggah-ungguh atau sopan santun saat berkunjung ke Langgar Dhuwur Boharen ini ya!
Magang: Ricka Milla Suatin
Recommended By Editor
- Masjid tertua berumur 4 abad ini dulunya dikelola dua keraton
- Jatuh bangun perintis industri perak Kotagede Jogja agar tetap eksis
- Jelajah lorong Kotagede serasa kembali ke masa lalu
- Limun paling ngehits era 60-an ada di warung ini, kamu wajib coba!
- Kotagede bakal menjadi pusat musik keroncong Indonesia, kamu setuju?