Brilio.net - Merujuk data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada 2024 terdapat lebih dari 700 ribu masyarakat Indonesia mengalami penyakit ginjal kronis. Sejak beberapa tahun sebelumnya penderita batu ginjal di Indonesia memang tergolong relatif tinggi.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI pada 2018, ditemukan 739.208 orang atau sekitar 3,8 persen masyarakat di Indonesia mengalami penyakit ginjal kronis.
Nggak berhenti di situ, melansir dari data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Global Burden of Disease (GBD) 2019, penyakit batu ginjal kronis ini masuk dalam daftar 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Lebih jauh dibahas, data dari Kemenkes RI, bahwa kematian akibat batu ginjal di Indonesia bisa mencapai 42 ribu jiwa. Dengan kategori per wilayah terbanyak ada di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Maluku. Kemudian diikuti DKI Jakarta, Bali, dan DI Yogyakarta adalah provinsi dengan prevalensi penyakit ginjal kronis tertinggi di Indonesia.
Selanjutnya, dari segi kriteria usia, penderita penyakit batu ginjal kronis ini didominasi oleh masyarakat berusia 65 hingga 74 tahun, yakni sebanyak 8,23 permil; usia 75 tahun ke atas (7,48 permil); usia 55 hingga 64 tahun (7,21 permil); dan usia 45 hingga 54 tahun (5,64 permil).
Namun, bila ditelusuri lebih jauh nggak cuma dari segi usia lho, ada beberapa kelompok yang bisa mengalami batu ginjal ini tak terlepas dari gender maupun kebiasaan. Lantas siapa sajakah orang yang rentan mengalami sakit batu ginjal? Sekaligus bagaimana cara mencegah penyakit ginjal kronis ini?
Berikut ulasan lengkapnya mengenai siapa saja yang rentan terkena batu ginjal, brilio.net lanisr dari berbagai sumber pada Senin (27/5).
Apa itu batu ginjal?
foto: freepik.com
Batu ginjal adalah suatu penyakit ditandai dengan terbentuknya benda keras seperti kerikil di dalam ginjal. Pada dasarnya, organ ginjal berfungsi untuk membuang limbah dan cairan dari darah melalui urin. Nah, limbah dari darah yang menumpuk dan menempel hingga membentuk gumpalan inilah yang disebut sebagai batu ginjal.
Batu ginjal berbentuk kerikil terbuat dari mineral dan garam yang mengkristal. Ukuran dari batu ginjal bermacam-macam, umumnya berukuran sebesar biji jagung atau sebutir garam. Batu ginjal biasa ditemukan di ginjal atau ureter, yaitu tabung yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung kemih.
Penyebab batu ginjal bermacam-macam dan tidak memandang jenis kelamin. Baik pria maupun wanita memiliki risiko terkena batu ginjal, tetapi pria memiliki peluang dua kali lipat sakit batu ginjal daripada wanita.
Penyebab batu ginjal sebenarnya sulit untuk diketahui. Namun tetap ada penyebab umum yang diduga menjadi penyebab timbulnya penyakit batu ginjal, yaitu:
- Diare yang menyebabkan dehidrasi.
- Kelebihan berat badan atau obesitas.
- Riwayat keluarga dengan penyakit batu ginjal.
- Kondisi medis, seperti operasi bypass lambung, radang usus, dan diabetes.
- Konsumsi suplemen vitamin C.
- Kekurangan kalsium dari makanan yang dikonsumsi.
- Kelebihan oksalat atau protein dalam makanan yang dikonsumsi.
- Konsumsi obat-obatan, seperti triamterene, obat anti kejang, dekongestan, kortikosteroid, dan protease inhibitor.
Selain itu, kekurangan minum air putih juga dapat menyebabkan batu ginjal. Nah, minum banyak air putih dapat membantu ginjal bekerja dengan lebih baik, mengurangi terjadinya gumpalan limbah maupun cairan dalam ginjal.
Batu ginjal dapat terbentuk ketika urine atau air kencing mengandung terlalu banyak bahan kimia. Bahan kimia tersebut terdiri dari kalsium, asam urat, sistin, atau strutive.
Kelompok orang yang rentan terkena batu ginjal.
foto: freepik.com
Melansir dari National Kidney Foundation yang diakses dari situs kidney.ord, terdapat beberapa kelompok orang yang rentan terkena batu ginjal, di antaranya:
1. Orang dengan riwayat keluarga batu ginjal.
Genetika memainkan peran penting dalam risiko batu ginjal. Jika seseorang memiliki anggota keluarga yang menderita batu ginjal, risiko keturunannya bisa pula mengalami hal yang sama meningkat. Gen-gen tertentu yang diwariskan dapat memengaruhi cara tubuh memetabolisme mineral dan zat lainnya, sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal.
2. Obesitas.
Orang yang obesitas atau kegemukan memiliki risiko lebih tinggi mengalami batu ginjal. Karena obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol dan asam urat dalam darah.
Selain itu, obesitas dapat mengubah komposisi urine, meningkatkan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat, serta menurunkan ekskresi sitrat, yang membantu mencegah pembentukan batu.
Obesitas juga dikaitkan dengan resistensi insulin, yang dapat menyebabkan peningkatan ekskresi kalsium dan penurunan pH urine.
3. Dehidrasi.
Kekurangan asupan cairan atau dehidrasi menyebabkan urine menjadi lebih pekat. Urine yang pekat memiliki konsentrasi mineral lebih tinggi, dapat menyebabkan kristalisasi dan pembentukan batu ginjal. Orang yang tinggal di iklim panas atau yang sering berolahraga tanpa cukup minum air juga berisiko lebih tinggi.
4. Orang yang menjalani pola makan tertentu.
Mengonsumsi makanan tinggi protein, natrium (garam), dan gula meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal. Terlalu banyak asupan garam dalam makanan juga dapat meningkatkan jumlah kalsium yang harus disaring oleh ginjal, sehingga bisa meningkatkan risiko batu ginjal.
Selain itu, ada makanan tinggi oksalat, seperti bayam, bit, dan cokelat yang bisa dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Oksalat merupakan zat yang dapat berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu ginjal.
Nggak berhenti disitu saja, seseorang yang kerap mengonsumsi makanan cepat saji juga berisiko mengalami sakit batu ginjal. Pasalnya, makanan cepat saji mengandung garam dan natrium yang meningkatkan kadar kalsium dalam urine, sehingga berkontribusi pada pembentukan batu ginjal.
5. Mengidap penyakit pencernaan.
Penyakit radang usus, seperti penyakit crohn dan kolitis ulseratif dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Karena penyakit batu ginjal ini dapat menyebabkan malabsorpsi kalsium dan oksalat, atau memengaruhi penyerapan kalsium dan air sehingga dapat meningkatkan zat pembentuk batu dalam urine yang berakibat batu ginjal.
6. Punya kondisi medis tertentu.
Seseorang yang mengidap penyakit tertentu juga berisiko mengalami batu ginjal. Kondisi medis yang berkaitan dengan batu ginjal contohnya asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, dan diabetes juga berisiko mengalami batu ginjal.
7. Konsumsi obat-obatan tertentu.
Beberapa obat, seperti diuretik (obat pencahar air) dan antasida, dapat meningkatkan risiko batu ginjal, sebab diuretik meningkatkan ekskresi kalsium serta oksalat dalam urine sehingga meningkatkan risiko batu. Begitu juga dengan obat antasida yang mengandung kalsium. Ketika dikonsumsi, otomatis bisa meningkatkan konsentrasi kalsium dalam urine yang pada akhirnya berisiko terkena batu ginjal.
8. Laki-laki lebih rentan terkena batu ginjal dibanding perempuan.
Laki-laki memiliki kadar testosteron yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Testosteron dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam urine dan meningkatkan risiko batu ginjal. Sementara perempuan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Estrogen dapat membantu melindungi ginjal dari pembentukan batu ginjal dengan menurunkan ekskresi kalsium serta meningkatkan sitrat dalam urine, sehingga mengikat kalsium dan mencegah pembentukan batu.
Cara mencegah batu ginjal.
foto: freepik.com
1. Minum air putih yang cukup.
Air putih bagaikan pahlawan bagi ginjal. Minum air putih minimal 2-3 liter per hari membantu melarutkan mineral dan membuangnya dari tubuh melalui urine.
2. Perhatikan asupan kalsium dan oksalat.
Kalsium dan oksalat adalah dua mineral yang paling sering membentuk batu ginjal.
Pastikan asupan kalsium dan oksalatmu seimbang. Konsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, yogurt, dan keju, namun jangan berlebihan. Batasi konsumsi makanan tinggi oksalat seperti bayam, bit, cokelat, dan kacang-kacangan. Kedua asupan tersebut juga baik bagi tubuh tetapi perlu diimbangi serta tidak berlebihan.
3. Kurangi konsumsi protein hewani.
Protein hewani menghasilkan asam urat dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko batu ginjal asam urat. Batasi konsumsi daging merah, unggas, dan seafood. Jangan terlalu berlebihan dalam mengonsumsinya.
4. Jaga berat badan ideal.
Obesitas meningkatkan risiko batu ginjal. Menjaga berat badan ideal dengan pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu mencegah batu ginjal.
5. Konsumsi makanan sehat dan seimbang.
Perbanyak konsumsi buah, sayur, dan karbohidrat kompleks. Hindari makanan olahan, cepat saji, dan tinggi garam.
6. Batasi konsumsi alkohol dan kafein.
Konsumsi alkohol dan kafein berlebihan dapat meningkatkan dehidrasi tubuh yang ujungnya berisiko mengalami batu ginjal. Batasi minum alkohol dan kafein untuk menjaga kesehatan ginjal.
7. Rutin Olahraga.
Olahraga teratur membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah batu ginjal. Lakukan olahraga minimal 30 menit per hari atau 5 kali seminggu. Pasalnya, dengan olahraga dapat menjaga berat badan ideal, mencegah dehidrasi yang berpotensi batu ginjal, hingga dapat meningkat metabolisme tubuh.
Olahraga membantu meningkatkan metabolisme kalsium dalam tubuh. Kalsium yang diserap dari makanan akan digunakan untuk membangun tulang dan gigi, dan sisanya dikeluarkan melalui urine. Peningkatan metabolisme kalsium membantu mengurangi kadar kalsium dalam darah dan urine, sehingga menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
Recommended By Editor
- 7 Cara ampuh menyembuhkan eksim tanpa konsumsi obat-obatan, cuma modal bahan alami
- 9 Manfaat singkong untuk kesehatan, superfood yang dapat melawan kanker lambung
- Kerap dikonsumsi, 5 makanan ini ternyata berisiko tinggi penyebab pembengkakan kelenjar getah bening
- Sinyal bahaya demam berdarah (DBD), kenali bagian tubuh yang kerap mengalami nyeri
- 10 Pantangan makanan bagi penderita asam urat, bisa tingkatkan risiko komplikasi penyakit lain
- 9 Penyebab telinga berdenging ini tak boleh diabaikan, bisa jadi ada masalah serius pada kesehatan
- 8 Makanan sederhana yang dapat meningkatkan trombosit pada penderita demam berdarah (DBD)