Brilio.net - Menjaga kesehatan tubuh bukan hanya tentang pola makan yang sehat dengan asupan nutrisi dan gizi yang seimbang. Namun, aktivitas fisik yang teratur juga berperan penting dalam mendukung kesehatan, termasuk kesehatan jantung. Walau banyak orang menyadari pentingnya olahraga, sayangnya sering kali mengabaikannya apalagi di tengah kesibukan sehari-hari yang padat.
Meski demikian, ada pula lho olahraga yang bisa dilakukan di rumah, misalnya squat jump. Squat jump memang dikenal sebagai olahraga ringan yang bisa dilakukan di mana saja. Namun, penting untuk diingat bahwa melakukan squat jump secara berlebihan dapat membawa risiko serius.
Meskipun tampak sederhana, latihan ini memerlukan perhatian khusus terhadap teknik dan frekuensinya. Terlebih bagi orang-orang yang jarang melakukannya, tentu apabila dilakukan secara intens tanpa jeda dapat menimbulkan efek samping bahkan mengancam nyawa.
Sebagaimana yang dialami oleh seorang siswa SMP N 1 STM, Deli Serdang. RSS (14 Tahun) diduga meninggal dunia pada Kamis (26/9) lalu akibat dihukum squat jump oleh wali kelasnya. Tak tanggung-tanggung, hukuman squat jump yang dilakukannya 100 kali. Diketahui usai kena hukuman RSS sempat absen selama 5 hari karena mengalami demam hingga akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Umum Sembiring, Kamis (26/9) lalu.
Meniliki kasus tersebut, tentu menjadi pelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan aktivitas olahraga yang berlebihan. Apalagi sebelumnya jarang berolahraga. Lantas apa alasan tidak boleh melakukan squat jump berlebihan? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (4/10)
Bahaya squat jump berlebihan.
foto: freepik.com
1. Cedera otot dan tendon serius
Squat jump merupakan latihan berintensitas tinggi yang membebani otot-otot besar seperti quadriceps, hamstring, dan betis. Melakukannya secara berlebihan dapat menyebabkan cedera serius seperti robekan otot atau tendon.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Strength and Conditioning Research (2018) menemukan bahwa atlet yang melakukan latihan plyometric berlebihan, termasuk squat jump, memiliki risiko 4,5 kali lebih tinggi mengalami cedera otot hamstring dibandingkan mereka yang melakukannya dengan intensitas rendah. Misalnya dengan 10-20 kali repetisi dengan jeda waktu tertentu.
Robekan otot atau tendon yang parah dapat menyebabkan perdarahan internal, yang jika tidak ditangani dengan cepat, berpotensi mengancam nyawa akibat syok hipovolemik.
2. Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis yakni kondisi serius di mana otot mengalami kerusakan parah lalu melepaskan protein myoglobin ke dalam aliran darah. Kondisi ini dapat terjadi akibat olahraga berlebihan, termasuk squat jump yang dilakukan dalam jumlah ekstrem.
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine (2016) melaporkan kasus rhabdomyolysis pada seorang pria muda setelah melakukan 100 squat jump berturut-turut. Myoglobin yang dilepaskan dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut dan bahkan gagal ginjal, yang berpotensi mengancam nyawa jika tidak ditangani segera.
3. Tekanan berlebih pada sistem kardiovaskular
Squat jump meski terkesan ringan nan sederhana, namun latihan anaerobik ini cukup intens yang dapat meningkatkan detak jantung serta tekanan darah secara signifikan. Melakukannya secara berlebihan dapat membebani sistem kardiovaskular secara ekstrem.
Sebuah studi dalam European Journal of Applied Physiology (2019) menunjukkan bahwa latihan plyometric intensitas tinggi seperti squat jump dapat meningkatkan tekanan darah sistolik hingga 180-200 mmHg pada individu yang tidak terlatih. Peningkatan tekanan darah mendadak ini berisiko menyebabkan stroke atau serangan jantung pada individu dengan kondisi kardiovaskular yang kurang optimal.
4. Risiko overtraining syndrome
Melakukan squat jump berlebihan sebagai bagian dari rutinitas latihan dapat menyebabkan overtraining syndrome. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan kronis, penurunan performa, hingga gangguan sistem imun.
Merujuk riset yang diterbitkan dalam Sports Health (2017) mengungkapkan bahwa overtraining syndrome dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem endokrin, termasuk penurunan produksi hormon testosteron dan kortisol. Gangguan hormonal ini dapat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh sekaligus berpotensi mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan tepat.
5. Cedera tulang dan sendi
Squat jump memberikan tekanan yang sangat besar pada tulang maupun sendi, terutama pada lutut, pinggul, hingga pergelangan kaki. Melakukannya secara berlebihan dapat menyebabkan cedera serius seperti fraktur stres/kerusakan kartilago.
Sebuah studi dalam Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy (2020) menemukan bahwa atlet yang melakukan latihan plyometric berlebihan memiliki risiko 3 kali lebih tinggi mengalami cedera lutut dibandingkan orang yang melakukannya dengan frekuensi moderat. Cedera parah pada sendi lutut, seperti robekan ligamen anterior cruciate (ACL), dapat memerlukan operasi dan rehabilitasi jangka panjang.
6. Dehidrasi berat
Squat jump yang dilakukan secara intens dan berlebihan dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah besar melalui keringat. Dehidrasi berat yang diakibatkan oleh aktivitas fisik berlebihan dapat mengancam nyawa.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Athletic Training (2017) menunjukkan bahwa dehidrasi berat (kehilangan lebih dari 5% berat badan) dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, peningkatan risiko heat stroke, dan bahkan kegagalan organ multipel jika tidak ditangani dengan cepat.
7. Gangguan elektrolit
Latihan intensitas tinggi seperti squat jump yang dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh, terutama natrium dan kalium. Gangguan elektrolit yang parah dapat mengancam nyawa.
Sebuah studi dalam New England Journal of Medicine (2015) melaporkan kasus hiponatremia (kadar natrium darah yang terlalu rendah) pada atlet yang melakukan latihan intensitas tinggi berlebihan. Hiponatremia berat dapat menyebabkan edema otak, kejang, hingga bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
8. Peningkatan risiko cedera akibat kelelahan
Melakukan squat jump secara berlebihan dapat menyebabkan kelelahan otot yang ekstrem. Kelelahan ini tidak hanya menurunkan performa, tetapi juga meningkatkan risiko cedera serius.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Science and Medicine in Sport (2018) menunjukkan bahwa atlet yang melakukan latihan plyometric dalam keadaan lelah memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi mengalami cedera ligamen dan tendon dibandingkan mereka yang melakukannya dalam kondisi segar. Cedera ligamen atau tendon yang parah dapat memerlukan intervensi bedah serta rehabilitasi jangka panjang.
Recommended By Editor
- Waspada wabah virus marburg, ketahui gejala, penyebab, dan pengobatannya
- 9 Pertolongan pertama saat keracunan makanan, jangan minum obat anti-muntah
- Apa itu Sudden Cardiac Arrest (henti jantung), kenali penyebab, gejala, dan pencegahannya
- Macam-macam latihan koordinasi lompat tali untuk meningkatkan kebugaran
- Anak sering mengompol? Ini 8 tanda awal penyakit serius yang perlu diwaspadai
- 5 Contoh teks anekdot tema kesehatan, singkat dan mudah dipelajari