Brilio.net - Maraknya produk instan dan cepat dalam pembuatannya bikin makanan ultra proses menjadi pilihan hidangan yang populer bagi banyak orang. Makanan ultra proses juga sangat mudah dijumpai di minimarket terdekat. Rasanya yang enak bikin makanan ini digandrungi anak-anak. Ya, bisa dibilang makanan ultra proses ini sering jadi senjata ampuh orang tua saat anaknya susah makan. Namun, di balik kenyamanan mengolah dan rasa yang tawarkan, tersembunyi bahaya serius bagi kesehatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso Sp.A (K) yang menjelaskan bahwa konsumsi makanan ultra proses secara berlebih dapat memicu masalah pada kesehatan anak.
Kandungan di dalam makanan ultra proses di antaranya seperti gula, garam, dan lemak tinggi. Menurut dr. Piprim, makanan ultra proses juga membuat anak yang mengonsumsi jadi kecanduan karena rasanya yang lebih lezat dibandingkan makanan tanpa proses pengolahan ultra. Maka dari itu, anak-anak cenderung bisa mengonsumsi makanan ini secara berlebihan.
"Ini justru bahaya bagi anak-anak karena potensi dia akan terjadi over nutrisi. Begitu over nutrisi, dia obesitas, sindrom metabolik. Masih anak-anak sudah hipertensi, diabetes tipe 2, dislipidemia, dan seterusnya. Jadi, ini mesti dikonsumsi hanya atas indikasi," jelas Pimpim yang dikutip brilio.net dari antaranews.com.
Perlu kamu ketahui, dikutip dari bhf.org.uk, istilah 'makanan ultra-olahan' berasal dari sistem klasifikasi makanan NOVA, yang dikembangkan oleh para peneliti di Universitas So Paulo, Brasil. Makanan ultra proses bisa disebut dengan segala jenis makanan yang telah melewati serangkaian proses pengolahan industri yang rumit dan mengandung bahan tambahan yang biasanya tidak ditemukan di dapur rumahan.
Setelah penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa makanan ultra proses tidak baik bagi kesehatan tubuh. Terlebih makanan seperti ini sering dijumpai dan dikonsumsi bagi anak-anak sehingga sulit dihindari. Untuk itu, orang tua harus tahu apa saja sih makanan ultra proses yang berbahaya bagi kesehatan sang anak jika dikonsumsi secara berlebihan. Yuk, simak penjelasan brilio.net yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (18/7).
Jenis-jenis makanan ultra proses.
Makanan ultra proses telah menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan modern. Diproses dengan teknologi canggih untuk meningkatkan rasa, daya tahan, dan ketersediaannya, makanan ini sering kali mengandung tambahan bahan kimia dan gula yang tinggi. Adapun jenis-jenis makanan ultra proses sebagai berikut:
1. Minuman berenergi
foto: freepik.com
Minuman energi adalah minuman yang menggabungkan gula dalam bentuk glukosa dan sukrosa dengan bahan-bahan seperti kafein. Meskipun minuman berenergi dikatakan dapat mempertajam fokus dan meningkatkan kinerja, jika dikonsumsi terus-menerus minuman ini akan memaksa jantung bekerja lebih keras dan lebih cepat. Tak hanya itu saja, minuman berenergi dapat menimbulkan implikasi kesehatan yang serius, terutama jika dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja.
2. Roti yang diproduksi secara massal
foto: freepik.com
Roti ini biasanya banyak ditemukan di rak supermarket dan digolongkan sebagai makanan UPF atau Ultra Processed Food. Selain bahan-bahan pokok roti (tepung, ragi, garam, dan air), biasanya juga mengandung bahan tambahan untuk mempercepat proses pembuatan dan memperpanjang masa simpan. Contohnya termasuk pengemulsi, pengawet, dan gula. Roti jenis ini cenderung memiliki kandungan gula tambahan yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan obesitas.
3. Sereal sarapan
foto: freepik.com
Banyak sereal populer yang digolongkan sebagai UPF karena mengandung biji-bijian yang diproses secara berlebihan serta bahan tambahan, seperti sirup gula invert, pengawet, dan pewarna. Mengolah biji-bijian seperti gandum dan jagung dapat mengurangi kandungan serat dan nutrisinya, sehingga meningkatkan kadar gula darah dan mengganggu respons insulin. Sereal seperti ini jadi pilihan yang kurang sehat jika dibandingkan dengan semangkuk sereal yang diproses secara minimal, seperti bubur.
4. Sosis
foto: freepik.com
Sosis merupakan salah satu makanan 'olahan' yang digandrungi banyak orang, baik anak-anak maupun dewasa. Namun konsumsinya harus dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Melasnir dari bbcgoodfood.com pedoman kesehatan saat ini hanya merekomendasikan supaya kamu hanya mengonsumsi daging merah tidak lebih dari 70g (berat matang) per hari, karena berpotensi terkait dengan kanker usus.
Tak hanya itu saja, daging olahan seperti sosis, dianggap membawa risiko lebih besar karena mengandung nitrat tambahan serta kadar lemak jenuh dan garam yang tinggi. Konsumsi daging merah dengan jangka panjang, dan khususnya daging olahan, dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian karena berbagai sebab, seperti penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
5. Daging vegan
foto: freepik.com
Daging vegan merupakan daging dari tumbuhan atau juga biasa disebut dengan plant-based. Daging ini diolah dengan rekayasa tinggi ini dirancang untuk meniru tekstur, rasa, dan tampilan daging konvensional. Misalnya, penggunaan karbohidrat yang dikenal sebagai 'gula pereduksi' (seperti dekstrosa, xilosa, atau arabinosa) dan pewarna secara cerdas dapat menciptakan efek perubahan warna dari merah muda 'mentah' menjadi coklat selama pemasakan.
Tak hanya itu saja, ada zat adiktif yang lain seperti metil selulosa digunakan untuk menciptakan sensasi seperti daging. Sementara itu, Penambah rasa seperti monosodium glutamat serta pengemulsi, dan penstabil juga digunakan untuk menyesuaikan rasa dan tekstur protein nabati. Oleh karena itu, bahan kimia yang terkandung di dalam daging vegan ini memiliki efek yang bervariasi pada tubuh karena bahan kimia ini tidak boleh dikonsumsi secara teratur.
Bahaya mengonsumsi makanan ultra proses bagi anak-anak.
Mengonsumsi makanan ultra-processed dapat memiliki beberapa bahaya bagi anak, antara lain:
1. Obesitas.
Makanan ini seringkali tinggi kalori, gula, dan lemak, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan yang berlebihan.
2. Masalah Kesehatan Jangka Panjang.
Anak-anak yang mengonsumsi makanan olahan berisiko lebih tinggi mengalami diabetes tipe 2 dan penyakit jantung di kemudian hari.
3. Gangguan Perkembangan.
Nutrisi yang buruk dari makanan ini dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif anak.
4. Kualitas Diet Buruk.
Makanan ultra-processed biasanya rendah serat, vitamin, dan mineral, sehingga anak-anak mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang sehat.
5. Masalah Perilaku.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi makanan olahan dapat berkontribusi pada masalah perilaku, termasuk hiperaktivitas.
6. Kesehatan Gigi.
Makanan tinggi gula dapat menyebabkan kerusakan gigi dan masalah gigi lainnya.
7. Kecanduan Makanan.
Rasa yang kuat dan bahan tambahan dapat membuat anak-anak lebih cenderung menginginkan makanan olahan, yang berpotensi mengganggu pola makan sehat.
Mendorong konsumsi makanan segar dan alami sangat penting untuk kesehatan anak-anak.
Recommended By Editor
- Jangan diabaikan, kenali gejala kelenjar getah bening pada anak dan ciri-cirinya
- Tak perlu buru-buru ke dokter, ini 9 cara efektif turunkan demam pada anak dengan bahan alami
- Dijamin mudah dan efektif, 7 kebiasaan sehari-hari yang bikin anak tumbuh tinggi serta tambah sehat
- Jangan diabaikan, ini 7 ciri-ciri tubuh anak terjangkit cacingan, bisa ganggu tumbuh kembang
- Bayi berusia 2 hari kena radang otak usai dicium, ini penjelasan medis dan cara mengantisipasinya