Brilio.net - Meningitis merupakan salah satu penyakit serius yang bisa menyerang otak maupun selaput otak, terutama pada anak-anak. Salah satu jenis meningitis yang sering menjadi ancaman ialah yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis (JE). Untuk melindungi anak dari risiko penyakit berbahaya ini, vaksin JE menjadi solusi penting yang dapat diberikan sejak dini.

Melansir dari Antara, menurut Dinas Kesehatan pemberian imunisasi JE aman dan efektif untuk mencegah meningitis, meskipun ada pula efek sampingnya pasca imunisasi seperti nyeri di lokasi suntikan, demam ringan, hingga kelelahan. Terlepas dari itu, vaksin JE terbukti ampuh dalam mencegah infeksi virus Japanese Encephalitis, yang sering ditemukan di daerah tropis maupun subtropis, termasuk Indonesia.

Melalui vaksinasi ini, sistem kekebalan tubuh anak dapat mengenali lalu melawan virus dengan lebih efektif, sehingga risiko terjadinya meningitis bisa ditekan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2011, terdapat 12.010 kasus meningitis pada laki-laki dan sebanyak 7.371 kasus meningitis pada wanita. Jumlah pasien tersebut diketahui jumlah kematian sebanyak 1.035.

Bahkan pada 2016 diketahui ada lebih dari 78.000 kasus meningitis dengan angka kematian lebih dari 4.000 kasus. Walau demikian, meningitis belum ada obatnya maka pencegahan melalui vaksin JE ini cukup efektif. Oleh karena itu, pemerintah menggencarkan program vaksinisasi untuk anak.

Lantas apa saja manfaat vaksin Japanese Encephalitis ini? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Senin (30/9).

Manfaat vaksin Japanese Encephalitis (JE)

Manfaat vaksin Japanese Encephalitis © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

1. Mencegah infeksi virus Japanese Encephalitis.

Manfaat utama dari vaksin JE yakni mencegah infeksi virus Japanese Encephalitis. JE ialah penyakit serius yang disebabkan oleh flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang dapat melawan virus JE jika terpapar di masa depan.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Infectious Diseases (2013), vaksin JE memiliki tingkat efektivitas mencapai 85-90% dalam mencegah infeksi simtomatik JE pada area endemik. Studi lain yang dilakukan di Nepal serta dipublikasikan di The Lancet (2017) menunjukkan bahwa program vaksinasi JE nasional berhasil menurunkan insiden JE hingga 78% dalam periode 2005-2015.

2. Mengurangi risiko komplikasi serius.

JE dapat menyebabkan peradangan otak (ensefalitis) yang berpotensi mengancam jiwa. Vaksinasi JE secara signifikan mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius ini. Sebuah studi kohort yang dilakukan di China dan dipublikasikan dalam Vaccine (2016) menemukan bahwa individu yang divaksinasi memiliki risiko 10 kali lebih rendah untuk mengalami ensefalitis dibandingkan kelompok yang tidak divaksinasi. Sementara di India yang dimuat dalam Indian Journal of Medical Research (2018) menunjukkan penurunan kejadian ensefalitis hingga 90% pada anak-anak yang menerima vaksin JE.

3. Menurunkan angka kematian.

JE memiliki tingkat kematian yang tinggi, mencapai 20-30% pada kasus yang simtomatik. Vaksinasi JE terbukti efektif dalam menurunkan angka kematian akibat penyakit ini. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) yang dirilis pada tahun 2019, negara-negara yang telah menerapkan program vaksinasi JE nasional mengalami penurunan angka kematian akibat JE hingga 70%.

Studi di Thailand yang dipublikasikan dalam American Journal of Tropical Medicine and Hygiene (2015) menunjukkan penurunan mortalitas JE sebesar 82% dalam dekade pertama setelah penerapan vaksinasi massal.

4. Mencegah kecacatan jangka panjang.

Bagi mereka yang selamat dari infeksi JE, sekitar 30-50% dapat mengalami kecacatan neurologis permanen. Oleh sebab itu, vaksin JE berperan penting dalam mencegah dampak jangka panjang ini. Riset dari longitudinal yang dilakukan di Korea Selatan dan dipublikasikan dalam Journal of Neurology, menemukan bahwa program vaksinasi JE berhasil menurunkan insiden kecacatan neurologis akibat JE hingga 75% dalam periode 20 tahun.

Studi lain di Jepang yang dimuat dalam Pediatric Infectious Disease Journal (2016) menunjukkan penurunan kasus sekuela neurologis sebesar 68% pada anak-anak yang menerima vaksin JE dibandingkan dengan periode sebelum vaksinasi.

5. Perlindungan bagi wisatawan dan pekerja di daerah endemik.

Vaksin JE sangat bermanfaat bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah endemik JE, serta pekerja yang ditugaskan di wilayah tersebut. Hal ini memberikan perlindungan penting terhadap risiko infeksi selama perjalanan atau penugasan. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Travel Medicine (2018) menunjukkan bahwa vaksinasi JE menurunkan risiko infeksi pada wisatawan ke Asia Tenggara hingga 93%.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS juga merekomendasikan vaksinasi JE bagi wisatawan yang akan menghabiskan waktu lama di daerah pedesaan Asia, berdasarkan analisis risiko-manfaat yang dipublikasikan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report (2019).

6. Memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Selain mencegah infeksi langsung, vaksin JE juga membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak. Vaksin ini bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh yang memungkinkan tubuh mengenali dan menyerang virus JE jika terpapar di kemudian hari. Respons kekebalan yang kuat ini memberikan perlindungan jangka panjang, sehingga anak tetap terlindungi dalam jangka waktu yang lama.

Studi follow-up jangka panjang yang dipublikasikan dalam Vaccine (2015) menunjukkan bahwa vaksin JE inaktivasi memberikan perlindungan efektif hingga 5 tahun setelah seri vaksinasi primer. Penelitian lain pada vaksin JE hidup yang dilemahkan, dipublikasikan dalam The Lancet Infectious Diseases (2017), menunjukkan persistensi antibodi protektif hingga 10 tahun pasca-vaksinasi pada mayoritas penerima vaksin.

7. Mengurangi risiko wabah.

Vaksinasi JE yang luas dapat membantu mencegah lalu mengendalikan wabah JE di daerah endemik, alhasil mampu melindungi kesehatan masyarakat secara lebih luas. Analisis epidemiologis yang dilakukan oleh WHO dan dipublikasikan dalam Weekly Epidemiological Record (2018) menunjukkan penurunan signifikan dalam frekuensi maupun skala wabah JE di negara-negara yang telah menerapkan program vaksinasi nasional.

Begitu pula pada studi kasus di Bangladesh, dimuat dalam Emerging Infectious Diseases (2016), mendemonstrasikan bagaimana kampanye vaksinasi JE cepat berhasil menghentikan wabah yang sedang berlangsung sekaligus mencegah eskalasi lebih lanjut.