Brilio.net - Penyakit yang ditimbulkan dari nyamuk sangatlah beragam, salah satunya adalah chikungunya dan demam berdarah. Chikungunya seringkali disalah artikan sebagai penyakit demam berdarah. Padahal kedua penyakit tersebut berbeda, meskipun penularan virus dari kedua penyakit ini sama-sama dari nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Bedanya, chikungunya atau biasa disebut flu tulang disebabkan oleh infeksi dari nyamuk yang membawa virus chikungunya (CHIKV). Sedangkan demam berdarah disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang belum terinfeksi. Keduanya nyamuk tersebut banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis setelah musim hujan.
Melansir dari World Health Organization (WHO), pada 2019 penyakit chikungunya telah terjadi lebih dari 1,9 juta kasus di Asia. Sedangkan dari kemkes.go.id, Pusat Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sepanjang 2019 telah terjadi demam chikungunya sebanyak 5.042 kasus. Dari kasus tersebut, sebanyak 1.044 kasus terjadi di Provinsi Jawa Barat, disusul Lampung dengan 829 kasus, dan Gorontalo dengan 534 kasus.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit yang berasal dari nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus sangat berbahaya bagi manusia. Sebenarnya, tidak sulit membedakan DBD dan Chikungunya, asalkan kamu tahu tanda dan gejala khas dari kedua penyakit ini. Berikut brilio.net merangkum dari berbagai sumber, Kamis (6/6).
Perbedaan gejala chikungunya dan DBD
foto: freepik.com
Dilansir dari WHO, gejala yang ditimbulkan oleh nyamuk yang terpapar virus CHIKV biasanya terjadi 4–8 hari (kisaran 2–12 hari) setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan demam yang tiba-tiba dan disertai nyeri sendi parah. Nyeri sendi sering kali melemahkan dan biasanya berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Tanda dan gejala umum lainnya termasuk pembengkakan sendi, nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam. Mesi begitu, kebanyakan pasien pulih sepenuhnya dari infeksi. Namun, beberapa kali ditemukan kasus komplikasi mata, jantung, dan neurologis akibat infeksi CHIKV. Pasien dengan usia tua mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit parah. Selain itu, bayi baru lahir yang memiliki kondisi medis penyerta dapat menjadi sakit parah dan infeksi CHIKV yang dapat meningkatkan risiko kematian.
Adapun gejala dari demam berdarah biasanya muncul 4-10 hari setelah mendapatkan gigitan nyamuk. Penyakit demam berdarah dapat menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat celcius. Selain itu, gejala yang ditimbulkan seperti sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam. DBD juga dapat mengancam jiwa karena pembuluh darah menjadi rusak dan bocor.
Kondisi seperti itu akan menyebabkan jumlah sel pembentuk gumpalan atau trombosit menjadi turun secara drastis. Gejala yang bisa dilihat setelah 2 hari pertama demam hilang seperti sakit perut parah, muntah terus-terusan, pendarahan di gusi atau hidung, darah dalam urine, tinja, atau muntah, pendarahan di bawah kulit yang terlihat seperti memar, pernapasan yang sulit atau cepat, kelelahan, iritabilitas atau kegelisahan.
Cara penanganan chikungunya dan DBD
foto: freepik.com
Chikungunya tidak perlu pengobatan yang khusus, karena tipe penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala dari rasa sakit yang ditimbulkan akan mereda dalam 1-2 minggu. Namun nyeri sendi akan berlangsung secara berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Pengobatan yang akan diberikan oleh pihak medis adalah obat anti radang atau obat flu tulang supaya meredakan nyeri sendi dan demam yang dialami. Selain itu, pasien akan disarankan untuk banyak minum dan istirahat yang cukup.
Sedangkan demam berdarah juga tidak ada pengobatan secara khusus untuk ditujukan melawan virus Dengue. Pada umumnya, pengobatan demam berdarah bertujuan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kekuatan sistem imun, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Adapun cara menangani penyakit demam berdarah adalah istirahat yang cukup, hidrasi tubuh, obat penghilang nyeri, hindari NSAID, kompres dengan kain hangat atau dingin, mengonsumsi makanan yang sehat, dan selalu cek ke dokter.
Pencegahan DBD dan chikungunya
foto: freepik.com
Untuk mencegah penyebaran penyakit chikungunya, kamu bisa melakukan beberapa langkah berikut ini:
- Menguras tempat penampungan air.
- Menutup penampungan air dengan rapat.
- Mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air, misalnya botol bekas atau wadah bekas.
- Menaburkan bubuk abate pada penampungan air.
- Memelihara ikan yang bisa memakan jentik nyamuk.
- Menggunakan obat anti nyamuk. Memasang kawat anti nyamuk pada ventilasi rumah.
- Menanam tumbuhan yang dapat mengusir nyamuk.
- Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian di tempat terbuka.
- Memperbaiki saluran air yang rusak. Gotong-royong menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Sedangkan pencegahan DBD sebagai berikut:
- Membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti ember, bak mandi, penampungan air minum, lemari es, dan lainnya.
- Membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air haruslah dijaga dengan menutup kembali agar nyamuk tak berkembang biak di dalamnya.
- Mendaur ulang tempat yang menjadi sarang nyamuk merupakan langkah yang tepat, seperti botol bekas, barang yang tergenang air, dan masih banyak lagi.
Recommended By Editor
- Cegah demam berdarah, ini 7 cara ampuh usir nyamuk di rumah tanpa bahan kimia
- Sering diabaikan, 11 lokasi di rumah ini jadi tempat strategis nyamuk penyebab DBD berkembang biak
- 8 Makanan sederhana yang dapat meningkatkan trombosit pada penderita demam berdarah (DBD)
- 10 Makanan yang berpotensi memicu kanker serviks pada wanita, dari gorengan hingga bakaran
- Dapat kurangi kadar lemak dan kolesterol, ini 8 ikan kaya omega-3 yang aman dan sehat dikonsumsi
- Waspada campak pada anak, kenali penyebab, gejala, dan cara pengobatannya