Brilio.net - Gemerlap YouTube sangat menyilaukan. YouTuber terkenal seperti Atta Halilintar dan Ria Ricis sering memperlihatkan kehidupan seleb internet di Industri 4.0 yang sarat gaya hidup mewah, seperti koleksi mobil mewah dan traveling ke luar negeri tanpa mikir budget seperti millenial kebanyakan. Atta Halilintar sendiri belakangan masuk jajaran YouTuber berpenghasilan paling besar. Prestasi mereka tentu menginspirasi ribuan millenial untuk menjadi the next best YouTuber.
Seakan semudah membalikkan tangan, siapa pun bisa menjadi YouTuber terkenal. Dengan konten yang asyik, kamu pun bisa menjadi YouTuber. Nggak hanya YouTube, platform lain seperti Instagram dan Facebook juga bisa jadi pilihan. Tak jarang juga, influencer mulai terkenal berkat debutnya di platform tersebut.
foto: Instagram/@attahalilintar
Like, komentar positif, dan upvote yang didapat dari warganet menjadi pemicu influencer atau YouTuber selalu berkarya. Bermodal konten yang apik, jalan menuju kesuksesan akan semakin mulus. Jumlah follower atau subscriber yang semakin tinggi jadi parameter suksesnya seorang influencer atau YouTuber.
Tak semuanya semulus pipi bayi, ternyata ada bahaya yang mengancam YouTuber dan Influencer. Rutinitas membuat konten yang menarik bagi audience ternyata bisa membuat kondisi mental YouTuber dan Influencer mengalami burnout atau kelelahan akut. Sepele tapi mematikan, Burnout bisa menjadi rintangan berat dalam karier.
Ria Ricis jadi saksi atas kerasnya burnout. Juli kemarin, YouTuber terkenal ini mengumumkan akan pamit dari platform tersebut. Sebanyak 15 juta subscribernya menyayangkan keputusan ini. Untung, Ria Ricis kembali membuat konten-konten menarik bagi pengikutnya hanya berselang dua hari setelah video pamitannya.
foto: Instagram/@riaricis1795
Selain Ria Ricis, influencer terkenal dunia juga pernah mengalami burnout akut. Casey Neistat, Michelle Pahn, Chris Boutte pernah mengalaminya. YouTuber dengan jumlah subscriber jutaan ini akhirnya mengambil rehat sejenak karena jenuh membuat konten hari demi hari.
Tanaya Alyssia, selebgram dari Yogyakarta juga pernah mengalami burnout berat selama kariernya.
"Beberapa bulan lalu sempat mengalami jenuh karena setiap harinya harus menghadapi hate speech," ujarnya saat ditemui Brilio.net di sebuah kampus swasta Yogyakarta.
foto: Instagram/@tanayaalyssia
"Aku vakum dari media sosial kurang lebih dua bulan," tambah selebgram dengan follower lebih dari 400 ribu itu.
Si cantik ini mengatakan bahwa hidupnya lebih tentram dan damai selama masa vakum tersebut. Walaupun begitu, Tanaya sadar bahwa dia harus menyelesaikan apa yang dimulainya.
"Akhirnya aku balik lagi di media sosial," ucapnya.
Tanaya merasa bahwa masa rehat atau vakum tersebut sangat bermanfaat dalam mengatasi burnout.
"Aku berasa psikis jadi lebih baik," ujarnya.
Wanita pemilik rambut panjang nan indah ini juga mengatakan bahwa dia merasa lebih bisa mencintai diri sendiri setelah vakum. "Ya udah terserah orang mau bilang apa, inilah aku," tegasnya.
Dokter Bambang Triono Cahyadi SpOG saat ditemui Brilio.net mengatakan bahwa fenomena ini berbahaya bagi kesehatan.
"Sibuk terus berhenti secara tiba-tiba sebenarnya bukan pola yang sehat," ujar dokter yang bertugas di RS Panti Rapih Yogyakarta ini. Menurutnya, perilaku burnout tidak efektif dan menjadi rintangan berat seorang influencer atau YouTuber.
Lalu bagaimana caranya menghindari burnout?
"Kita harus mengetahui target dan batas diri," jawab Bambang. Mengetahui target dan batasan kemampuan ternyata adalah kunci dari menghindari burnout.
"Saat target kita sudah terlampaui atau sudah mencapai batas kemampuan, sudah saatnya untuk berhenti," tambahnya.
Sementara itu, Tanaya sendiri mempunyai solusi bagaimana menghadapi burnout di tengah tantangan media sosial yang semakin berat.
"Pertama yang namanya self love harus bisa menerima apa yang ada di diri kita," ungkapnya. "Kedua kita harus punya target ke depan yang bisa dicapai untuk meningkatkan karier," tutup Tanaya.
Burnout tidak hanya berlaku bagi YouTuber atau influencer saja. Millenial dengan tantangan karier yang berat juga rentan akan permasalahan ini. Keseimbangan antara self love dengan karier ternyata menjadi solusi yang efektif menghadapi burnout berkepanjangan. Sudahkah kamu mencoba menyeimbangkannya?
Recommended By Editor
- Tak disadari, 10 kebiasaan ini terbukti tingkatkan produktivitas
- 6 Tipe orang dalam ambil keputusan, tentukan 10 tahun lagi jadi apa
- Huruf pertama yang terlihat bisa ungkap karakter tersembunyimu
- Kebiasaan 90 menit pertama tiap pagi ini bisa jadi kunci sukses
- 10 Alasan mengapa karyawan terbaik banyak yang mengundurkan diri