Brilio.net - Hipoglikemia pada anak adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh anak menjadi sangat rendah, hingga menimbulkan gejala klinis seperti pusing, pucat, berkeringat, hingga sinkop. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi, anak-anak, remaja, dan bisa juga terjadi pada neonatus (bayi baru lahir yang kurang dari 48 jam).

Hipoglikemia pada bayi dan anak dapat terjadi karena berbagai penyebab, seperti kekurangan asupan nutrisi selama kehamilan, infeksi, asfiksia saat lahir, penyakit hati, penyakit metabolik bawaan, terlalu banyak insulin akibat diabetes pada ibu hamil yang tidak terkontrol, maupun terlalu banyak insulin akibat penggunaan obat tertentu.

Melansir dari jurnal The association gene polymorphism and type 1 diabetes mellitus, yang diakses dari laman unair.ac.id menjelaskan seseorang bisa disebut terkena hipoglikemia jika kadar gula dalam darah kurang dari 2,6 mmol/L (< 47 mg/dl), sedangkan untuk anak kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl berpotensi alami hipoglikemia. Padahal untuk anak khususnya yang menderita diabetes dianjurkan untuk mempertahankan kadar gula darah diatas 70 mg/dl.

Kondisi ini dapat berdampak buruk bagi tubuh seperti kejang, penurunan kesadaran, hingga kerusakan otak. Biar makin paham tentang bahaya hipoglikemia pada anak, yuk kenali kenali gejala, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya. Dilansir birlio.net dari berbagai sumber pada Selasa (28/5).

Apa itu hipoglikemia dan gejalanya?

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya © 2024 freepik.com

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya
freepik.com

Gula darah rendah atau dalam dunia medis dikenal sebagai hipoglikemia kondisi ketika kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh anak turun di bawah batas normal. Pada neonatus berusia kurang dari 48 jam, gejala hipoglikemia dapat berupa letargi, takipnea, ketidakstabilan hemodinamik, apnea, kejang, atau bahkan henti jantung.

Gejala yang lebih ringan mencakup sianosis, hipotermia, atau diaforesis. Kadar gula darah umumnya kurang dari 50 mg/dL. Pada neonatus berusia lebih dari 48 jam, bayi, maupun anak kecil yang belum dapat mengkomunikasikan gejalanya, hipoglikemia dapat didiagnosis jika kadar gula darah di bawah 60 mg/dL. Namun bila ditelusuri, gejala hipoglikemia pada anak dapat bervariasi, beberapa gejala yang umum ditemukan adalah:

1. Pusing, anak dapat mengalami pusing atau kehilangan keseimbangan.

2. Jantung berdebar

3. Keringat berlebih, yang bisa menjadi tanda bahwa tubuhnya sedang mengalami kekurangan gula.

4. Sakit kepala

5. Pucat

6. Perubahan suasana hati dan perilaku yang tidak normal, seperti menjadi mudah marah atau sulit berkonsentrasi.

7. Kejang, hipoglikemia dapat menyebabkan kejang pada anak, yang dapat berisiko mengalami kerusakan otak.

8. Penurunan kesadaran

Gejala-gejala tersebut dapat muncul secara tiba-tiba dan bervariasi pada tiap penderita. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala hipoglikemia dengan baik dan segera menghubungi dokter jika ditemukan gejala-gejala tersebut pada anak

Penyebab hipoglikemia pada anak.

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya © 2024 freepik.com

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya
freepik.com

Ada beberapa penyebab hipoglikemia pada anak, antara lain:

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah kondisi autoimun di mana tubuh anak menyerang sel-sel di pankreas yang menghasilkan insulin. Insulin merupakan hormon yang membantu memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.

Anak-anak dengan diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah mereka. Hipoglikemia ini menjadi komplikasi umum pada anak-anak dengan diabetes tipe 1, terutama jika menggunakan insulin atau obat diabetes lainnya.

2. Hipoglikemia neonatus

Hipoglikemia neonatus adalah hipoglikemia yang terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

- Kelahiran prematur

- Berat badan lahir rendah

- Infeksi

- Diabetes pada ibu

- Kelainan metabolik

3. Hipoglikemia hiperinsulinisme kongenital

Hipoglikemia hiperinsulinisme kongenital menjadi kelainan genetik yang menyebabkan pankreas menghasilkan terlalu banyak insulin. Hal ini dapat menyebabkan hipoglikemia parah pada bayi baru lahir dan anak-anak.

4. Kelainan metabolik lainnya

Ada beberapa kelainan metabolik lainnya yang dapat menyebabkan hipoglikemia pada anak, seperti:

- Penyakit hati

- Penyakit ginjal

- Kekurangan hormon tertentu

5. Obat-obatan tertentu

Beberapa obat-obatan, seperti obat diabetes dan obat penurun berat badan, dapat menyebabkan hipoglikemia pada anak.

6. Puasa berlebihan dan olahraga berat.

Puasa dan olahraga baik untuk metabolisme tubuh. Namun bila dilakukan secara berlebihan dapat memicu terjadi rendahnya kadar gula darah. Terlebih bagi anak-anak dengan riwayat diabetes dapat berpotensi alami hipoglikemia ini.

 

 


 

Cara penanganan hipoglikemia pada anak.

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya © 2024 freepik.com

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya
freepik.com

Penanganan hipoglikemia pada anak meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengembalikan kadar gula darah ke batas normal. Perlu diingat, penanganan terbaik ketika anak alami hipoglikemia segera ke dokter. Nah, beberapa cara penanganan yang umum dilakukan:

1. Pemberian glukosa

Pemberian glukosa, baik per oral ataupun intravena, adalah cara utama mengatasi hipoglikemia pada anak. Pemberian glukosa disarankan per oral jika anak masih bisa mentoleransi pemberian per oral. Jika tidak, maka glukosa perlu diberikan secara intravena.

2. Pemberian karbohidrat yang bisa kerja cepat

Bila anak masih sadar dan kooperatif, karbohidrat kerja cepat dapat diberikan sebanyak 15 g atau 0,2 g/kg untuk bayi. Pemberiannya bisa dalam bentuk jus, tabung gel glukosa, atau empat tablet glukosa. Akses intravena bisa secara bersamaan disiapkan bila dipertimbangkan anak akan gagal merespons intervensi oral.

3. Pemberian gula sublingual

Bila glukosa sediaan oral tidak tersedia atau pada kasus yang sulit untuk dilakukan pemasangan akses intravena, maka pemberian gula sublingual dapat menjadi alternatif terapi saat anak masih dalam kondisi sadar. Gula sublingual ini bisa berupa gula yang dicampur dengan air, kemudian diberikan di bawah lidah anak.

4. Pemberian infus cairan glukosa

Jika penanganan pasien hipoglikemia dilakukan di rumah sakit, dokter umumnya akan memberikan infus cairan glukosa agar kadar gulanya kembali normal.

5. Pemberian obat untuk meningkatkan kadar gula tubuh

Jika hipoglikemia yang terjadi sangat berat, bisa dilakukan pengangkatan bagian pankreas. Perawatan ini akan terus diawasi hingga bayi memiliki kadar glukosa pada tingkat normal secara stabil.

Asupan makanan mencegah hipoglikemia pada anak.

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya © 2024 freepik.com

Kenali gejala hipoglikemia, langkah penanganan, dan strategi nutrisi pencegahannya
freepik.com

Hipoglikemia memiliki dampak yang cukup berbahaya bagi kesehatan, untuk itu penting menjaga kadar gula darah dalam batas normal supaya bisa mencegah hipoglikemia. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengatur pola makan anak.

Melansir dari Healthline dan jurnal dari National Library of Medicine berjudul Dietary intake and risk of non-severe hypoglycemia in adolescents with type 1 diabetes, terdapat beberapa tips asupan makanan yang baik untuk mencegah hipoglikemia, diantaranya:

1. Konsumsi karbohidrat kompleks.

Karbohidrat kompleks dicerna lebih lambat daripada karbohidrat sederhana, sehingga membantu menjaga kadar gula darah stabil dalam waktu yang lebih lama. Contoh karbohidrat kompleks yang baik untuk anak-anak antara lain:

- Gandum alami seperti roti gandum utuh, sereal gandum, atau beras merah

- Sayuran, misalnya brokoli, wortel, ubi jalar, kacang polong, hingga bayam.

- Buah-buahan seperti apel, pisang, pir, jeruk, beri-berian

- Kacang-kacangan, contohnya kacang almond, kacang tanah, lentil, dan kacang merah.

2. Protein.

Untuk mencegah hipoglikemia perlu mengonsumsi makanan yang tinggi akan protein. Protein membantu memperlambat penyerapan karbohidrat ke dalam aliran darah, sehingga membantu menjaga kadar gula darah stabil. Contoh protein yang baik untuk anak-anak antara lain: Daging tanpa lemak seperti ayam tanpa kulit, ikan, daging sapi tanpa lemak, dan telur. Sementara untuk produk minuman yang kaya protein misalnya susu rendah lemak, yogurt rendah lemak, keju rendah lemak

3. Konsumsi makanan tinggi serat.

Serat membantu memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat ke dalam aliran darah. Hal ini membantu menjaga kadar gula darah stabil, mencegah lonjakan serta penurunan gula darah yang dapat menyebabkan hipoglikemia.

Selain itu, serat membantu meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi keinginan untuk makan secara berlebihan. Oleh karena itu, memegaruhi penderita hipoglikemia untuk menjaga berat badan ideal serta mengurangi risiko komplikasi diabetes. Contoh makanan yang tinggi serat yakni buncis, kentang, wortel, bawang, pisang, mangga, apel, jeruk, kacang hijau, kacang hitam, kacang merah, dan anggur.

4. Rutin minum air putih.

Minum air putih yang cukup membantu menjaga tubuh anak terhidrasi dengan baik dan membantu mencegah hipoglikemia. Anak-anak harus minum air putih 8 gelas per hari. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Journal of the American Dietetic Association menemukan bahwa anak-anak dengan diabetes yang minum air putih yang cukup memiliki risiko hipoglikemia yang lebih rendah daripada anak-anak yang tidak minum air putih yang cukup.