Brilio.net -Keputihan menjadi salah satu masalah yang kerap dialami oleh kaum wanita. Dari segala umur, setiap wanita dapat dapat mengalaminya. Sebenarnya, keputihan merupakan hal yang normal, sebuah reaksi alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembaban organ kewanitaan.
Seperti yang dilansir dari Mayoclinic.com, keputihan sudah menjadi hal yang normal terjadi pada setiap wanita. Dimana pada kondisi ini, vagina wanita akan mengeluarkan lendir atau cairan. Keputihan yang normal mengeluarkan lendir berwarna putih atau bening. Keputihan yang normal disebut dengan keputihan fisiologis.
Bagi wanita yang sudah memasuki usia remaja atau masa puber, keputihan sering muncul sebelum atau sesudah masa menstruasi. Selain itu, masalah keputihan juga bisa terjadi pada ibu hamil. Namun, ternyata tidak semua keputihan dapat dikategorikan aman. Keputihan bisa menjadi salah satu tanda dan gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita.
Keputihan yang tidak normal atau disebut keputihan patologis, memiliki ciri-ciri seperti bau, gatal, dan jumlahnya cukup banyak. Biasanya keputihan yang tidak normal ini memiliki warna seperti kuning, abu-abu, kehijauan.
Keputihan biasanya terjadi karena perubahan hormon yang dipengaruhi siklus haid, stres, kehamilan, hingga aktivitas seksual. Agar terhindar dari masalah ini, salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim.
Terdapat beberapa penyebab dan cara mengatasi keputihan yang perlu diketahui oleh kaum wanita. Berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Senin (19/7), 17 penyebab keputihan tidak normal pada remaja dan ibu hamil, serta cara mengatasinya.
Penyebab keputihan pada remaja.
1. Penyakit radang panggul.
foto: freepik.com
Wanita yang mengalami radang panggul biasanya mengalami keputihan. Kondisi ini menyebabkan vagina begitu gatal dan berbau. Selain itu, terdapat beberapa hal lainnya yang dirasakan, seperti nyeri bagian perut dan bawah panggul, perdarahan, sakit saat buang air kecil, hingga demam menggigil.
2. Infeksi bakteri.
foto: freepik.com
Penyebab keputihan selanjutnya akibat infeksi bakteri pada vagina atau disebut vaginosis bakteri. Dikutip dari healthline.com, vaginosis bakteri merupakan infeksi bakteri yang paling sering terjadi pada perempuan. Vaginosis bakteri menyebabkan jumlah keputihan bertambah banyak, memiliki bau yang amis atau busuk.
Meskipun demikian, ada pula vaginosis bakteri yang tidak bergejala. Banyak faktor risiko yang bisa memicu ketidakseimbangan ini. Di antaranya sering gonta-ganti pasangan seks, penggunaan alat kontrasepsi, dan kurangnya menjaga kebersihan vagina.
3. Infeksi jamur.
foto: freepik.com
Selain infeksi bakteri, penyebab keputihan lainnya yaitu adanya infeksi jamur. Mengutip healthline.com, perempuan yang terkena infeksi jamur pada vagina akan menyebabkan keputihan berwarna putih seperti keju. Keberadaan jamur di vagina tidak akan menyebabkan masalah dalam keadaan normal. Namun, jumlah jamur yang tak terkendali dapat menyebabkan infeksi.
Selain berwarna putih, gejala keputihan yang muncul akibat infeksi jamur ini adanya rasa gatal dan seperti terbakar. Terdapat beberapa penyebab terjadinya infeksi jamur pada vagina, yakni stres, diabetes, penggunaan pil KB, hamil, serta menggunakan antibiotik dalam jangka panjang.
4. Stres dan depresi.
foto: freepik.com
Selain karena infeksi bakteri dan jamur, ternyata masalah psikis juga dapat menyebabkan keputihan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa masalah psikis yang dialami wanita, seperti stres dan depresi, merupakan suatu kondisi pemicu munculnya keputihan yang tidak normal. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa stres dan depresi dapat memicu terjadinya keputihan akibat infeksi jamur candida dan bacterial vaginosis.
5. Klam.
foto: freepik.com
Apabila kerap melakukan aktivitas seks secara tidak sehat, dapat menimbulkan infeksi bakteri penyebab keputihan. Infeksi tersebut dikenal dengan Klamidia trachomatis. Klamidia trachomatis adalah infeksi bakteri penyebab keputihan abnormal yang menular lewat hubungan seks vaginal (vagina), oral (mulut), dan anal (anus).
Jika diperhatikan, setelah 1-2 minggu terpapar infeksi ada berbagai gejala yang kerap muncul diantaranya sakit saat buang air kecil, keputihan berwarna kuning dan berbau, dan nyeri perut bagian bawah
hingga sakit pada anus.
6. Gonore (kencing nanah).
foto: freepik.com
Gonore termasuk ke dalam salah satu jenis infeksi menular seksual. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Dikutip dari healthline.com, gonore dapat menyebabkan keputihan berwarna kuning, agak kehijauan, maupun keruh. Apabila menemui gejala ini, segera periksakan diri pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.
7. Trikomoniasis.
foto: freepik.com
Infeksi trikomoniasis disebabkan oleh protozoa (organisme bersel tunggal) yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom, baik secara anal, vaginal, maupun oral. Dikutip dari healthline.com, trikomoniasis juga dapat terjadi karena menggunakan handuk atau pakaian renang secara bergantian dengan orang lain.
Apabila telah terkena trikomoniasis, perempuan akan mengalami keputihan berwarna kuning atau hijau yang berbau busuk. Selain itu, terjadi pula rasa nyeri, peradangan, serta gatal-gatal.
8. Servisitis.
foto: freepik.com
Ada berbagai hal penyebab keputihan, salah satunya peradangan pada leher rahim atau servisitis. Kondisi ini juga kerap muncul akibat infeksi menular seksual seperti klamidia, gonore, trikomoniasis, dan herpes kelamin.
Selain itu, pertumbuhan bakteri berlebih pada vagina juga bisa menyebabkan servisitis. Sama seperti penyakit infeksi bakteri lainnya, servisitis ditandai berbagai gejala seerti sakit saat buang air kecil, sakit saat berhubungan seks dan perdarahan.
9. Vaginitis.
foto: freepik.com
Vaginitis merupakan kondisi penyebab keputihan yang berbau dan berwarna tidak normal, dengan jumlah lebih banyak dari biasanya. Penyakit ini muncul akibat infeksi yang menyebabkan peradangan pada vagina. Peradangan juga bisa muncul akibat berkurangnya kadar estrogen setelah menopause dan beberapa kelainan kulit.
10. Human papillomavirus (HPV) atau kanker serviks.
foto: freepik.com
Perempuan yang terjangkit infeksi HPV akan mengalami keputihan berwarna merah atau cokelat dengan bau yang tidak sedap. Dikutip dari healthline.com, infeksi HPV terjadi melalui kontak seksual dan menjadi pemicu terjadinya kanker serviks. Untuk mengantisipasi terjadinya infeksi HPV, perlu konsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
11. Herpes kelamin.
foto: freepik.com
Herpes kelamin termasuk ke dalam salah satu infeksi menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks vaginal, anal, maupun oral. Dikutip dari laman Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service/NHS) Inggris, herpes kelamin menyebabkan keputihan yang tidak normal karena disertai rasa perih dan luka. Bahkan, penderita herpes kelamin ini memiliki luka merah akibat kulit yang melepuh di sekitar alat kelamin, anus, paha, hingga pantat.
12. Sabun dan pakaian dalam baru.
foto: freepik.com
Infeksi bakteri dan jamur bisa muncul dari sabun, detergen pencuci baju, atau pakaian dalam baru. Infeksi tersebut menyebabkan keputihan dengan gejala gatal pada bagian vagina. Biasanya hal ini bisa terjadi bagi wanita yang kulitnya sensitif. Jika mengalami rasa gatal pada bagian vagina, pastikan untuk tidak digaruk. Sebab, jika tetap menggaruk hal itu akan menambah parah. Diamkan saja dan rajin untuk membersihkannya.
13. Alergi.
foto: freepik.com
Keputihan juga bisa terjadi karena adanya alergi pada area vagina. Alergi ini biasanya disebabkan oleh pembersih vagina, pelumas, kondom, dan hal lainnya. Jika mengalaminya, segera hentikan pemakaian dan periksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
14. Penggunaan alat kontrasepsi.
foto: freepik.com
Pada dasarnya, keputihan dialami wanita di segala usia tidak hanya remaja dan ibu hamil. Bagi wanita yang ingin menunda kehamilan biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim terkadang dapat menyebabkan keputihan yang berlebih. Hal ini disebabkan karena respons tubuh terhadap benda asing. Gejala keputihan yang terjadi biasanya tidak berbau, namun menimbulkan nyeri panggul atau gatal.
Penyebab keputihan pada ibu hamil.
Tak hanya dialami oleh remaja, keputihan juga terjadi pada ibu hamil. Melansir dari Healthline, kondisi keputihan selama kehamilan merupakan kondisi yang normal. Bahkan saat masa terakhir kehamilan, terkadang muncul cairan berupa garis-garis lendir kental dengan garis-garis darah yang disebut 'show'. Hal ini merupakan tanda awal persalinan.
1. Peningkatan hormon estrogen.
foto: istockphoto.com
Seperti yang diketahui, estrogen merupakan hormon yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan karakteristik seksual wanita. Selain itu, hormon ini juga berperan untuk menjaga dan mempertahankan kekuatan rahim. Ketika kadar hormon estrogen pada ibu hamil terlalu tinggi bisa menyebabkan keputihan. Cairan yang keluar dari leher rahim ini sebenarnya merupakan sisa buangan dari rahim dan vagina.
2. Meningkatnya aliran darah ke vagina.
foto: freepik.com
Selain kadar hormon estrogen yang tinggi, keputihan pada ibu hamil juga disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke vagina. Peningkatan aliran darah diiringi hormon estrogen ke vagina akan membentuk cairan yang memenuhi saluran serviks untuk menciptakan lendir pelindung yang terlihat seperti putih telur. Seiring berjalannya waktu kehamilan, maka keputihan biasanya menjadi lebih terlihat. Pada masa akhir kehamilan, keputihan biasanya akan lebih banyak dan sering terjadi.
3. Serviks memproduksi banyak lendir.
foto: freepik.com
Pada masa kehamilan, leher rahim dan dinding vagina menjadi lebih lunak dari biasanya. Dengan begitu secara otomatis tubuh mengirimkan lebih banyak aliran darah dan memproduksi lebih banyak cairan vagina atau lendir untuk melindungi bagian ini. Semakin banyak lendir yang diproduksi maka akan menimbulkan keputihan. Tak perlu cemas, sebab hal ini merupakan kondisi yang normal dialami ibu hamil.
Menurut National Health Service, keputihan pada ibu hamil yang sehat biasanya tipis, jernih atau berwarna putih susu, dan seharusnya tidak memiliki bau aneh.
4. Infeksi saluran kemih selama kehamilan.
foto: freepik.com
Penyebab keputihan saat hamil lainnya yaitu adanya infeksi saluran kemih pada saat hamil. Beberapa penelitian menemukan bahwa infeksi saluran kemih saat hamil lebih cenderung menyebabkan keputihan. Selain itu, pemicu keputihan pada kehamilan akibat riwayat aborsi di masa lalu, depresi dan anemia.
5. Adanya pertumbuhan ragi.
foto: freepik.com
Terakhir, penyebab keputihan pada ibu hamil juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan ragi. Kondisi ini ditandai dengan lendir tipis, menggumpal dan berwarna putih. Jika keputihan pada ibu hamil memiliki ciri-ciri tersebut, bisa jadi mungkin disebabkan karena adanya pertumbuhan ragi.
Cara mengatasi keputihan.
Bagi kebanyakan wanita, masalah keputihan tentu membuatnya tidak nyaman. Lakukan cara-cara berikut ini untuk mencegah dan mengatasi keputihan.
1. Keringkan miss V sebelum memakai celana dalam.
Setelah ke toilet, jangan lupa mengeringkan miss V sebelum memakai celana dalam. Gunakan tisu atau handuk lembut khusus untuk daerah kewanitaan. Jangan mengeringkan area miss V dengan diusap, cukup ditepuk-tepuk ringan hingga kering.
2. Gunakan celana dalam berbahan katun.
Katun adalah bahan yang bisa menyerap keringat sehingga nyaman untuk digunakan. Bagi remaja, sebaiknya pilihlah celana dalam yang berbahan katun. Fungsinya agar kelembapan pada area miss V tetap terjaga.
3. Bersihkan area kewanitaan dari arah depan ke belakang.
Salah satu poin penting yang harus dibiasakan yaitu membersihkan daerah kemaluan dari arah depan ke belakang. Sebab, jika dilakukan sebaliknya, maka kuman yang berada di anus/dubur akan berpindah menuju vagina. Jika terus menerus dibiarkan, bakteri dan kuman yang menumpuk bisa membuat daerah kemaluan akan rentan terkena iritasi.
4. Hindari produk pembersih dan pengharum kewanitaan.
Meski banyak dijual, nyatanya produk pembersih maupun pengharum kewanitaan sangat tidak disarankan untuk remaja. Kandungan parfum didalamnya justru berbahaya bagi miss V. Selain itu, produk pembersih dan pengharum kewanitaan juga akan membunuh semua bakteri, termasuk bakteri baik yang bermanfaat bagi organ intim wanita.
5. Ganti pembalut sesering mungkin setiap haid.
Para ahli menyarankan untuk mengganti pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari. Namun dikutip dari fimela.com, Dr. Ogi Dewangga mengatakan bahwa setiap 3 jam sekali, wanita haid harus mengganti pembalutnya. Menurut penelitian, setiap 3 jam, pertumbuhan kuman menjadi lebih banyak. Jadi jangan lupa untuk sesering mungkin mengganti pembalut saat haid.