Brilio.net - Ada yang menarik dengan laporan dari Google selama momentum Lebaran tahun ini. Dalam laporannya, kata kunci "menikah dengan sepupu" meningkat tajam selama Lebaran dan sempat menjadi trending topic. Peningkatan kata kunci tersebut ditengarai banyaknya orang yang bertemu dengan sepupunya di momentum Lebaran ketika bertemu dengan keluarga besar.
Momen Lebaran memang merupakan kesempatan dapat bertemu dengan saudara jauh yang jarang bisa ditemui. Momen berkumpul itu kadang membuat seseorang secara tak sengaja merasa tertarik dengan sepupu yang jarang ditemui. Hal tersebut menjadi masuk akal dengan tren meningkatnya pencarian di Google dengan kata kunci "menikah dengan sepupu".
Menikah dengan sepupu atau yang memiliki istilah "consanguineous marriage" tentu bukan hal biasa di tengah adat dan budaya Indonesia. Begitu pula di berbagai negara lain, menikah dengan sepupu juga merupakan hal yang masih cukup tabu. Pernikahan seseorang dengan sepupunya kerap menjadi kontroversi karena dapat dipandang melalui beragam sudut pandang, mulai dari adat yang berkembang di masyarakat, hukum negara dan agama, serta dari sisi kesehatan.
Dari sisi kesehatan, menikah dengan sepupu diklaim memiliki sejumlah risiko dari segi kesehatan, terlebih pada keturunan yang lahir dari hubungan tersebut. Apa saja? Brilio.net merangkum delapan risiko menikah dengan sepupu dari berbagai sumber, Jumat (14/6) berikut ini.
1. Ada risiko anak terlahir cacat.
foto: healthforu.com
Pernikahan dengan sepupu memiliki risiko yang lebih besar anak terlahir cacat. Dilansir dari Popular Science, 4-7 persen anak yang terlahir dari penikahan sepupu memiliki risiko cacat lahir. Presentase tersebut lebih tinggi dari tingkat risiko cacat lahir dari pasangan yang tidak memiliki hubungan sepupu yakni 3-4 persen saja.
2. Kelainan genetik.
foto: medicalnewstoday.com
Sebuah laporan dari BBC, risiko kelainan genetik akan meningkat sebanyak 13 kali lipat terjadi pada keturunan yang lahir dari pernikahan dua orang yang masih memiliki hubungan darah seperti sepupu. Kelainan genetik itu disebabkan dari kemiripan genetik dari dua orang yang masih memiliki hubungan yang dekat.
Profesor Alan Bittles dari Royal Society of Medicine and Progress Educational Trust di Inggris mengungkapkan perkawinan dua orang yang masih memiliki hubungan darah meningkatkan risiko penyakit genetik. Menurutnya, banyak terjadi di negara Asia Selatan dan beberapa negara Timur Tengah. Meskipun demikian, risiko tersebut sering kali dibesar-besarkan.
3. Keterbelakangan mental.
foto: liputan6.com
Dilansir dari Popular Science, Hanan Hamamy dalam penelitiannya berjudul "Consanguineous Marriages: Preconception Consultation in Primary Health Care Settings" membeberkan temuan beberapa risiko yang dapat terjadi pada anak hasil pasangan sepupu, di antaranya ialah risiko mengalami keterbelakangan mental.
4. Gangguan mood.
foto: indiatimes.com
Anak-anak yang lahir dari pasangan pernikahan sepupu cenderung memiliki gangguan mood dan psikologis. Temuan tersebut merupakan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal psikiater JAMA Psychiatry oleh Aideen Maguire tahun 2019.
Menurut hasil penelitian, satu dari 10 anak di dunia dilahirkan dari orangtua yang masih memiliki hubungan sedarah. Menurut hasil analisis, sebanyak 35,8 persen anak-anak yang diteliti mengalami gangguan mood seperti depresi dan mudah cemas dan harus mengonsumsi obat antidepresan.
5. Risiko kematian bayi meningkat.
foto: thetelegraph.co.uk
Dilansir BBC, Ruba Bibi dan Saqib Mehmood adalah pasangan suami istri yang memiliki hubungan sepupu. Sang istri, Ruba telah mengalami enam kali keguguran.
Kematian anak-anaknya terjadi karena keduanya sama-sama membawa gen resesif yang mencegah pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang dialami Ruba dan Saqib kemudian diperkuat oleh penelitian bejudul "Risk Factors for Congenital Anomaly in a Multiethnic Birth Cohort: An Analysis of the Born in Bradford study" pada tahun 2013. Dari riset tersebut, kematian bayi dari pasangan sepupu terjadi karena gen bawaan dari kedua orangtuanya.
6. Menurunkan risiko penyakit jantung.
foto: medicalnewstoday.com
Ada temuan menarik dari peneliti di University of Pennylvania Amerika Serikat pada tahun 2017 lalu mengenai penikahan saudara sepupu. Dilansir dari Daily Star, pernikahan sepupu justru dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
Keturunan dari pasangan sepupu akan kehilangan gen bernama APOC3, yakni gen yang membantu pengaturan metabolisme dan lipoprotein yang berkaitan dengan penyakit jantung. Ini artinya, mereka berisiko lebih kecil terkena penyakit jantung.
7. Meningkatkan penyakit keturunan.
foto: bestofonline.com
Dilansir dari nytimes.com, Sebuah laporan dari The Journal of Genetic Conceling mengungapkan bahwa pernikahan sepupu dapat meningkatkan potensi penurunan penyakit keturunan dari orangtua ke anak. Misalnya, orang dengan penyakit hunington akan memiliki peluang 50 persen menurunkan penyakit tersebut ke anak mereka.
8. Gangguan pendengaran.
foto: clevelandclinic.org
Kajian mengenai risiko kesehatan yang terjadi akibat pernikahan sepupu juga pernah diteliti oleh peneliti Indonesia. Yayuk Basuki menerbitkan penelitian berjudul "Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu" pada tahun 2017 lalu diterbitkan oleh Jurnal Antropologi. Salah satu paparannya ialah perkawinan sepupu memiliki risiko sejumlah gangguan penyakit berupa gangguan pendengaran.
Hal itu diperkuat dengan hasil penelitian Baqiyatallah University of Medical Sciences di Iran. Sebanyak 65 persen atau sekitar 203 dari 310 anak yang diteliti mengidap gangguan pendengaran merupakan anak dari pasangan pernikahan sepupu.
Recommended By Editor
- Mengenal gejala kanker hidung, penyakit yang diderita Lee Chong Wei
- 5 Jus buah mengatasi asam urat, alami dan ampuh
- 10 Makanan alami cegah kanker usus, penyakit diderita George Toisutta
- Cara sehat memasak 7 bahan makanan ini bisa kurangi risiko kanker
- 10 Teknologi pengganti organ manusia, bukti kemajuan dunia kesehatan