Brilio.net - Peran dan keberadaan perempuan di berbagai sektor kini sudah jauh lebih diakui. Namun jika dibandingkan dengan kaum laki-laki, akses dan capaian kaum perempuan masih kurang. Tak terkecuali dalam bidang kesehatan reproduksi. Belum lagi kaum perempuan juga lebih rentan mendapatkan diskriminasi dan stigma di masyarakat.
Ya, meski sudah mengalami kemajuan, perjuangan perempuan untuk 'merdeka' belum berakhir. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi kaum perempuan.
Tantangan inilah yang coba dijawab Andalan lewat acara bertajuk ‘Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan’ pada Minggu (8/3) kemarin. Digelar untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia 2020, acara ini jadi bentuk inspirasi dan motivasi terhadap perempuan Indonesia guna meningkatkan rasa percaya diri, berani mengambil peran dalam peningkatan kesehatan reproduksi, dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa tantangan yang masih dihadapi kaum perempuan jadi pembahasan menarik dalam talkshow inspiratif dengan tema seputar hak kesehatan reproduksi serta pemberdayaan perempuan. Mau tahu apa saja itu? Yuk simak langsung ulasan Brilio.net, Rabu (11/3) berikut.
1. Kesehatan reproduksi.
foto: DKT Indonesia
Meski memiliki peran penting dalam proses reproduksi, nyatanya justru masih banyak perempuan yang mengabaikan kesehatan reproduksinya. Bahkan menurut laporan HIV Triwulan II Tahun 2019 Dirjen P2PL Kemenkes RI, saat ini ibu rumah tangga menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi HIV.
Pada talkshow tersebut, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG menjelaskan berdasarkan sebuah survey, perempuan selalu menomor-duakan kesehatan diri sendiri. Hal ini membuat perempuan akhirnya mengabaikan tentang kesehatan reproduksi mereka dan sering mengalami berbagai gangguan kesehatan terkait dengan organ reproduksi, seperti masalah menstruasi, keputihan akibat stres, hingga komplikasi kehamilan.
"Padahal, perempuan memiliki anatomi reproduksi yang sangat kompleks. Berbeda dengan laki-laki, karena perempuan memiliki anugerah untuk bisa hamil, sehingga hal tersebut perlu direncanakan dengan baik," ujar Dinda.
2. Akses layanan kesehatan tak merata.
foto: DKT Indonesia
Tantangan kesehatan reproduksi semakin buruk dengan akses layanan kesehatan yang tidak merata. Didukung data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2019, dari total 9.993 Puskesmas yang ada di Indonesia, 29,2% di antaranya berada di Pulau Jawa. Sehingga rasio Puskesmas di setiap daerah berbeda-beda, misalnya Jakarta memiliki rasio 7.3 namun di Papua hanya memiliki 0.7 Puskesmas di setiap kecamatan.
Data lain dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan 36% perempuan berumur 15–49 tahun mengalami paling sedikit satu masalah dalam mengakses pelayanan kesehatan ketika mereka sakit. Sebanyak 15% dari perempuan memiliki kendala keterbatasan biaya dalam berobat, dan 11% terkendala mengakses layanan kesehatan karena jarak tempuh ke fasilitas kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.
3. Peraturan Perundang-Undangan yang tidak ramah.
foto: DKT Indonesia
Selain kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan juga jadi tantangan lain yang harus dihadapi. Misalnya, menurut data siaran berita Andalan yang Brilio.net terima, Rabu (11/3), terdapat 10% perempuan yang tidak memiliki keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, seperti perawatan kesehatan, pengeluaran, serta kunjungan keluarga atau kerabat.
Mariana Amiruddin selaku Komisioner Komnas Perempuan mengungkapkan, masih banyaknya Peraturan Perundang-Undangan yang tidak ramah perempuan di Indonesia menjadi salah satu kendala dalam pemberdayaan perempuan. Padahal, menentukan hak kesehatan reproduksi termasuk mengambil keputusan perencanaan kehamilan dan kelahiran, serta pemakaian kontrasepsi adalah upaya perempuan menciptakan keluarga berkualitas.
4. Tekanan sosial dan lingkungan.
foto: DKT Indonesia
Berbagai tekanan sosial dan lingkungan menambah beban kaum perempuan Indonesia. Sebut saja seperti urusan kapan akan menikah, memiliki anak, berapa anak, dan lainnya.
"Perempuan Indonesia seringkali mendapatkan tekanan dari lingkungannya, bahkan dalam situasi terkecil. Untuk itu, sudah saatnya kita sebagai perempuan saling memberikan dukungan, menjadi sahabat serta penyemangat satu sama lain, tidak menjatuhkan serta menerima adanya perbedaan sudut pandang. Terlebih lagi, Perempuan Andalan, harus bisa menjadi sosok yang kuat, mencintai dan menghargai dirinya sendiri, serta menginspirasi dan menjadi sahabat bagi perempuan lainnya," ujar Psikolog Analisa, Widyaningrum.
Selain talkshow, acara ini juga dimeriahkan pagelaran fashion show bersama model dari berbagai komunitas perempuan inspiratif yang menggunakan balutan busana dari Cotton Ink. Ada juga Pound Fit bersama Ullie Iswara dan Cooking Demo masakan sehat untuk mencegah anemia bersama Chef Edwin Lau.
foto: DKT Indonesia
Dilaksanakan di Central Park Mall, Jakarta, Andalan juga menghadirkan Breakthrough Wall untuk menginspirasi perempuan lain dengan kata-kata penyemangat yang positif.
foto: DKT Indonesia
Acara yang diperkirakan dihadiri lebih dari 1.000 perempuan ini sekaligus menjadi momentum Andalan untuk merayakan 20 tahun berada di Indonesia. Brand kesehatan reproduksi yang telah dipercaya perempuan Indonesia menjaga kesehatan reproduksi ini tiap tahunnya berhasil membantu 8,5 juta pasangan dalam proses perencanaan keluarga, serta mencegah 5.000 kematian bayi dan 1.100 kematian ibu di Indonesia.