Brilio.net - Baru-baru ini Inul Daratista mengungkapkan bahwa dirinya sempat dirawat di rumah sakit akibat infeksi bakteri langka, Clostridium difficile. Setelah beberapa minggu absen dari layar kaca, Inul bercerita bahwa bakteri ini menyebabkan tubuhnya mengalami kejang, kram, dan menggigil hebat. Meski menjalani pola hidup sehat, infeksi ini tetap menghampirinya dan menyebabkan rasa sakit, yang digambarkannya jauh lebih berat ketimbang infeksi Covid-19.
Inul mengatakan bahwa kondisi tubuhnya begitu lemah, disertai keringat dingin, dan nyeri yang meluas ke seluruh tubuh. Penyanyi asal Pasuruan ini mengaku kaget karena infeksi ini sangat jarang terjadi. Dari 1.000 orang, hanya sekitar 10 yang bisa mengalami infeksi bakteri ini.
Walaupun Inul mengaku selama ini sudah menerapkan gaya hidup sehat. Termasuk kebiasaan menyantap makanan bergizi, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan, infeksi Clostridium difficile tetap menyerangnya.
"Namanya orang apes, tidak bisa disangka-sangka," kata Inul, mengungkapkan kekagetannya dikutip dari kanal YouTube Intens Investigasi.
Kasus yang dialami Inul ini menjadi pengingat bahwa meskipun pola hidup sehat penting, risiko infeksi bakteri tertentu tetap ada. Infeksi Clostridium difficile sebenarnya bisa menyerang siapa saja, terutama mereka yang pernah mengonsumsi antibiotik dalam jumlah banyak atau waktu lama. Penting bagi kamu untuk mengenal lebih dalam tentang infeksi ini, termasuk gejala yang harus diwaspadai, pengobatan, dan cara pencegahannya agar bisa lebih waspada terhadap risiko serupa.
Nah, berikut ulasan lengkapnya seperti brilio.net himpun dari berbagai sumber pada Rabu (13/11). Karena penanganan yang tepat bisa mencegah kondisi ini menjadi semakin parah.
Mengenal infeksi Clostridium difficile?
foto: freepik.com
Clostridium difficile adalah bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan, terutama usus besar. Infeksi ini biasanya menyerang orang yang baru saja mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, karena antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam usus. Ketidakseimbangan ini membuka peluang bagi bakteri C. difficile untuk berkembang biak dan menghasilkan racun yang dapat merusak dinding usus, menyebabkan peradangan, diare parah, dan kram perut.
Gejala infeksi Clostridium difficile.
Gejala infeksi C. difficile umumnya cukup serius dan muncul dalam beberapa hari setelah paparan bakteri atau setelah menjalani perawatan antibiotik. Beberapa gejala yang sering dilaporkan meliputi diare berair yang tidak kunjung reda, nyeri atau kram perut yang hebat, demam, mual, dan keringat dingin. Pada beberapa kasus yang parah, infeksi ini bisa menyebabkan dehidrasi berat, radang usus besar, hingga gagal organ jika tidak ditangani segera.
Kondisi yang dialami Inul Daratista, seperti tubuh menggigil, keringat dingin, hingga kejang-kejang, adalah gejala yang menunjukkan bahwa infeksi C. difficile bisa sangat berat dan mengganggu kualitas hidup pasien. Bahkan, beberapa pasien melaporkan bahwa rasa sakit yang ditimbulkan oleh infeksi ini lebih parah daripada infeksi lain yang pernah mereka alami.
Penyebab dan faktor risiko infeksi Clostridium difficile.
foto: freepik.com
Infeksi Clostridium difficile sering terjadi pada orang yang telah mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang. Antibiotik dapat membunuh bakteri baik di dalam tubuh, yang biasanya berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan C. difficile. Selain penggunaan antibiotik, faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena infeksi ini adalah usia lanjut, penyakit kronis, dan kondisi imun yang lemah. Orang yang tinggal lama di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang juga memiliki risiko lebih tinggi.
Cara pengobatan infeksi Clostridium difficile.
Pengobatan untuk infeksi Clostridium difficile biasanya melibatkan penghentian antibiotik yang mungkin menyebabkan infeksi atau penggantian dengan jenis antibiotik yang lebih tepat. Dokter mungkin meresepkan antibiotik khusus seperti metronidazole atau vancomycin untuk membunuh bakteri C. difficile. Selain itu, pada beberapa kasus, pasien mungkin memerlukan cairan infus untuk mencegah dehidrasi akibat diare berlebihan.
Bagi pasien yang mengalami infeksi berulang, dokter mungkin akan mempertimbangkan prosedur transplantasi feses untuk memperbaiki keseimbangan bakteri baik dalam usus. Prosedur ini bertujuan untuk memulihkan kesehatan flora usus sehingga bakteri C. difficile tidak memiliki kesempatan untuk berkembang biak kembali.
Pencegahan infeksi Clostridium difficile.
foto: freepik.com
Langkah pencegahan infeksi Clostridium difficile sangat penting, terutama bagi mereka yang sering berada di lingkungan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Salah satu langkah dasar adalah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan aktivitas yang berisiko. Kebersihan tangan dapat mencegah penyebaran bakteri yang mungkin menempel di permukaan tangan setelah kontak dengan benda atau orang yang terinfeksi.
Selain itu, penting untuk menggunakan antibiotik hanya sesuai dengan petunjuk dokter. Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat dapat merusak keseimbangan bakteri baik di dalam tubuh, sehingga membuat tubuh rentan terhadap infeksi C. difficile. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat tinggal juga penting untuk mencegah paparan bakteri ini, terutama jika ada anggota keluarga yang memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi.
Recommended By Editor
- Bebaskan si kecil bereksplorasi dengan perlindungan double dari Antis
- Jangan dianggap sepele, ternyata gigi berluang dapat sebabkan infeksi pada jantung, ini faktanya
- Mengenal kanker rektum, gejala, penyebab, dan cara mencegahnya
- 8 Penyakit ini sering muncul di musim hujan, lengkap dengan cara menjaga daya tahan tubuh
- Inovasi pengobatan kanker rektum bisa dilakukan tanpa angkat anus, kenali penyebab & gejalanya
- Kerap keringetan walau di ruang ber-AC, kenali apa itu hiperhidrosis, gejala, dan penyebabnya
- Macam-macam pola gerak dasar menangkap dalam olahraga