Brilio.net - Anemia pada ibu hamil seringkali dianggap sepele, padahal anemia bisa memicu komplikasi seperti bayi lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah, bahkan hingga menyebabkan kematian pada sang ibu.

Nggak heran bila, anemia pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Melansir dari data Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 48,9% pada tahun 2018. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur hingga 12-28%.

Penyebab anemia pada ibu hamil beragam, mulai dari defisiensi zat besi hingga penyakit kronis. Menyadur dari Antara News Dr. Anita Surya, SpOG dari RS Pondok Indah, Jakarta, menjelaskan anemia pada ibu hamil bisa meningkatkan dua kali kupat mengakibatkan kelahiran prematur. Apabila kelahiran di bawah 37 minggu maka berisiko stunting.

Menilik lebih jauh, Anita Surya juga menekankan pentingnya deteksi dini serta penanganan tepat. Ia menjelaskan bahwa anemia selama kehamilan dapat berdampak serius pada ibu dan janin jika tidak ditangani dengan baik.

Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan melalui pola makan seimbang maupun suplementasi zat besi. Konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan sangat dianjurkan. Selain itu, pemeriksaan rutin selama kehamilan juga penting untuk memantau kadar hemoglobin sekaligus mendeteksi anemia sejak dini.

Supaya lebih memahami apa saja gejala anemia pada ibu hamil dan cara mencegahnya. Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini! Brilio.net sadur dari berbagai sumber, Selasa (13/8)

Apa itu kondisi anemia pada ibu hamil?

penyebab anemia pada ibu hamil © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

Anemia pada ibu hamil merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah ibu hamil lebih rendah dari normal. Hemoglobin ialah protein dalam sel darah merah yang berperan penting dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Pada ibu hamil, anemia umumnya didefinisikan ketika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, atau kurang dari 10,5 g/dL pada trimester kedua.

Anemia selama kehamilan dapat berdampak serius pada kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil dengan anemia berisiko mengalami kelelahan, sesak napas, peningkatan risiko infeksi, dan komplikasi selama persalinan.

Sementara itu, janin berisiko mengalami pertumbuhan terhambat, kelahiran prematur, atau berat badan lahir rendah.

Penyebab anemia pada ibu hamil.

penyebab anemia pada ibu hamil © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Peningkatan volume plasma yang cepat

Selama kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami peningkatan volume darah secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume plasma darah yang lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan jumlah sel darah merah.

Akibatnya, terjadi pengenceran darah yang menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, yakni suatu kondisi yang dikenal sebagai anemia fisiologis. Meski normal terjadi, kondisi ini bisa menyebabkan gejala anemia jika tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah yang cukup untuk menyeimbangkan peningkatan volume plasma ini.

2. Kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia yang paling umum pada ibu hamil. Zat besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Selama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat karena tubuh ibu harus mendukung pertumbuhan janin serta perubahan dalam tubuhnya sendiri, seperti peningkatan volume darah.

Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi atau jika tubuh mengalami kesulitan dalam menyerap zat besi, ibu hamil bisa mengalami anemia. Gejala dari kekurangan zat besi ini dapat berupa kelelahan yang ekstrem, kulit pucat, dan sesak napas.

3. Kekurangan asam folat

Asam folat atau vitamin B9 merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk produksi sel darah merah yang sehat. Selama kehamilan, kebutuhan asam folat meningkat untuk mendukung pembentukan sel darah merah baru serta perkembangan janin yang sehat, terutama pada tahap awal kehamilan.

Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik, di mana sel darah merah yang terbentuk berukuran lebih besar dan kurang efisien dalam mengangkut oksigen. Ini dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, serta meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan, termasuk cacat tabung saraf pada janin.

4. Kekurangan vitamin B12

Selain asam folat, kekurangan vitamin B12 penting untuk pembentukan sel darah merah maupun fungsi sistem saraf yang normal. Selama kehamilan, kebutuhan akan vitamin B12 meningkat, sehingga apabila defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan anemia pernisiosa.

Kekurangan vitamin B12 biasanya lebih sering terjadi pada ibu hamil yang menjalani pola makan vegetarian atau vegan, karena vitamin ini sebagian besar ditemukan dalam produk hewani. Gejala defisiensi vitamin B12 bisa berupa kelelahan, kelemahan, dan masalah neurologis seperti kesemutan atau mati rasa di tangan maupun kaki.

5. Pendarahan

Kehilangan darah, baik secara akut maupun kronis, juga dapat menjadi penyebab anemia pada ibu hamil. Misalnya, perdarahan yang terjadi akibat komplikasi kehamilan seperti plasenta previa atau solusio plasenta dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah secara signifikan.

Kehilangan darah yang berulang atau terus-menerus, meskipun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan anemia kronis. Selain itu, perdarahan dari kondisi yang tidak terkait dengan kehamilan, seperti ulkus lambung atau hemoroid, juga bisa berkontribusi pada anemia.

6. Penyakit kronis

Penyakit kronis tertentu, seperti penyakit ginjal atau gangguan autoimun, dapat mengganggu produksi sel darah merah atau menyebabkan peningkatan penghancuran sel darah merah. Misalnya, penyakit ginjal dapat mengurangi produksi eritropoietin, hormon yang merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang.

Selain itu, gangguan autoimun, seperti lupus, dapat menyebabkan tubuh menyerang sel darah merahnya sendiri, akibatnya menyebabkan anemia hemolitik. Kondisi-kondisi ini membutuhkan perawatan medis yang khusus selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.

Cara mencegah anemia pada ibu hamil.

penyebab anemia pada ibu hamil © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Konsumsi makanan kaya zat besi

Zat besi adalah nutrisi penting untuk mencegah anemia, karena diperlukan untuk produksi hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, ayam, ikan, sayuran hijau (bayam, brokoli), kacang-kacangan, dan sereal yang diperkaya zat besi.

2. Kombinasi dengan Vitamin C

Vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, stroberi, tomat, dan paprika, bersama makanan yang mengandung zat besi dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

3. Konsumsi suplemen zat besi

Dokter sering meresepkan suplemen zat besi kepada ibu hamil, terutama jika kadar zat besi dalam darah rendah. Suplemen ini membantu mencegah serta mengobati anemia defisiensi zat besi. Penting untuk mengikuti dosis yang diberikan oleh dokter karena kelebihan zat besi juga dapat berdampak buruk.

4. Konsumsi asam folat dan vitamin B12

Asam folat dan vitamin B12 juga berperan dalam pembentukan sel darah merah. Kekurangan kedua vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Sumber asam folat termasuk sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, maupun buah jeruk, sementara sumber vitamin B12 termasuk daging, ikan, telur, serta produk susu.

5. Hindari teh dan kopi

Teh dan kopi mengandung senyawa yang disebut tanin yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dari makanan. Sebaiknya, hindari mengonsumsi minuman ini saat makan atau segera setelah makan untuk memastikan tubuh menyerap zat besi secara optimal.

6. Rutin periksa ke dokter.

Pemeriksaan darah secara rutin selama kehamilan penting untuk memantau kadar hemoglobin dan memastikan tidak terjadi anemia. Jika ditemukan tanda-tanda anemia, dokter dapat segera memberikan penanganan yang tepat.