Brilio.net - Di masa pandemi, menjaga imunitas tubuh sangat penting. Selain berolahraga, menjaga asupan gizi yang baik juga amat diperlukan. Nah masalahanya, saat ini ternyata masih banyak loh remaja atau anak muda yang kekurangan gizi. Indikasinya terlihat dari masih banyaknya penderita anemia.
Padahal kekuarangan gizi di usia remaja berdampak jangka pendek di kehidupan sehari hari dalam belajar dan beraktivitas. Sementara dampak jangka panjang bisa terjadi pada masa kehidupan dan generasi selanjutnya.
Penyebab utama anemia di kalangan remaja disebabkan mereka punya kecenderungan mengonsumsi makanan berisiko kesehatan seperti makanan tinggi gula, garam dan lemak meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hanya 1 dari 10 orang penduduk Indonesia yang cukup konsumsi sayur dan buah.
“Kondisi ini memperlihatkan bahwa konsumsi harian kita masih belum bergizi seimbang. Buah dan sayur memberikan sumbangan vitamin dan mineral yang penting untuk kelancaran fungsi tubuh, menjaga imunitas dan tentunya juga menjaga tubuh tetap sehat bebas anemia,” kata Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, DR Dhian P Dipo MA dalam webinar dengan tema Remaja Sehat Bebas Anemia 'Cermati Pilihan Panganmu untuk Penuhi Gizi Seimbangmu" dalam rangka memeringati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-61, belum lama ini.
Sebenarnya permasalahan gizi di Indonesia semakin membaik. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi balita kurang gizi, stunting, dan gizi menurun dibandingkan tahun 2013. Meski demikian, terdapat masalah gizi kurang, dan muncul masalah gizi lebih sehingga menempatkan Indonesia pada negara dengan kondisi masalah gizi ganda atau double burden masalah gizi.
Berikut beberapa fakta masalah kekurangan gizi dan cara mengatasinya yang wajib kamu ketahui.
1. Anemia di kalangan remaja
Konsumsi gizi seimbang divisualisasikan dengan isi piringku setiap kali makan. Bila diterapkan dengan benar, dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat. Konsumsi gizi seimbang dengan minum tablet tambah darah (TTD) satu kali seminggu terutama pada remaja puteri dapat mencegah terjadinya anemia.
“Saat ini masih terdapat tantangan terkait pola konsumsi masyarakat. Namun, sudah banyak potensi baik yang sudah dan terus dijalankan para remaja melalui pendidikan program gizi di sekolah,” lanjut Dhian.
2. Kurangnya konsumsi buah dan sayur
Sementara Perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Noer Laily menyatakan, remaja mengalami masalah gizi mikronutrien karena sejumlah faktor. Di antaranya kesadaran pemenuhan gizi pada remaja putri dan kesadaran mengadopsi pola makanan gizi seimbang masih kurang. Selain itu masih rendahnya konsumsi buah dan sayur, belum terpenuhinya kecukupan protein hewani, dan kurang aktivitas fisik.
“Terkait anemia, lebih dari 50 persen kasus anemia disebabkan karena rendahnya daya serap zat besi. BPPT menghasilkan Purula, inovasi makanan pendamping untuk melengkapi asupan zat gizi membantu cegah anemia,” kata Noer.
2. Asupan kaya serat
Purula mengandung hidrolisat kedelai (biopeptida) yang berfungsi meningkatkan penyerapan zat besi dalam darah. Seperti diketahiu, zat besi, asam folat dan vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah, serta rumput laut yg kaya akan cita rasa, serat pangan dan mineral. Tahun ini, BPPT memiliki program menyebarkan 50 ribu sachet Purula ke sekolah dan puskesmas. “Hasil uji efikasi menunjukkan konsumsi Purula dapat meningkatkan kadar serum Feritin dan penyerapan zat besi secara signifikan," kata Noer.
3. Yuk terapkan Isi Piringku
Dosen Departemen Gizi Masyarakat Universitas IPB Prof Dr Ir Dodik Briawan menjelaskan pentingnya gizi seimbang bagi remaja dan manfaat protein untuk perkembangan dan daya tahan tubuh. Dodik menyatakan gizi seimbang diwujudkan dengan slogan Kemenkes “Isi Piringku”.
“Isi piringku dengan lauk pauk sepertiga dari setengah piring, karbohidrat dua pertiga dari setengah piring, buah-buahan sepertiga dari setengah piring, sayuran dua pertiga dari setengah piring,” jelas Dodik.
5. Sosialisasi melibatkan anak muda
Program Manager Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Eny Kurnia memiliki cara tersendiri untuk menyosialisasikan pangan sehat. GAIN memiliki program “Saya Pemberani” yang melibatkan anak muda sejak 2019 sampai 2020. Melalui program ini, GAIN mendapatkan ide-ide kreatif dari anak muda untuk gizi pangan yang baik untuk promosi gizi seimbang.
GAIN juga menginisiasi "Pelajar Peduli Gizi". Dua pelajar peduli gizi Dini Novita dan Defi Dina dari SMPN 5 Tanggul, Kabupaten Jember, Jawa Timur, berhasil membuat komunitas untuk mengedukasi para remaja mengenai makanan yang bergizi dan aman.