Brilio.net - Atrial fibrilasi (AF) atau fibrilasi atrium merupakan salah satu jenis aritmia atau gangguan irama jantung. Kondisi ini ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat. Gejala yang umum terjadi seperti lemas, jantung berdebar, hingga sesak napas. Gejala ini bisa muncul timbul, berlangsung lama, bahkan permanen. Apabila atrial fibrilasi dibiarkan begitu saja bisa mengakibatkan gagal jantung hingga stroke.
Menyadur dari Antara, menurut Guru besar bidang aritmia Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Sp.JP(K) FIHA FAsCC mengatakan pasien yang mengalami atrial fibrilasi (AF) di Indonesia masih banyak terjadi di usia produktif yakni sekitar usia 40 sampai 65 tahun.
Kategori usia 40-60 menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan rentang usia yang masih mudah dibandingkan dengan data global di mana atrial fibrilasi banyak diderita pada usia 60 tahun ke atas. Melihat tingkat kasus AF di Indonesia yang makin banyak dialami oleh usia produktif, maka disarankan untuk setiap rumah sakit menyediakan layanan skrining secara menyeluruh.
Tujuannya agar mengetahui risiko adanya atrial fibrilasi. Ketika mengetahui potensi atrial fibrilasi sejak dini dapat memungkin langkah pengobatan yang lebih optimal. Lantas bagaimana cara deteksi dini atrial fibrilasi ini? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini! Jumat (16/8)
Cara mendeteksi atrial fibrilasi sejak dini.
foto: freepik.com
1. Pemantauan jantung dengan elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram (EKG) merupakan alat diagnostik utama yang digunakan untuk mendeteksi atrial fibrilasi. EKG mengukur aktivitas listrik jantung dan dapat mengidentifikasi irama jantung yang tidak normal.
Prosedur ini dapat dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan menggunakan perangkat yang menyederhanakan pemantauan, seperti Holter monitor atau perangkat EKG portabel. Dengan merekam aktivitas listrik jantung selama periode waktu tertentu, dokter dapat mendeteksi ketidaknormalan yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan rutin.
2. Pemantauan jantung dengan alat pemantau jantung pribadi
Alat pemantau jantung pribadi, seperti oksimeter denyut nadi atau monitor jantung yang dikenakan di pergelangan tangan yang telah tersedia dalam bentuk smartwatch.
Teknologi ini memungkinkan pasien untuk memantau detak jantung mereka secara real-time. Perangkat yang terhubung melalui smartphone atau komputer, memberikan data yang dapat dianalisis untuk mendeteksi tanda-tanda atrial fibrilasi.
Dengan pemantauan terus-menerus, perangkat ini dapat mendeteksi episode AF yang mungkin tidak terdeteksi selama kunjungan rutin ke dokter.
3. Penggunaan aplikasi kesehatan di smartphone
Beberapa aplikasi kesehatan yang dirancang khusus untuk memantau detak jantung dapat membantu mendeteksi atrial fibrilasi. Aplikasi ini sering kali terintegrasi dengan perangkat wearable yang dapat mengukur detak jantung dan melaporkan data secara langsung ke ponsel pengguna.
Dengan menggunakan algoritme canggih, aplikasi tersebut dapat mengidentifikasi pola irama jantung yang tidak normal serta memberi peringatan kepada pengguna jika ada indikasi atrial fibrilasi.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik oleh dokter dapat membantu mendeteksi tanda-tanda atrial fibrilasi. Dokter akan memeriksa detak jantung untuk mendeteksi ketidaknormalan atau ketidakberaturan. Selain itu, riwayat medis pasien, termasuk adanya faktor risiko seperti hipertensi atau diabetes, dapat memberikan indikasi awal kemungkinan atrial fibrilasi. Informasi ini penting untuk menentukan langkah-langkah diagnostik lebih lanjut.
5. Tes kesehatan jantung berkala
Tes kesehatan jantung secara berkala, terutama bagi orang dengan faktor risiko tinggi, dapat membantu mendeteksi atrial fibrilasi sejak dini. Tes ini termasuk EKG rutin, echocardiogram (ultrasonografi jantung), dan tes beban jantung.
Dengan melakukan tes ini secara berkala, perubahan dalam pola irama jantung dapat diidentifikasi lebih cepat sehingga memungkinkan perawatan yang tepat waktu.
6. Pemeriksaan nadi manual
Salah satu metode paling sederhana untuk deteksi dini AF adalah pemeriksaan nadi manual. Teknik ini melibatkan perabaan denyut nadi di pergelangan tangan atau leher selama minimal 30 detik.
Langkah-langkah:
1. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri karotis di leher.
2. Hitung denyut nadi selama 30 detik, kemudian kalikan dengan dua untuk mendapatkan denyut per menit.
3. Perhatikan keteraturan ritme denyut.
Denyut yang sangat cepat (>100 denyut per menit) atau sangat lambat (<60 denyut per menit) dan tidak teratur bisa menjadi indikasi AF. Sebuah penelitian oleh Cooke et al. (2006) yang diterbitkan dalam British Journal of General Practice menunjukkan bahwa pemeriksaan nadi rutin oleh praktisi umum dapat meningkatkan deteksi AF hingga 64% dibandingkan dengan praktik standar seperti ini. Akan tetapi cara ini bisa kamu lakukan untuk menelisik risiko yang mungkin terjadi. Setelah itu, segera ke fasilitas kesehatan untuk mengecek secara menyeluruh.
Penyebab atrial fibrilasi.
foto: freepik.com
Fibrilasi atrium (AF) terjadi akibat adanya gangguan hantaran sinyal listrik di otot jantung. Alhasil, denyut jantung menjadi tidak normal sehingga tidak memompa darah dengan optimal ke seluruh tubuh.
Gangguan hantaran listrik ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi:
1. Konsumsi minuman berkafein atau beralkohol
2. Konsumsi obat-obatan batuk pilek
3. Kebiasaan merokok
4. Tekanan darah tinggi
5. Penyakit jantung koroner
6. Penyakit jantung bawaan
7. Kelainan katup jantung
8. Serangan jantung
9. Hipertiroidisme
10. Infeksi virus
11. Sleep apnea
12. Gangguan metabolik
13. Penyakit paru-paru
Selain beberapa faktor di atas, terdapat kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang AF, yaitu:
1. Berusia lanjut
2. Menderita obesitas atau berat badan berlebih
3. Riwayat keluarga yang juga mengalami atrial fibrilasi
Cara mengobati atrial fibrilasi.
foto: freepik.com
Pengobatan atrial fibrilasi (AF) bertujuan untuk mengontrol irama jantung, mengurangi gejala, dan mengurangi risiko komplikasi seperti stroke. Adapun langsung pengobatan atrial fibrilasi, diantaranya:
1. Pengobatan dengan obat
a. Obat antikoagulan
Obat antikoagulan (pengencer darah) seperti warfarin, dabigatran, rivaroxaban, atau apixaban digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan stroke. Pemilihan obat ini biasanya berdasarkan risiko stroke serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
b. Obat anti-arhythmia
Obat ini digunakan untuk mengatur irama jantung sekaligus mencegah episode AF. Contohnya termasuk flekainid, propafenon, sotalol, dan amiodarone. Obat ini dapat membantu mengembalikan detak jantung ke ritme normal atau mengurangi frekuensi episode AF.
c. Obat pengontrol detak jantung
Beta-blocker (seperti metoprolol) atau blocker saluran kalsium (seperti diltiazem) digunakan untuk mengontrol frekuensi detak jantung yang cepat, sehingga membantu mengurangi gejala seperti palpitasi dan sesak napas.
2. Pengobatan non-obat
a. Kardioversi
Kardioversi menjadi prosedur medis yang menggunakan listrik atau obat untuk mengembalikan detak jantung ke ritme normal. Kardioversi listrik melibatkan pemberian kejutan listrik ke jantung melalui elektroda yang ditempatkan di dada, sementara kardioversi obat melibatkan pemberian obat anti-aritmia.
b. Ablasi kateter
Ablasi kateter merupakan prosedur invasif yang dilakukan dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah untuk menghancurkan area kecil di jantung yang menyebabkan AF. Prosedur ini dapat membantu mengurangi frekuensi atau menghentikan episode AF pada beberapa pasien.
c. Perangkat pacu jantung
Dalam beberapa kasus, pemasangan alat pacu jantung (pacemaker) mungkin diperlukan jika pengobatan tidak efektif dalam mengontrol detak jantung atau jika pasien memiliki masalah dengan detak jantung yang sangat lambat setelah pengobatan atrial fibrilasi.
3. Perubahan gaya hidup
Mengadopsi pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan dapat membantu mengurangi gejala AF serta mencegah episode baru. Pengelolaan stres juga penting karena stres dapat memicu episode AF.
Selain itu, yang tak kalah penting yakni mengelola kondisi medis yang mendasari seperti hipertensi, diabetes, hingga gangguan tiroid juga penting dalam pengelolaan atrial fibrilasi. Pengendalian tekanan darah sekaligus menjaga kadar gula darah dalam rentang normal dapat mengurangi risiko komplikasi.
4. Pencegahan komplikasi
Salah satu opsi pencegahan komplikasi atrial fibrilasi dapat dilakukan dengan berkonsultasi rutin dengan dokter atau ahli jantung penting untuk memantau perkembangan kondisi, menyesuaikan pengobatan, hingga mengidentifikasi tanda-tanda komplikasi lebih awal.
Recommended By Editor
- Mengonsumsi gula berlebih punya dampak yang sama dengan merokok, ini faktanya
- Penyakit kanker kini mengintai generasi X dan milenial, ini 7 penyebab dan cara untuk mencegahnya
- Tinggi kandungan kalium, 9 buah ini cocok dikonsumsi pengidap penyakit jantung
- 9 Makanan pemicu risiko hepatitis bagi anak, hindari untuk kesehatan optimal
- [KUIS] Berapa banyak kesalahan makan buah yang kamu lakukan? Buktikan lewat 5 pertanyaan ini
- Bantu mengatasi anemia, 9 buah ini cocok dikonsumsi ibu hamil
- WHO tetapkan status darurat kesehatan global, ini 9 cara jaga tubuh agar terhindar dari cacar monyet