Brilio.net - Batuk rejan pada anak merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk paroksismal yang parah dan sering disertai dengan bunyi mengi saat menarik napas.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, di Indonesia jumlah kasus terinfeksi pertusis atau batuk rejan selama tahun 2023 sebanyak 2.163 kasus termasuk anak-anak maupun orang yang belum memperoleh imunisasi.

Menyadur dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) batuk rejan rentan dialami anak-anak sebab belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang stabil. Oleh sebab itu, pentingnya memahami gejala, penyebab, hingga kebiasaan atau hal yang memicu anak terserah infeksi batuk rejan.

Berbagai faktor dapat memicu terjadinya batuk rejan pada anak, termasuk kekebalan tubuh yang belum optimal hingga paparan terhadap bakteri penyebab. Penularan penyakit ini umumnya terjadi melalui udara, sehingga sangat mudah menular di lingkungan yang padat. Dampaknya bisa sangat serius, mulai dari komplikasi pernapasan hingga gangguan kesehatan lainnya jika tidak ditangani dengan cepat.

Supaya lebih waspada terkait batuk rejan atau pertusis, yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (27/8).

Hal yang memicu anak rentan alami batuk rejan (pertusis).

Hal yang memicu anak lebih rentan alami batuk  2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Paparan langsung orang yang terinfeksi.

Salah satu kebiasaan utama yang memicu terjadinya batuk rejan pada anak ialah paparan langsung terhadap individu yang terinfeksi. Batuk rejan menyebar melalui tetesan udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.

Menurut penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), batuk rejan sangat menular, terutama di lingkungan padat seperti sekolah maupun tempat penitipan anak. Anak-anak yang sering berinteraksi dengan orang yang tidak divaksinasi atau bahkan yang memiliki batuk rejan berisiko tinggi untuk tertular.

Pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa dalam kasus-kasus batuk rejan pada bayi, sumber infeksi yang paling umum ialah anggota keluarga, terutama orang tua dan saudara kandung. Oleh karena itu, penting bagi semua anggota keluarga maupun orang-orang yang sering berinteraksi dengan bayi maupun anak kecil untuk menjaga diri sendiri. Pastikan sebelum memegang bayi atau anak kecil wajib mencuci tangan terlebih dahulu.

2. Kurangnya imunisasi.

Faktor utama yang memicu terjadinya batuk rejan pada anak adalah kurangnya imunisasi. Padahal vaksinasi/imunisasi adalah metode pencegahan utama untuk batuk rejan. Misalnya saja vaksin DTP (Difteria, Tetanus, dan Pertusis) diberikan dalam beberapa dosis pada usia yang berbeda.

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak menerima dosis lengkap vaksin atau yang tidak mendapatkan dosis booster pada usia yang dianjurkan memiliki risiko lebih tinggi terkena batuk rejan.

Adapun jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut:

- Dosis pertama: usia 6 minggu

- Dosis kedua: usia 10 minggu

- Dosis ketiga: usia 14 minggu

- Dosis booster: usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun

Orang tua yang menunda atau menolak imunisasi untuk anak mereka secara signifikan meningkatkan risiko anak terkena batuk rejan. Hal ini tidak hanya membahayakan anak tersebut, tetapi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit ke komunitas yang lebih luas.

3. Paparan asap rokok.

Paparan asap rokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak lalu meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk batuk rejan. Penelitian yang diterbitkan dalam Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok, baik secara langsung maupun tidak langsung, lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.

Asap rokok dapat merusak lapisan pelindung saluran pernapasan dan membuat anak lebih mudah terinfeksi oleh bakteri Bordetella pertussis. Menghindari asap rokok serta menciptakan lingkungan bebas rokok menjadi langkah penting dalam melindungi kesehatan pernapasan anak.

4. Kebersihan tangan yang buruk.

Kurangnya kebiasaan mencuci tangan yang baik dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk batuk rejan. Bakteri Bordetella pertussis dapat menyebar melalui kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Infection Control menunjukkan bahwa mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air dapat mengurangi penyebaran infeksi. Mengajarkan anak-anak untuk mencuci tangan secara rutin serta memastikan mereka melakukannya setelah beraktivitas di tempat umum dapat membantu mencegah penularan.

5. Kepadatan lingkungan.

Tak jarang pula lingkungan yang padat atau banyak orang, seperti kelas sekolah maupun tempat penitipan anak, dapat memicu penyebaran batuk rejan dengan cepat. Dalam situasi di mana banyak anak berkumpul dalam ruang yang sama, risiko penularan bakteri Bordetella pertussis meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Health and Care Excellence (NICE) menunjukkan bahwa pengurangan kepadatan sekaligus pengelolaan lingkungan yang baik dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit. Jangan lupa untuk memastikan ventilasi yang baik serta menjaga kebersihan di tempat-tempat padat dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi.

6. Kondisi kesehatan yang lemah.

Anak-anak dengan kondisi kesehatan yang lemah atau sistem kekebalan tubuh yang tidak optimal lebih rentan terhadap infeksi, termasuk batuk rejan. Kondisi seperti malnutrisi, penyakit kronis, atau gangguan sistem kekebalan tubuh dapat meningkatkan risiko terinfeksi batuk rejan.

Menurut riset dalam Journal of Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak dengan kekebalan tubuh yang lemah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terinfeksi parah. Sebagai orang tua sebaiknya memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang baik dan jauh dari junk food yang tepat dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sekaligus mengurangi risiko infeksi.

7. Perubahan cuaca dan polusi udara.

Perubahan cuaca yang ekstrem dan paparan terhadap polusi udara dapat mempengaruhi saluran pernapasan anak sehingga anak lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan, termasuk batuk rejan. Berdasarkan riset Environmental Health Perspectives menemukan korelasi antara peningkatan polusi udara dan peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan pada anak-anak (Brauer et al., 2002). Meskipun studi ini tidak secara khusus membahas batuk rejan, temuan ini menunjukkan bahwa polusi udara dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan secara umum.

8. Kurangnya ASI eksklusif.

Air Susu Ibu (ASI) mengandung antibodi yang dapat membantu melindungi bayi dari berbagai infeksi, termasuk batuk rejan. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mungkin memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah terhadap infeksi ini. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam Acta Paediatrica menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan bawah pada bayi (Bachrach et al., 2003).

Gejala batuk renjan pada anak.

Hal yang memicu anak lebih rentan alami batuk  2024 freepik.com

foto: freepik.com

Batuk rejan, atau pertussis, memiliki tiga tahap dengan gejala yang berbeda-beda. Pemahaman tentang tahapan ini penting untuk mengenali penyakit ini sejak dini.

1. Tahap Kataral (1-2 minggu pertama):

- Gejala mirip flu ringan: pilek, bersin, dan batuk ringan

- Demam ringan (biasanya di bawah 38.5C)

- Mata berair

- Nafsu makan berkurang

Pada tahap ini, gejala sering tidak spesifik dan dapat disalahartikan sebagai flu biasa. Namun, bakteri Bordetella pertussis sudah sangat menular pada tahap ini.

2. Tahap Paroksismal (1-6 minggu berikutnya):

- Batuk parah yang datang dalam serangan (paroksismal)

- Batuk diikuti oleh tarikan napas yang dalam dan berbunyi 'whoop'

- Muntah setelah batuk

- Wajah memerah atau membiru saat batuk

- Kelelahan ekstrem setelah serangan batuk

- Apnea (jeda dalam bernapas) pada bayi

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, suara 'whoop' mungkin tidak selalu muncul, terutama pada bayi di bawah 6 bulan dan orang dewasa (Cherry, 2016).

3. Tahap Konvalesens (beberapa minggu hingga beberapa bulan):

- Batuk berangsur-angsur berkurang dalam frekuensi dan keparahan

- Serangan batuk masih bisa terjadi, terutama dengan infeksi saluran pernapasan lain

Sementara itu, gejala pada bayi bisa berbeda bahkan lebih berbahaya:

- Bayi mungkin tidak batuk sama sekali, tapi mengalami apnea

- Wajah mungkin berubah warna menjadi keunguan atau kebiru-biruan (sianosis)

- Kesulitan makan dan minum

- Kelelahan ekstrem

Cara mencegah batuk rejan pada anak.

Hal yang memicu anak lebih rentan alami batuk  2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Imunisasi

Imunisasi adalah metode pencegahan paling efektif terhadap batuk rejan. Vaksin DTaP (Difteri, Tetanus, Pertussis) diberikan dalam seri:

- 2 bulan
- 4 bulan
- 6 bulan
- 15-18 bulan
- 4-6 tahun

Untuk remaja dan orang dewasa, vaksin Tdap direkomendasikan sebagai booster. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa vaksinasi dapat mengurangi risiko batuk rejan hingga 80% (Baxter et al., 2017).

2. Vaksinasi ibu mamil

CDC merekomendasikan vaksin Tdap untuk setiap kehamilan, idealnya antara minggu ke-27 dan ke-36. Ini memberikan perlindungan pasif pada bayi melalui transfer antibodi maternal.

3. Strategi Cocooning

Memastikan semua anggota keluarga dan pengasuh anak divaksinasi. Ini menciptakan 'kokun' perlindungan di sekitar bayi.

4. Menjaga kebersihan

Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air. Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin. Pastikan anak memahami pentingnya menghindari berbagi peralatan makan atau minum dengan orang lain.

5. Menyusui

ASI mengandung antibodi yang dapat membantu melindungi bayi dari infeksi. Sebuah studi dalam American Journal of Epidemiology menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan pada bayi.

6. Menghindari paparan

Jaga anak-anak, terutama bayi, dari orang yang menunjukkan gejala infeksi saluran pernapasan. Selain itu, pastikan anak terhindar dari paparan asap rokok. Sebab dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan pada anak-anak. Terakhir, jangan lupa pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung sistem kekebalan tubuh mereka.