Brilio.net - Kanker paru-paru atau lung cancer merupakan jenis kanker yang tumbuh di organ paru-paru, di mana sel-sel kanker berkembang secara agresif dan tidak bisa terkendali. Umumnya, di awal pertumbuhan sel kanker paru-paru tidak menimbulkan gejala sebab berkembang secara perlahan.

Kabar baiknya, di dunia kesehatan telah mampu mendeteksi kanker paru yang dialami seseorang, salah satunya melalui Endobronchial Ultrasound (EBUS). Melansir dari Antara News, teknologi Endobronchial Ultrasound menjadi prosedur untuk memperoleh gambaran secara jelas terkait sel kanker paru.

Teknologi ini memanfaatkan sampel yang diambil dari saluran pernapasan, paru-paru, hingga kelenjar getah bening untuk mendeteksi adanya kanker paru-paru. Prosedur ini tentu melibatkan penggunaan tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera video, serta ultrasound yang dimasukkan melalui mulut dan tenggorokkan.

Tentu teknologi ini jadi angin segar untuk dunia medis dalam mengatasi penyakit kanker paru-paru. Lantas apa itu Endobronchial Ultrasound, pahami juga kelebihannya lewat ulasan yang brilio.net sadur dari berbagai sumber, Selasa (16/7).

Apa itu Endobronchial Ultrasound (EBUS) untuk deteksi kanker paru.

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya © 2024 freepik.com

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

Menyadur dari laman American Lung Association, bronskoskopi EBUS atau Endobronchial Ultrasound) merupakan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa berbagai jenis gangguan paru-paru, termasuk peradangan, infeksi, atau bahkan kanker. Tentu, prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis paru.

Terkait diagnosa paru sendiri, menurut dr Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K) dokter spesialis paru RS Siloam MRCCC Semanggi, yang disadur dari Antara News. Kanker paru terjadi ketika sel-sel dalam paru-paru berkembang secara tidak terkendali. Terdiri dari dua jenis utama kanker paru-paru, yakni paru-paru primer yang dimulai di paru-paru sendiri. Sementara kanker paru sekunder, jenis kanker yang penyebarannya diperoleh dari kanker di area tubuh lain.

Lebih jauh dijelaskan, pada tahap awal kanker paru tidak memiliki gejala. Namun, kemungkinan sering pasien akan sering merasakan sesak napas, suara serak, batuk terus-menerus dengan atau tanpa dahak maupun darah. Selain itu, juga merasakan nyeri dada hingga rasa kelelahan berlebih.

Apabila kanker paru telah menyebar, kemungkinan muncul sakit kepala, berat badan turun drastis, gangguan keseimbangan, mata maupun kulit kekuningan, nyeri sendiri, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Nah, adanya EBUS ini dimanfaatkan agar mampu memberikan sampel asli secara langsung gambaran yang detail untuk evaluasi patologi kanker.

Ketika memanfaatkan teknologi EBUS ini, diharapkan dapat memberikan perawatan sekaligus pencegahan terhadap penyakit berbahaya ini.

Prosedur Endobronchial Ultrasound (EBUS).

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya © 2024 freepik.com

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

Disadur dari laman Cancer Center, prosedur EBUS umumnya membutuhkan waktu sekitar 45 menit, jadi hanya melakukan rawat jalan tanpa perlu menginap. Hanya saja sebelum melakukan prosedur EBUS, pasien diminta untuk tidak makan hingga berada di rumah sakit selama dua sampai empat jam, untuk persiapan sekaligus pemulihan. Adapun prosedurnya sebagai berikut:

1. Pasien menjalani anestesi umum terlebih dahulu.

2. Untuk memulai, pasien akan minta berbaring di meja pemeriksaan.

3. Setelah pasien dibius, tabung bronkoskopi yang dilengkapi dengan kamera dan probe ultrasound dimasukkan ke mulut pasien yang kemudian masuk ke dalam paru-paru.

4. Tabung tersebut akan mencapai pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening.

5. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan paru-paru melalui kamera dan menggunakan alat USG untuk menentukan sampel jaringan yang akan diambil.

6. Kemudian, aspirasi jarum transbronchial (TBNA), di mana dokter dapat mengambil jaring maupun cairan dari paru-paru serta kelenjar getah bening di sekitarnya menggunakan jarum kecil.

7. Setelah prosedur dilakukan, pasien akan pantau hingga efek anestesi menghilang. Atau sampai kondisi pasien pulih sebelum dipulangkan.

8. Setelah di rumah, biasanya pasien akan diminta beristirahat 1-2 hari. Pasalnya kemungkinan pasien akan merasakan serak atau sakit tenggorokkan.

Proses pemulihan usai tata laksana Endobronchial Ultrasound (EBUS).

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya © 2024 freepik.com

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

1. Setelah dilakukan prosedur EBUS, pasien diminta untuk beristirahat yang cukup serta hindari aktivitas berat dengan tidur yang baik.

2. Melakukan perawatan luka dengan minum air hangat agar dapat membantu meredakan gejala sakit atau rasa tidak nyaman di tenggorokan. Apabila mengalami pendarahan atau infeksi, wajib segera hubungi dokter.

3. Melakukan pengawasan, yakni pemantauan terhadap gejala-gejala yang biasa muncul seperti demam, batuk berdarah, atau sesak napas yang memburuk.

4. Pencegahan infeksi dengan menjaga kebersihan diri. Ingat, selalu cuci tangan dengan sabun serta air dengan saksama. Hindari kerumunan sekaligus kontak dengan orang yang sedang sakit.

Kelebihan dan risiko prosedur Endobronchial Ultrasound (EBUS).

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya © 2024 freepik.com

Apa itu Endobronchial Ultrasound, prosedur, risiko dan pemulihannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

Kelebihan prosedur Endobronchial Ultrasound, diantaranya:

1. Relatif cepat dan sebagian besar pasien bisa langsung pulang.

2. Memberikan sampel asli langsung dari area yang dijangkau.

3. Menghasilkan visualisasi gambaran detail untuk evaluasi patologi penyakit.

4. Menyediakan pilihan anestesi sedang atau anestesi umum.

5. EBUS bisa menjadi alternatif pilihan diagnosis yang tepat karena tingkat ketepatan dan keberhasilan mencapai 95 persen.

Selain kelebihan, prosedur EBUS ternyata juga memiliki beberapa risiko, meliputi:

1. Infeksi dada, di mana tubuh pasien merasa suhu yang tinggi, sesak napas, atau dahak yang berubah warna.

2. Pendarahan, walau kemungkinannya sangat kecil namun pendarahan bisa terjadi usai melakukan EBUS.

3. Paru-paru kolaps, meski jarang terjadi ada kemungkinan paru-paru bisa kolaps setelah EBUS karena udara atau gas terperangkap di sekitar paru-paru. Jika terjadi biasanya memunculkan gejala nyeri dada atau sesak napas.