Brilio.net - Cacar adalah infeksi virus yang umum terjadi, terutama di kalangan anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga bisa mengalaminya. Penyakit ini ditandai dengan munculnya ruam kulit berbentuk lenting berisi cairan yang sangat gatal. Meski tampak seperti penyakit ringan, cacar bisa menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Data menunjukkan bahwa cacar memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahunnya, termasuk di Indonesia, dengan kasus yang bisa berkisar dari ringan hingga berat.

Cacar masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 140 juta kasus cacar terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa ribuan kasus cacar tercatat setiap tahun, terutama di kalangan anak-anak. Penderita cacar memerlukan perawatan khusus, termasuk pantangan makanan tertentu, untuk mencegah komplikasi.

Saat terkena cacar, penting bagi penderita untuk menjaga pola makan yang tepat. Mengonsumsi makanan yang salah bisa memperparah kondisi kulit atau memicu peradangan lebih lanjut. Salah satu makanan yang sering dianggap aman namun sebenarnya bisa berbahaya bagi penderita cacar adalah jagung parut.

Makanan ini, meskipun kaya akan nutrisi, ternyata memiliki sifat-sifat yang dapat memengaruhi pemulihan penderita cacar. Tidak banyak yang tahu bahwa jagung parut dapat memperburuk gatal atau bahkan menyebabkan iritasi pada kulit yang sudah rentan.

Mengapa jagung parut dianggap berbahaya bagi penderita cacar? Beberapa penelitian ilmiah dan referensi medis menunjukkan bahwa tekstur jagung parut yang kasar dapat mengiritasi lapisan dalam saluran pencernaan, yang pada gilirannya dapat memicu respons peradangan yang lebih tinggi di tubuh. Selain itu, beberapa komponen dalam jagung bisa memengaruhi kadar gula darah dan merangsang produksi insulin yang berlebihan. Pada penderita cacar, sistem kekebalan tubuh sedang dalam keadaan lemah dan berusaha melawan virus, sehingga penambahan stres dari makanan seperti jagung parut dapat memperlambat proses penyembuhan.

Hal ini juga dikatakan oleh Dokter spesialis kulit dan kelamin Dr. dr. Fitria Agustina Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV yang menyatakan bahwa jagung yang diparut dapat menyembuhkan cacar adalah mitos dan tidak ada bukti secara ilmiah. Bahkan, jagung yang telah diparut justru meningkatkan risiko infeksi tambahan pada luka atau kulit yang sudah rusak.

"Parutan jagung bisa menyebabkan iritasi pada kulit yang sudah terkena cacar, sehingga memperburuk kondisi kulit dan memperlama penyembuhan," ucap Fitria yang dilansir brilio.net dari antaranews.

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwasannya penggunaan jagung yang diparut tidak bisa mengobati penyakit cacar. Justru sebaliknya, jagung diparut dapat berdampak buruk bagi penderita cacar. Untuk mengetahui lebih lanjut apa dampaknya, kamu bisa menyimak pembahasan brilio.net yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, Jumat (23/8) bahaya jagung parut bagi penderita cacar.

Bahaya jagung parut bagi penderita cacar

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar freepik.com

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar
freepik.com

Bagi penderita cacar air, pemilihan makanan yang tepat sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan. Salah satu makanan yang sebaiknya dihindari adalah jagung parut. Meskipun terlihat tidak berbahaya dan sebagai sumber energi, jagung parut ternyata dapat memicu peradangan lebih lanjut, serta meningkatkan risiko infeksi sekunder dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Adapun bahaya jagung parut bagi penderita cacar sebagai berikut:

1. Memicu peradangan lebih lanjut

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar freepik.com

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar
freepik.com

Jagung parut memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi, yang berarti dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat setelah dikonsumsi. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Inflammation Research, makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat memicu peningkatan kadar gula darah yang mendadak, yang pada gilirannya dapat meningkatkan respon peradangan dalam tubuh. Bagi penderita cacar air, tubuh mereka sudah berada dalam kondisi peradangan karena infeksi virus varicella-zoster. Mengonsumsi makanan yang dapat memicu peradangan lebih lanjut, seperti jagung parut, dapat memperburuk gejala cacar air seperti ruam yang gatal dan nyeri, serta memperlambat proses penyembuhan kulit.

2. Meningkatkan risiko infeksi sekunder

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar freepik.com

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar
freepik.com

Jagung parut memiliki tekstur kasar yang dapat menyebabkan iritasi pada dinding saluran pencernaan. Ketika saluran pencernaan mengalami iritasi, lapisan mukosa yang melindungi dinding usus bisa rusak, meningkatkan permeabilitas usus. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Gastroenterology menunjukkan bahwa peningkatan permeabilitas usus dapat membuat bakteri dan patogen lainnya lebih mudah masuk ke dalam aliran darah. Hal ini meningkatkan risiko infeksi sekunder, yang bisa sangat berbahaya bagi penderita cacar air. Infeksi sekunder dapat memperburuk kondisi kesehatan penderita cacar air, memperpanjang durasi penyakit, dan meningkatkan risiko komplikasi.

3. Memengaruhi sistem kekebalan tubuh

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar freepik.com

Alasan jagung parut bahaya untuk penderita cacar
freepik.com

Jagung parut mengandung karbohidrat sederhana yang dapat dipecah dengan cepat menjadi glukosa dalam tubuh. Menurut sebuah artikel dalam Immunology Letters, konsumsi berlebihan karbohidrat sederhana dapat mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh. Peningkatan kadar gula darah yang tinggi dapat menekan aktivitas sel darah putih, yang merupakan komponen penting dalam melawan infeksi. Pada penderita cacar air, sistem kekebalan tubuh mereka sudah bekerja keras untuk melawan virus varicella-zoster. Mengonsumsi jagung parut dapat menambah beban pada sistem kekebalan tubuh, yang dapat memperlambat respons imun terhadap virus dan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder pada kulit yang sudah terinfeksi.