Brilio.net - Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya dipenuhi dengan rerimbunan semak. Tidak jarang, daerah bantaran sungai juga digunakan sebagai lahan pertanian. Namun berbeda dengan sebuah DAS di kawasan Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul. Di sana berdiri sebuah pasar berkonsep tradisional dan alami yang diberi nama Pasar Kebon Empring.

Pasar Kebon Empring terletak di bantaran Kali Gawe, Dusun Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul. Menuju Pasar Kebon Empring hanya dibutuhkan waktu 30 menit perjalanan dari pusat kota Yogyakarta. Sepanjang jalan menuju Pasar Kebon Empring, ada hamparan sawah yang bisa memanjakan mata pengunjung.

Di dekat pintu masuk menuju Pasar Kebon Empring ada jembatan gantung yang dihias cat pelangi. Di lokasi Pasar Kebon Empring, ada beberapa rumpun pohon bambu yang membuat lokasi pasar semakin rindang.

"Karena posisinya kita di bawah rerimbunan pohon bambu, kalau bahasa jawanya kan 'empring' jadi makanya kita pakai nama itu," ujar Titik (41) pengelola sekaligus bagian publikasi Pasar Kebon Empring.

Pasar Kebon Empring dulunya bukan lah lokasi untuk wisata. Pasar yang terletak di bantaran Kali Gawe ini dulunya penuh dengan sampah rumah tangga, dari sampah kecil hingga televisi dan kasur bekas. Kondisi Kali Gawe semakin mengenaskan setelah badai Cempaka yang menyebabkan banjir pada 28 November 2017. Saking besarnya bencana banjir tersebut, jembatan permanen di Kali Gawe roboh.

"Jadi dulu sini itu tumpukan sampah banjir. Untuk pembersihan aja satu bulan," ujar Isnawan.

pasar kebun empring  ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Setelah jembatan jebol, dibangun lah jembatan gantung di Kali Gawe. Jembatan gantung tersebut diresmikan pada bulan Januari 2018. Salah satu pengelola Pasar Kebon Empring, Isnawan (41) mengatakan jembatan yang dicat dengan warna pelangi itu menarik perhatian warga.

"Habis jebol terus kita bikin jembatan gantung, jembatan pelangi banyak orang selfie, akhirnya kita manfaatkan," ujar Isnawan.

Terinsipirasi dari aktivitas warga yang kerap selfie di jembatan, Isnawan dan Titik berserta warga Bintaran menginisiasi untuk memanfaatkan lahan dekat jembatan gantung tersebut. Pengelola Pasar Kebun Empring melakukan pembangunan sejak Januari 2018 hingga Mei 2018.

Lokasi pasar dibangun di atas tanah seluas satu hektare, yang mana tanah 50 persen tanah warga dan 50 persen wilayah DAS sepanjang Kali Opak. Pasar ini mulai dibuka pada 17 Mei 2018, bertepatan dengan momen Ramadan. Beberapa penjual makanan untuk berbuka dipersilakan membuka lapak di Pasar Kebon Empring.

pasar kebun empring  ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Pasar Kebon Empring kini sudah berdiri selama sembilan bulan. Banyak wisatawan yang berkunjung di pasar ini. Meski demikian, pengelola menolak Pasar Kebon Empring disebut sebagai tempat wisata.

"Ini konsepnya kita pasar, jadi sampai saat ini kita masih malu disebut tempat wisata. Yang kita jual itu kenyamanan, ketenangan sehingga pengunjung merasa nyaman merasa damai di Pasar Kebon Empring," ujar Isnawan divisi kebersihan Pasar Kebon Emping.

Pasar Kebon Empring memiliki beberapa spot menarik. Ada jembatan pelangi yang menjadi spot foto andalan. Di pintu masuk disambut gapura berupa bambu. Ada juga patung hewan-hewan. Jalan setapak di Pasar Kebon Empring dihiasi batu-batuan kali.

Tepat di kanan kiri ada rerimbunan bambu dengan berbagai jenis yakni bambu Ori, Apus dan Ampel. Setiap bambu diberi nama dalam tulisan Aksara Jawa. Beberapa petunjuk di Pasar Kebon Empring juga ditulis dalam Aksara Jawa. Tujuan penulisan dalam Aksara Jawa ialah untuk melestarikan budaya.

Tidak cuma suasana yang nyaman, Pasar kebon Empring juga menyediakan beberapa permainan tradisional. Pengunjung bebas bermain egrang, bakiak, ayunan, dakon dan mainan lainnya di pasar ini.

pasar kebun empring  ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Di tengah pasar juga ada ikon andalan yakni lantai berbentuk bintang sudut delapan. Di atas lantai bintang delapan ini,biasanya diadakan pertunjukan tari dari kelompok anak-anak Dusun Bintaran Wetan. Lantai dengan ikon bintang delapan ini memiliki makna dalam.

"Bintang delapan ya, bukan bintang lima tapi delapan. Jadi kalau orang jawa itu delapan penjuru. Pengunjung dari sana dan situ biar ke kita" ujar Isnawan.

Di pasar ini ada sekitar 25 lapak yang menjual berbagai makanan tradisional. Lapak tersebut menjual 25 varian makanan berbeda plus satu menu tambahan. Alasan aturan pembedaan varian makanan yang dijual ini agar antar penjual tidak saling bersaing.

pasar kebun empring  ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Pengelola berharap orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan Pasar Kebon Empring selalu rukun. Aturan ini berhubungan dengan slogan Pasar Kebon Empring. "Resik kebone, resik pasare, ayem atine,itu slogan kami" jelas Titik.

Beberapa menu makanan yang dijual sangat bervariasi misalnya kopi bumbung, pisang goreng hangat, nasi bakar, nasi wader dan masih banyak lainnya. Pengelola Pasar Kebon Empring mengatakan penjual di lapak merupakan warga asli sekitar Bintaran Wetan."Kami memang nggak mengambil dari luar mbak, karena memang kita ingin mengangkat ekonomi sini, pemberdayaan masyarakat. Jadi memang ya dari kami untuk kami," ujar Titik.

Untuk menikmati suasana Kebun Empring, pengunjung tidak dipungut biaya masuk. Apabila ingin membeli makanan, langsung bayar tunai ke pelapak. Pengelola juga menyiapkan beberapa ban dan tikar untuk disewa. Untuk ban dipatok harga Rp 3.000,00 sekali sewa. Sementara tikar dipatok harga Rp 5.000,00 dan Rp 10.000,00 sekali sewa. Tidak ada batasan waktu dalam menyewa. Pengunjung juga dapat memainkan beberapa permainan yang disediakan secara cuma-cuma. Meski demikian dalam beberapa spot, ada kotak untuk sumbangan perawatan Pasar Kebon Empring.

Pengunjung bisa datang ke Pasar Kebon Empring setiap hari. Di hari Senin sampai Sabtu buka dari jam 10.00 WIB hingga mejelang malam hari. Sedangkan pada hari Minggu pasar ini buka dari jam 06.00 WIB hingga menjelang malam. Pengelola tidak menentukan kapan pasar kebon empring tutup. Mereka mengikuti kemauan pengunjung yang ingin menghabiskan waktu hingga malam di pasar ini.

pasar kebun empring  ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Sejak dibuka pada Mei 2018, jumlah pengunjungnya semakin meningkat. Setiap harinya, ada kurang lebih 300 pengunjung. Saat hari Sabtu jumlah pengunjung di atas 500 orang dan hari minggu di atas 2.000 orang.

Pasar Kebon Empring memiliki suasana teduh yang menenangkan. Namun ada kelemahan di pasar ini. Ketika hujan datang, belum ada aula untuk berteduh. Pengunjung harus berteduh di lapak milik warga. Tidak hanya itu, Pasar Kebnon Empring juga sering banjir. Akibatnya beberapa spot di Pasar Kebon Empring terbawa arus banjir.

"Kalau tidak banjir itu di tengah kali banyak tempat makan. Banyak yang hanyut, tapi kita dari awal sudah tahu kalau tempat ini sering kena banjir, tapi kita nggak mau berpikiran, karena kita sudah terbiasa kita nggak takut tapi kita jadikan spot, biar tambah semangat," ujar Isnawan.

pasar kebun empring ivanovich aldino

foto: brilio.net/Syamhu Dhuha

Karena sudah tau sering terjadi banjir, pihak pengelola selalu standby memantau kondisi sungai. Titik memiliki group WhatsApp yang berfungsi untuk mengetahui cuaca sekitar bantaran sungai. Ada yang memberi informasi kapan terjadi hujan lebat dan kapan banjir. Saat banjir datang, pengelola bisa bersiap-siap untuk mengangkat properti yang masih ada di sungai.

Selama sembilan bulan berdiri, terbukti Pasar Kebon Empring telah mampu mengangkat perekonomian warga. Ibu-ibu rumah tangga sekitar Bintaran Wetan kini memiliki aktivitas berjualan makanan. Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Setiap bulan ada kontribusi dari Pasar Kebon Empring untuk pemilik lahan, dari lahan tidak terpakai akhirnya ada kontribusi. Dan nominalnya pun lumayan besar," ujar Isnawan.

Tidak hanya dari warga, respons baik pun datang dari pemerintah. Pasar Kebon Empring pernah dilirik pihak Keraton Yogyakarta. GKR Hemas bahkan pernah memerintahkan untuk mengadakan rapat DPR di Pasar Kebon Empring.

Selain itu pemerintah sekitar juga mulai mengajak pengelola Pasar Kebon Empring untuk mengembangkan berbagai titik yang bisa dikembangakan di sekitar Bintaran Wetan. Pasar Kebon Empring pun menjadi pelopor pelaku wisata di Kecamatan Piyungan.

Kini Pasar Kebon Empring, terus melakukan pembenahan dan pengembangan. Pengelola Pasar Kebon Empring mengatakan pembangunan Pasar Kebon Empring kini sudah 70 persen. Pengelola mengatakan akan mengembangakan spot dan fasilitas baru di sekitar Pasar Kebon Empring. "Target kita tiga bulan kedepan kita sudah punya wahana outbond," kata Isnawan.