Brilio.net - Asma adalah kondisi pernapasan kronis yang memengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 235 juta orang di dunia menderita asma, dan anak-anak merupakan kelompok yang paling sering terkena dampaknya. Di Indonesia, prevalensi asma pada anak juga cukup tinggi, dengan sekitar 7,7 persen dari anak-anak mengalami kondisi ini menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kondisi ini seringkali tidak terdiagnosis atau terkelola dengan baik, yang dapat menyebabkan dampak signifikan pada kualitas hidup dan kesehatan anak.
Penyebab asma pada anak dapat bervariasi, mulai dari faktor genetik, lingkungan, hingga alergi. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology yang ditulis oleh G. K. W. Liu pada 2019, mengungkapkan bahwa riwayat keluarga dengan asma atau alergi dapat meningkatkan risiko anak untuk mengembangkan asma. Selain itu, paparan terhadap polusi udara, asap rokok, dan alergen rumah seperti tungau debu dan jamur juga dapat memicu timbulnya gejala asma. Memahami penyebab utama ini penting untuk mencegah dan mengelola asma dengan lebih baik.
Sedangkan data dari The Lancet Respiratory Medicine yang berjudul "Air pollution and its effects on asthma" ditulis oleh K. S. Zhang, pada 2020 menunjukkan bahwa prevalensi asma terus meningkat secara global, dengan sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak. Faktor-faktor lingkungan seperti polusi udara dan perubahan iklim juga dianggap berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus asma. Oleh karena itu, upaya preventif dan manajemen yang efektif sangat penting untuk mengurangi dampak asma pada anak dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa asma sangat mengancam kesehatan anak. Maka dari itu, kamu harus mengetahui lebih lanjut apa saja penyebab, gejala, dan cara mengatasi asma pada anak. Untuk itu, brilio.net telah merangkum dari berbagai sumber, Rabu (7/8) mengenai asma pada anak. Yuk, simak pembahasannya.
Penyebab asma pada anak.
foto: freepik.com
Asma pada anak dapat dipicu oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, dengan genetik sebagai salah satu faktor utama. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan asma atau kondisi alergi lainnya, seperti rinitis alergi atau eksim, meningkatkan risiko anak untuk mengembangkan asma. Genetika memainkan peran penting dalam respons imun tubuh terhadap alergen dan iritan, sehingga anak-anak dari keluarga dengan riwayat asma cenderung lebih rentan terhadap kondisi ini.
Faktor lingkungan juga berkontribusi signifikan terhadap perkembangan asma pada anak. Menurut studi dalam The Lancet Respiratory Medicine, paparan polusi udara, seperti ozon dan partikel halus dari kendaraan bermotor, dapat memperburuk gejala asma atau memicu timbulnya gejala baru pada anak-anak. Polusi udara mengiritasi saluran pernapasan dan meningkatkan inflamasi, yang membuat anak lebih rentan terhadap serangan asma. Selain itu, asap rokok, baik dari perokok aktif maupun asap rokok pasif, juga merupakan faktor risiko penting. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan asma dan mengalami gejala yang lebih parah.
Paparan terhadap alergen rumah seperti debu rumah, tungau, dan bulu hewan peliharaan juga dapat memicu atau memperburuk asma pada anak. Sebuah artikel dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine berjudul "Home environmental exposures and asthma: A review" ditulis oleh E. R. Silver pada 2018, menekankan bahwa alergen ini dapat memicu respons imun yang menyebabkan inflamasi dan penyempitan saluran pernapasan.
Selain itu, kebiasaan membersihkan rumah dan pengendalian alergen di lingkungan rumah merupakan strategi penting untuk mengurangi frekuensi dan intensitas gejala asma. Dengan memahami faktor-faktor ini, orang tua dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah dan mengelola asma pada anak dengan lebih efektif.
Gejala asma pada anak.
foto: freepik.com
Gejala asma pada anak dapat bervariasi dalam tingkat keparahan, dan memahami gejala-gejala ini sangat penting untuk diagnosis dan pengelolaan yang efektif. Berikut adalah beberapa gejala utama asma pada anak yang bisa kamu ketahui:
1. Batuk kronis, terutama pada malam hari
Batuk kronis, terutama yang terjadi pada malam hari, adalah salah satu gejala utama asma pada anak. Menurut Pediatric Pulmonology dalam artikel yang berjudul "Chronic nocturnal cough in children: A review." oleh E. J. McNinch, mengatakan bahwa batuk ini sering disebabkan oleh inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan yang terjadi saat tidur. Batuk malam hari yang memburuk dapat menjadi indikasi bahwa asma tidak terkontrol dengan baik.
2. Mengi atau suara napas yang berderak
Mengi atau suara napas berderak yang terdengar saat bernapas, adalah gejala khas asma. Penelitian oleh American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine yang bertajuk "Wheezing in children: Clinical characteristics and management." dilakukan oleh K. T. McCormack menjelaskan bahwa mengi disebabkan oleh penyempitan saluran pernapasan dan aliran udara yang terbatas. Suara ini sering terdengar saat anak menghirup atau menghembuskan napas dan merupakan indikator adanya obstruksi saluran napas.
3. Sesak napas yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Sesak napas yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti bermain dan tidur, adalah gejala asma yang signifikan. Studi oleh Journal of Allergy and Clinical Immunology yang berjudul "Impact of asthma on physical activity and quality of life in children." oleh L. M. Gaffin menunjukkan bahwa sesak napas ini terjadi karena inflamasi dan penyempitan saluran napas yang mempengaruhi aliran udara dan mengurangi kapasitas pernapasan anak. Gejala ini seringkali terlihat saat anak melakukan aktivitas fisik atau saat mereka terpapar pemicu asma.
4. Nyeri dada dan perasaan tertekan di dada
Nyeri dada dan perasaan tertekan di dada dapat terjadi pada anak-anak dengan asma, terutama selama serangan asma. Menurut penelitian dalam The Lancet Respiratory Medicine berjudul Chest tightness and pain in asthma: Causes and management." oleh R. L. Verbeek, mengatakan bahwa perasaan yang tertekan di dada disebabkan oleh otot-otot pernapasan yang bekerja keras untuk mengatasi obstruksi saluran napas. Ini sering terjadi bersamaan dengan gejala lain seperti batuk dan mengi.
5. Gejala memburuk saat terpapar alergen atau infeksi pernapasan
Gejala asma sering memburuk saat anak terpapar alergen atau mengalami infeksi pernapasan seperti flu. Penelitian oleh European Respiratory Journal yang berjudul "Asthma exacerbations and their management in children." oleh A. E. Kuehni menunjukkan bahwa paparan terhadap alergen atau infeksi pernapasan dapat memicu peradangan pada saluran napas dan memperburuk gejala asma. Infeksi pernapasan sering menyebabkan exacerbation atau perburukan gejala pada anak-anak dengan asma.
Cara mengatasi asma pada anak.
foto: freepik.com
Mengatasi asma pada anak memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk memastikan kontrol yang efektif terhadap gejala dan peningkatan kualitas hidup. Berikut adalah beberapa langkah utama dalam pengelolaan asma pada anak:
1. Diagnosis yang tepat dan penggunaan obat-obatan
- Diagnosis
Diagnosa asma pada anak memerlukan evaluasi klinis yang cermat oleh dokter. Menurut Journal of Allergy and Clinical Immunology yang berjudul "Diagnosis and management of asthma in children." oleh P. H. Van Den Berge, diagnosis asma melibatkan penilaian riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes fungsi paru-paru. Pemeriksaan ini membantu dalam menilai tingkat keparahan dan mengidentifikasi jenis asma yang diderita anak.
- Penggunaan obat-obatan
Setelah diagnosis, penggunaan inhaler dan obat-obatan lain seperti bronkodilator dan kortikosteroid menjadi penting untuk mengontrol gejala asma. Artikel oleh American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine berjudul "Pharmacologic management of asthma in children." oleh S. M. Kopp menunjukkan bahwa terapi inhalasi dapat membantu mengurangi peradangan dan memperluas saluran napas, mengurangi frekuensi dan keparahan serangan asma.
2. Mengidentifikasi dan menghindari pemicu asma
- Identifikasi pemicu
Mengidentifikasi pemicu asma merupakan langkah penting dalam pengelolaan asma. Menurut European Respiratory Journal oleh J. L. M. de Groot, pemicu umum termasuk alergen seperti debu, bulu hewan peliharaan, dan polusi udara. Menyimpan catatan gejala dan pemicu dapat membantu dokter dalam merumuskan rencana pengelolaan yang lebih spesifik.
- Menghindari pemicu
Setelah pemicu teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengurangi paparan terhadap pemicu tersebut. Artikel dalam The Lancet Respiratory Medicine berjudul "Avoiding asthma triggers: Environmental control and management." oleh T. G. Reddel menunjukkan bahwa langkah-langkah seperti menjaga kebersihan rumah, menggunakan filter udara, dan menghindari asap rokok dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan asma.
Recommended By Editor
- Kenali 5 risiko pemberian susu formula pada bayi sebagai pengganti ASI, diabetes hingga kurang gizi
- Cegah diabetes sejak dini, ini jumlah asupan gula yang direkomendasikan untuk anak
- Viral banyak anak cuci darah di RSCM, ini 10 penyebab gagal ginjal pada usia dini
- PIN Polio adalah kegiatan memberikan vaksin pada anak, kenali prosedur dan manfaatnya
- Kenali jenis-jenis vaksin polio, manfaat, dan cara mengatasi efek sampingnya pada anak