Brilio.net - Cuaca panas di siang hari menyelimuti kota Yogyakarta saat pulang kerja membuat suasana hati terasa lelah. Penatnya menjalani keseharian setelah bekerja membuat tim brilio.net tertarik ngopi sebentar. Saat itu, tujuan yang sudah ada di kepala adalah Klinik Kopi. Nama kedai kopi satu ini sekilas agak unik, jika dibandingkan dengan coffee shop pada umumnya. Inilah yang membuat tim brilio.net penasaran dan ingin mencoba secangkir kopi di sana.
Perjalanan dari kantor yang berada di pusat kota ke Klinik Kopi membutuhkan waktu 30 menit. Kepulan asap kendaraan yang begitu pekat, membuat tim brilio.net tidak sabar untuk sampai di Klinik Kopi yang berlokasi di Jalan Kaliurang KM 7.8, Sinduharjo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta.
Agak sulit untuk menemukan kedai Klinik Kopi. Lokasinya memang terlalu 'mblusuk' dan agak jauh dari jalan utama. Sebagai patokan agar tidak kesasar, saat sampai di titik Google Maps, kamu akan melihat tatanan bambu nan rapat. Di situlah kedai Klinik Kopi berada.
foto: brilio.net/devi aristya putri
Sesampainya di sana, tampak sejumlah kendaraan bermotor yang terparkir rapi di halaman, begitu juga deretan mobil. Setelah mengamati suasana di luar, tim brilio.net langsung masuk ke dalam kedai. Namun di sini ada yang agak mengusik pikiran, kedai kopi tersebut tampak sepi orang. Mulai diselimuti perasaan bingung, akhirnya ada seorang pegawai cafe yang menyuruh tim brilio.net masuk ke area dalam.
Setelah masuk, ada pemandangan yang tidak didapatkan di cafe mana pun. Tampak ada tiga hingga lima orang berada di area tersebut. Mereka tengah mengantre dengan kertas bernomor urut untuk menikmati secangkir kopi bikinan sang barista.
foto: brilio.net/devi aristya putri
"Ambil nomor antrean masuk aja ke dalam," ucap salah seorang lelaki yang sedang berkunjung.
Sembari menunggu nomor antrean, terdengar sayup-sayup perbincangan yang begitu asyik antara penyeduh kopi dengan sang customer. Situasi tersebut benar-benar menggambarkan kamu berada di sebuah klinik, namun bukan untuk berobat. Melainkan menikmati secangkir kopi. Dari sini, tim brilio.net langsung mendapatkan jawaban kenapa tempat ini disebut Klinik Kopi.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya nomor antrean tim brilio.net dipanggil oleh Pepeng, si barista. Ia pun mempersilakan tim brilio.net untuk masuk ke ruangan barista. Ruangan itu tertata rapi, mulai dari meja yang dipenuhi mesin kopi, beberapa toples berisi biji kopi, dan ada selingan mainan mobil-mobilan. Sementara itu, di balik meja ada dinding yang dilengkapi dengan beberapa cangkir kopi dan alat penyaring.
"Konsepnya kita ngelayanin secara personal gitu. Nggak yang dicampur gitu, jadi personal. Kalau yang datang rombongan yang dilayani satu nggak dicampur. Pasti obrolannya pasti beda," jelas Pepeng saat ditemui di Klinik Kopi belum lama ini.
foto: brilio.net/devi aristya putri
Recommended By Editor
- Barista Innovation Challenge 2022 jaring peracik kopi sustainable coffee drink
- Kopi Darat, acara ini bantu barista memperkaya kreasi racikan kopi
- Hadir di Baturaden, Lembah Patih suguhkan Gunung Slamet & air terjun
- Manfaatkan taman rumah, ini 7 cara Fenita Arie mendesain coffee shop
- 11 Seleb punya bisnis coffee shop, tak hanya jual nama tapi juga rasa