Brilio.net - Kusta atau lepra merupakan penyakit yang sudah dikenal semenjak abad pertengahan. Penyakit kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae.

Penyakit kusta menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernapasan atas, dan mata. World Health Organization atau WHO menyatakan bahwa lebih dari 120 negara, dengan lebih dari 200.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.

Melansir dari kemkes.go.id, Indonesia menempati urutan ketiga jumlah pasien kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil. Menurut laporan Kementerian Kesehatan 2022, prevalensi kasus kusta di Indonesia sebesar 0,55 per 10 ribu.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan selama kurang lebih dua dekade, Indonesia merupakan negara penyumpang kasus kusta terbanyak nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil.

Secara nasional, (tingkat) prevalensi (kusta) kita sudah di bawah satu per 10 ribu atau saat ini 0,56. Jadi setiap 10 ribu orang, ya sudah enggak satu lagi, sebenarnya sukses. Tapi memang ini belum merata, untuk di provinsi di kabupaten/kota. Data kita masih 200-an kabupaten/kota yang masih prevalensinya masih di atas satu, ungkap Maxi beberapa waktu lalu.

Perlu kamu ketahui bahwa penyakit kusta tidak muncul secara tiba-tiba. Setelah terpapar bakteri kusta, gejala dapat timbul dalam setahun atau bahkan 20 tahun kemudian.

Kusta menyerang beragam orang dengan beragam cara, tergantung dari imunitas seseorang. Orang dengan imunitas tinggi akan memiliki kuman basil yang sedikit dan dikategorikan sebagai kusta PB (pausi basiler). Adapun orang dengan banyak kuman basil di dalam tubuh dikategorikan sebagai pasien kusta MB (multibasiler).

Yuk simak lebih lanjut apa penyebab, gejala, dan cara pengobatannya yang telah dikumpulkan brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (4/7).

Penyebab penyakit kusta

Mengenal penyakit kusta freepik.com

foto: freepik.com

Perlu diketahui bahwa ada banyak mitos seputar penyebab penyakit kusta. Melansir dari leprosymission.org, kebanyakan orang-orang percaya bahwa penyakit kusta dikaitkan dengan kutukan atau penyakit yang dikaitkan dengan kutukan dari Tuhan.

Pernyataan ini tidaklah benar, penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Perlu kamu ketahui bahwa penyakit kusta tidak diturunkan dari orang tua dan tidak bisa ditularkan dari ibu ke bayi yang belum lahir serta tidak menyebar melalui hubungan seksual.

Penyakit kusta merupakan penyakit kulit yang tertular melalui satu orang ke orang lain melalui droplet. Bakteri ini membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak dalam tubuh pengidapnya.

Kusta juga memerlukan kontak dalam waktu lama untuk bisa menularkan infeksi. Kamu tidak akan dengan mudah tertular hanya dengan bersalaman, duduk bersama, dan sentuhan kulit lainnya.

Gejala penyakit kusta

Mengenal penyakit kusta freepik.com

foto: freepik.com

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas dan berkembang secara perlahan. Bahkan di beberapa kasus ditemukan gejala kusta bartu bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita hampir 20 tahun lebih. Maka dari itu, kamu harus lebih waspada penyakit kusta di dalam tubuh.

Berikut gejala kusta yang dirasakan penderita:

Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan
kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan,atau nyeri.

- Kulit tidak berkeringat (anhidrosis).

- Kulit terasa kaku dan kering.

- Luka yang tidak terasa nyeri di telapak kaki.

- Bengkak atau benjolan di wajah dan telinga.

- Bercak yang tampak pucat dan berwarna lebih
terang daripada kulit di sekitarnya.

- Saraf membesar, biasanya di siku dan lutut.

- Otot melemah, terutama pada otot kaki dan tangan.

- Alis dan bulu mata hilang permanen.

- Mata menjadi kering dan jarang mengedip.

- Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung.

Kusta juga bisa dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahannya sebagai berikut:

- Intermediate leprosy

Kusta ini bisa ditandai dengan lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna kulit sekitarnya dan terkadang dapat sembuh dengan sendirinya.

- Tuberculoid Leprosy

Kusta ini bisa ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan disertai dengan pembesaran saraf.

- Borderline tuberculoid leprosy

Kust ini bisa dideteksi dari tanda munculnya lesi yang berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy.

- Mid-borderline leprosy

Kusta ini ditandai dengan lesi kemerahan yang tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, dan pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kusta.

- Borderline lepromatous leprosy

Jenis kusta ini ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak dengan bentuk datar atau benjolan. Kusta jenis ini terkadang menimbulkan mati rasa.

- Lepromatous leprosy

Kusta ini ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris. Lesi yang telah timbul mengandung banyak bakteri dan disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak.

Cara pengobatan kusta

Mengenal penyakit kusta freepik.com

foto: freepik.com

Pengobatan kusta harus melihat jenis kusta yang diderita. Antibiotik bisa digunakan untuk mengobati infeksi. Kusta sebaiknya diobati dalam tenggat waktu yang lama setidaknya 6 bulan hingga 1 tahun. Jika kusta telah ke tahap serius, maka kamu harus minum antibiotik lebih lama. Melansir dari webmd.com, Terapi multi obat (MDT) adalah pengobatan umum untuk kusta yang menggabungkan antibiotik.

Obat antibiotik yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

- Kusta pausibasiler

Kamu akan meminum dua antibiotik seperti dapson setiap hari dan rifampisin sebulan sekali.

- Kusta multibasiler

Kamu akan mengonsumsi antibiotik klofazimin dosis harian sebagai tambahan dapson harian dan rifampisin bulanan. kamu juga akan menjalani terapi multi obat selama 1-2 tahun, lalu kusta akan akan sembuh.