Brilio.net - Kasus penyakit diseksi aorta tidak dapat diremehkan. Menurut International Registry of Acute Aortic Dissection (IRAD), insiden diseksi aorta diperkirakan sekitar 2,6-3,5 kasus per 100.000 orang setiap tahun. Sedangkan menurut studi jurnal yang dipublikasikan di "Circulation" dengan judul "Epidemiology of Aortic Dissection", yang ditulis oleh Melvinsdottir IH, Lund SH, Agnarsson BA, Sigvaldason K, Gudbjartsson T, Geirsson A pada 2020, melaporkan bahwa insiden diseksi aorta di populasi umum berkisar antara 2,9 hingga 4,4 kasus per 100.000 orang dalam setahunnya. Tidak hanya itu saja, menurut American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa diseksi aorta lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2:1 hingga 3:1.

Perlu kamu ketahui bahwa diseksi aorta merupakan penyakit yang disebabkan adanya robekan pada lapisan dalam dinding aorta, yaitu tunika intima. Kondisi seperti ini dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat. Robekan yang terjadi akan membentuk false lumen atau saluran palsu anata tunika intima dan tunika media. Sehingga darah akan terakumulasi dalam false lumen kemudian menekan sirkulasi lumen aorta yang sesungguhnya. Akibatnya, terjadi penurunan aliran darah ke dalam organ vital atau biasa disebut dengan malperfusi organ.

Diseksi aorta juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu diseksi aorta tipe A dan diseksi aorta B. Diseksi aorta tipe A adalah enis diseksi aorta yang terjadi di bagian awal aorta, yaitu aorta naik (aorta ascenden) dan seringkali melibatkan bagian aorta yang terdekat dengan jantung. Ini termasuk area di dekat jantung seperti aorta naik, busur aorta, dan sering kali bisa memengaruhi bagian tubuh lainnya.

Sedangkan diseksi aorta tipe B adalah diseksi yang terjadi pada bagian aorta setelah aorta turun (aorta desenden), yaitu bagian dari aorta yang berjalan dari bawah aorta busur hingga ke bagian perut. Diseksi ini biasanya tidak melibatkan aorta naik atau busur aorta.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa diseksi aorta sangat berbahaya. Untuk itu, kamu harus lebih mengetahui apa saja yang menjadi penyebab, gejala, dan cara menangani penyakit diseksi aorta. Berikut penjelasan brilio.net yang telah himpun dari berbagai sumber, Rabu (30/7).

Ciri-ciri penyakit diseksi aorta tipe A

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B freepik.com

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B
freepik.com

Penyakit diseksi aorta tipe A adalah kondisi medis yang serius di mana terdapat robekan pada dinding aorta, bagian utama dari pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Diseksi aorta tipe A adalah jenis diseksi aorta yang lebih berbahaya karena terjadi di bagian yang lebih dekat dengan jantung. Berikut adalah ciri-ciri utama dari diseksi aorta tipe A:

1. Nyeri dada yang parah

Nyeri dada mendalam dan parah, sering kali dirasakan sebagai nyeri menusuk atau robek yang tiba-tiba. Nyeri ini biasanya terlokalisir di dada bagian depan atau punggung atas, dan dapat menyebar ke leher, rahang, atau lengan.

2. Nyeri punggung yang menyebar

Nyeri punggung yang tajam atau tertekan, sering kali dirasakan di antara tulang belikat atau di punggung bagian atas. Nyeri ini bisa menyebar dan bertambah parah seiring berjalannya waktu.

3. Gejala kardiovaskular

Gejala yang ditimbulkan akan muncul seperti palpitasi, sesak napas, atau penurunan tekanan darah secara tiba-tiba. Beberapa pasien juga dapat mengalami gejala seperti angina atau serangan jantung.

4. Gejala neurologis

Jika diseksi aorta menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak, dapat terjadi gejala neurologis seperti pusing, kehilangan kesadaran, atau kelemahan di salah satu sisi tubuh.

5. Gejala perubahan tekanan darah

Perbedaan tekanan darah yang signifikan antara lengan kanan dan kiri bisa menjadi tanda diseksi aorta tipe A. Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali atau penurunan tekanan darah mendadak juga dapat terjadi.

6. Gejala gastrointestinal

Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri perut atau mual jika diseksi aorta menyebabkan kompresi pada organ-organ di rongga perut

7. Gejala Perubahan suhu tubuh

Pasien dengan diseksi aorta tipe A seringkali mengalami keringat dingin sebagai bagian dari reaksi tubuh terhadap nyeri dan stres yang hebat.

Cara penanganan penyakit diseksi aorta tipe A

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B freepik.com

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B
freepik.com

Penanganan penyakit diseksi aorta tipe A sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi serius dan meningkatkan hasil pengobatan. Menurut pedoman dari American Heart Association (AHA), berikut adalah cara penanganan diseksi aorta tipe A:

1. Diagnosis cepat dan akurat

Diagnosis diseksi aorta tipe A umumnya dilakukan menggunakan teknik imaging seperti CT scan dengan kontras, MRI, atau echocardiogram. Penegakan diagnosis yang cepat sangat penting untuk memulai perawatan yang tepat.

2. Penanganan medis awal

- Pengendalian tekanan darah

Penurunan tekanan darah secara cepat dan efektif adalah langkah pertama dalam penanganan medis. Obat-obatan seperti beta-blocker, contohnya esmolol atau metoprolol, digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban pada jantung serta aorta.

- Pemberian obat analgesik

Obat pereda nyeri seperti morfin dapat diberikan untuk mengelola nyeri toraks yang parah dan meningkatkan kenyamanan pasien.

3. Penanganan bedah

- Pembedahan darurat

Diseksi aorta tipe A memerlukan intervensi bedah segera. Operasi biasanya melibatkan penggantian bagian aorta yang rusak dengan graft sintetis. Pendekatan bedah ini bertujuan untuk mengatasi robekan dan mencegah penyebaran lebih lanjut dari diseksi.

- Pemulihan dan perawatan pasca-operasi

Pasien memerlukan pemantauan intensif setelah operasi untuk mencegah komplikasi seperti pendarahan atau infeksi. Penanganan pasca-operasi termasuk pemantauan tekanan darah, manajemen nyeri, dan pemulihan fungsi organ.

4. Perawatan jangka panjang

- Pengelolaan risiko kardiovaskular

Pasca-operasi, penting untuk mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi dan dislipidemia. Penggunaan obat antihipertensi yang sesuai dan perubahan gaya hidup yang sehat dianjurkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

- Pemantauan berkala

Pasien perlu melakukan pemeriksaan rutin seperti echocardiogram atau CT scan untuk memastikan tidak ada komplikasi dan bahwa graft berfungsi dengan baik.

Ciri-ciri penyakit diseksi aorta tipe B

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B freepik.com

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B
freepik.com

Diseksi aorta tipe B adalah kondisi di mana terjadi robekan pada dinding aorta yang lebih jauh dari jantung dibandingkan dengan diseksi aorta tipe A. Meskipun diseksi aorta tipe B tidak seberapa mendekati jantung, penanganan yang cepat dan efektif tetap penting. Berikut adalah ciri-ciri utama dari diseksi aorta tipe B:

1. Nyeri dada atau punggung

- Lokasi dan karakteristik nyeri

Nyeri yang biasanya terasa di punggung bagian tengah atau bawah, kadang-kadang menjalar ke bagian perut atau panggul. Nyeri ini mungkin juga terlokalisasi di dada, tetapi tidak selalu sesakit diseksi tipe A.

2. Nyeri perut atau panggul

- Nyeri abdominal

Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri perut atau panggul sebagai bagian dari gejala diseksi aorta tipe B, tergantung pada area yang terlibat dalam diseksi.

3. Gejala kardiovaskular

Hipertensi atau Tekanan Darah Tidak Stabil: Tekanan darah tinggi adalah gejala umum yang mungkin ada. Beberapa pasien juga mungkin mengalami penurunan tekanan darah jika diseksi memengaruhi aliran darah ke organ-organ tertentu.

4. Gejala neurologis

- Gangguan neurologis

Jika diseksi aorta tipe B melibatkan arteri yang memasok darah ke otak atau saraf tulang belakang, pasien dapat mengalami gejala seperti pusing, kehilangan keseimbangan, atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

5. Gejala perubahan suhu tubuh

Beberapa pasien mungkin mengalami keringat dingin atau rasa tidak nyaman sebagai bagian dari reaksi tubuh terhadap nyeri atau ketidakstabilan hemodinamik.

6. Kelemahan atau parestesia

Jika diseksi melibatkan aliran darah ke ekstremitas atau saraf tertentu, kelemahan atau sensasi kesemutan bisa terjadi.

7. Perubahan suara atau kesulitan berbicara

Jika diseksi aorta tipe B mempengaruhi arteri yang memasok darah ke otak, pasien dapat mengalami gangguan bicara atau kesulitan dalam berkomunikasi.

Cara penanganan penyakit diseksi aorta tipe B

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B freepik.com

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B
freepik.com

Penanganan penyakit diseksi aorta tipe B melibatkan pendekatan medis dan bedah yang bertujuan untuk mengendalikan gejala, mencegah komplikasi, dan memperbaiki prognosis pasien. Berikut adalah cara penanganan diseksi aorta tipe B:

1. Penanganan medis awal

- Kontrol tekanan darah

Salah satu langkah pertama dalam penanganan diseksi aorta tipe B adalah mengontrol tekanan darah untuk mengurangi stres pada dinding aorta. Obat antihipertensi seperti beta-blocker (misalnya, esmolol, metoprolol) biasanya digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi laju denyut jantung. Pada beberapa kasus, obat vasodilator seperti nitroprusside juga bisa digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah.

- Manajemen nyeri

Pengelolaan nyeri yang efektif penting untuk meningkatkan kenyamanan pasien. Obat-obatan analgesik seperti morfin dapat diberikan untuk mengatasi nyeri toraks dan punggung yang parah.

2. Penanganan Bedah

- Indikasi untuk intervensi bedah

Pembedahan atau prosedur endovaskular biasanya diperlukan jika diseksi menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan organ, penurunan aliran darah ke ekstremitas, atau jika pasien mengalami gejala yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medis.

- Prosedur endovaskular

Pada beberapa kasus, perawatan endovaskular seperti penempatan stent dapat dilakukan untuk menstabilkan dinding aorta dan mengatasi robekan. Prosedur ini bisa menjadi pilihan, terutama jika diseksi berada di bagian distal dari aorta.

3. Perawatan jangka panjang dan pengelolaan risiko

- Pengelolaan risiko kardiovaskular

Pasien disarankan untuk memantau dan mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia. Ini melibatkan penggunaan obat antihipertensi jangka panjang, statin untuk mengelola kolesterol, dan perubahan gaya hidup sehat.

- Pemantauan berkala

Pemantauan rutin melalui pemeriksaan imaging seperti CT scan atau echocardiogram diperlukan untuk memantau kondisi aorta dan memastikan tidak adanya komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari diseksi.

4. Pendidikan dan dukungan pasien

- Pendidikan pasien

Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, tanda-tanda peringatan komplikasi, dan perubahan gaya hidup sehat sangat penting untuk pencegahan komplikasi jangka panjang.

- Dukungan psikologis

Pasien mungkin memerlukan dukungan psikologis untuk membantu mengatasi stres dan kecemasan terkait dengan kondisi mereka, terutama jika mereka mengalami gejala kronis atau komplikasi dari diseksi aorta.

Penyebab penyakit diseksi aorta

Diseksi aorta adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika ada robekan pada lapisan dinding aorta, pembuluh darah utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Penyebab diseksi aorta bisa sangat bervariasi dan sering kali melibatkan kombinasi faktor risiko yang kompleks. Adapun penyebab penyakit diseksi aorta sebagai berikut:

1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi kronis adalah faktor risiko utama untuk diseksi aorta. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dinding aorta melemah dan lebih rentan terhadap robekan. Peningkatan tekanan darah meningkatkan beban pada dinding aorta dan dapat menyebabkan kerusakan struktural.

2. Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner, yang ditandai dengan penyempitan arteri koroner, dapat meningkatkan risiko diseksi aorta. Gangguan ini dapat mengurangi elastisitas dan kekuatan dinding aorta.

3. Aneurisma aorta

Aneurisma adalah pelebaran abnormal dari aorta. Jika aneurisma ini pecah atau terjadi diseksi, dinding aorta dapat mengalami robekan. Aneurisma aorta sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti hipertensi atau aterosklerosis.

4. Sindrom genetik

Beberapa sindrom genetik dapat memengaruhi kekuatan dan elastisitas dinding aorta, meningkatkan risiko diseksi. Contoh sindrom ini termasuk:

- Sindrom marfan

Gangguan jaringan ikat yang dapat menyebabkan aorta melemah.

- Sindrom ehlers-danlos

Gangguan jaringan ikat yang memengaruhi kekuatan dan elastisitas dinding aorta.

5. Penyakit jaringan ikat

Penyakit yang memengaruhi jaringan ikat, seperti displasia fibromuskular, dapat meningkatkan risiko diseksi aorta dengan melemahkan struktur dinding aorta.

Gejala penyakit diseksi aorta

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B freepik.com

Apa perbedaan antara diseksi aorta tipe A dan tipe B
freepik.com/freepik.com

Gejala penyakit diseksi aorta sering kali muncul tiba-tiba dan bisa sangat parah, membuatnya menjadi kondisi medis yang memerlukan perhatian segera. Adapun gejala yang bisa ditimbulkan diseksi aorta sebagai berikut:

- Nyeri dada yang terasa tajam seperti tersayat-sayat dan tak tertahankan di area bawah tulang dada dan menyebar ke bahu, leher, lengan, hingga punggung dan perut.

- Nyeri perut parah secara tiba-tiba karena penyumbatan di pembuluh darah yang membawa darah ke usus (arteri mesenterika).

- Nyeri punggung di antara bahu atau sebagai nyeri menusuk di punggung bagian atas atau bawah.

- Gejala yang mirip stroke, seperti kesulitan berbicara, penglihatan terganggu, dan lumpuh di satu sisi tubuh.

- Kebingungan.

- Berkeringat dingin.

- Kesemutan atau mati rasa di jari tangan atau jari kaki.

- Kelumpuhan ekstremitas.

- Nyeri pada tungkai dan sulit berjalan.

- Napas pendek atau sesak napas.

- Detak jantung lebih cepat.

- Gelisah.

- Mual.

- Tekanan darah pada kedua lengan berbeda.

- Denyut nadi di satu sisi lengan atau paha lebih lemah dibandingkan sisi lainnya.

- Tekanan darah naik.

- Kehilangan kesadaran atau pingsan.

Menangani penyakit diseksi aorta

Menangani diseksi aorta memerlukan penanganan cepat dan tepat, mengingat kondisi ini bisa sangat mengancam jiwa. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam menangani diseksi aorta:

1. Penanganan awal dan diagnostik

Penegakan diagnosis diseksi aorta sering dilakukan melalui teknik imaging canggih seperti CT scan, MRI, atau echocardiogram. Menurut Hiratzka dari Journal of the American College of Cardiology, 55(14), 1509-1540, menyatakan bahwa diagnosis awal diseksi aorta harus dilakukan dengan cepat menggunakan teknik imaging untuk menilai lokasi dan tingkat keparahan robekan. Evaluasi klinis yang tepat, termasuk pemeriksaan fisik dan penilaian gejala, juga penting dalam diagnosis awal.

2. Penanganan medis

Mengendalikan tekanan darah adalah langkah krusial dalam penanganan diseksi aorta. Obat-obatan seperti beta-blocker digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban pada jantung dan aorta. Pengobatan dengan beta-blocker adalah strategi utama dalam mengelola diseksi aorta untuk mengurangi tekanan pada dinding aorta. Selain itu, mengutip dari Zhou Journal of Cardiovascular Surgery, 61(1), 34-47), menambahkan bahwa "Obat antihipertensi tambahan dapat digunakan untuk stabilisasi kondisi pasien.

3. Penanganan bedah

Untuk diseksi aorta tipe A, pembedahan darurat seringkali diperlukan. mengutip Fattori dari Journal of Vascular Surgery, 58(3), 550-561 (2013) menjelaskan bahwa pembedahan untuk diseksi tipe A biasanya melibatkan perbaikan robekan dengan graft dan mungkin memerlukan penggantian bagian aorta yang rusak. Untuk diseksi aorta tipe B, dilakukan perawatan endovaskular dengan stenting adalah opsi yang berkembang untuk stabilisasi dinding aorta.

4. Manajemen pasca-operatif

Pasca-operasi, pemantauan intensif dan perawatan jangka panjang sangat penting. Nienaber dari jurnal The Lancet, 383(9925), 440-448 menggarisbawahi bahwa pasien pasca pembedahan diseksi aorta memerlukan pemantauan intensif untuk mendeteksi komplikasi dan stabilisasi kondisi. Selain itu, Hiratzka penulis Journal of the American College of Cardiology, 55(14), 1509-1540 menambahkan bahwa perawatan jangka panjang melibatkan pengendalian tekanan darah dan pemantauan berkala untuk mencegah diseksi ulang.