Brilio.net - Masalah mengenai hukuman kebiri masih menjadi perbincangan hangat publik. Hal ini terjadi lantaran kasus pemerkosaan bocah di bawah umur di Mojokerto. Pelaku pencabulan 9 anak, Muhammad Aris (20) telah ditangkap Polres Mojokerto pada bulan Oktober 2018 lalu.
Pengadilan Negeri Mojokerto kemudian memvonis MA, dengan hukuman 12 tahun penjara, denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan penjara, serta ditambah dengan hukuman kebiri kimia. Istilah kebiri kimia kemudian menjadi diperbincangkan pada beberapa waktu belakangan.
Selama ini istilah kebiri memang sudah tidak asing dengan kita. Namun masih banyak juga masyarakat awam yang belum tahu betul akan hukuman ini. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan kebiri kimia dan apakah sama dengan kebiri operasi?
Dilansir brilio.net dari NCBI pada Selasa (27/8), kebiri kimia merupakan proses pengebirian yang dilakukan melalui obat anafrodisiak untuk menurunkan libido atau aktivitas seksual. Berbeda dengan kebiri yang dilakukan secara operasi yang menghilangkan kelenjar kelamin, kebiri kimia tidak menghilangkan organ tertentu dan tidak menjadi cara sterilisasi.
Dibanding dengan kebiri operasi, dampak dari kebiri kimia bisa berhenti ketika sudah tidak diberi lagi obat. Walau begitu, terdapat sejumlah dampak permanen yang masih mungkin terjadi pada tubuh.
Testosteron merupakan hormon yang disebut paling berpengaruh terhadap libido dan fungsi seksual, sejumlah penelitian menyebut bahwa pelaku pelecehan seksual memiliki tingkat androgen lebih tinggi. Tingginya tingkat androgen ini berhubungan dengan perilaku kekerasan dan kekerasan seksual seseorang.
Sejumlah teori komprehensif mengenai pelecehan seksual menyebut bahwa faktor hormon terlibat walau bukti yang ditunjukkan masih belum cukup kuat. Kebiri baik berupa operasi maupun kimia mampu menurunkan keinginan, performa, dan pelecehan seksual.
Dibanding kebiri operasi, kebiri kimia memiliki sejumlah nilai lebih. Pertama, walau pada sejumlah pelaku, kebiri kimia ini dilakukan seumur hidup, namun mereka masih bisa memiliki kehidupan seksual.
Kedua, karena tidak terlalu menyakitkan dan bahaya, sejumlah pelaku mungkin lebih bisa menerima hukuman ini. Ketiga, hukuman ini dianggap lebih efektif dan manusiawi dibanding dengan gelang elektronik atau kebiri operasi.
Pada masyarakat luas, hukuman ini juga dianggap adil karena pelaku mendapat hukuman yang juga berat. Walau begitu, bukan berarti tak ada masalah yang mungkin muncul.
Dari sudut kesehatan, kebiri kimia tidak bisa dilakukan secara sendiri. Perlu pendampingan psikoterapi untuk seseorang yang mengalami kebiri kimia ini.
Sejumlah kandungan yang bisa digunakan untuk kebiri kimia bisa menyebabkan penurunan tak hanya ditemukan pada testosteron namun juga pada estrogen. Estrogen memainkan peran penting bahkan pada pria karena memiliki peran pada tulang, fungsi otak, dan kardiovaskular.
Sejumlah masalah kesehatan seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, masalah glukosa dan metabolisme bisa terjadi ketika seseorang mengalami kebiri kimia. Sejumlah hal lain seperti depresi, ketidaksuburan, serta anemia juga dapat muncul.
Recommended By Editor
- Komnas HAM nilai hukuman kebiri seperti kembali ke Zaman Jahiliah
- ECPAT: hukuman kebiri tidak akan beri efek jera pelaku
- 4 Fakta kebiri kimia, hukuman buat pelaku paedofilia di Mojokerto
- Dokter belum punya petunjuk teknis kebiri kimia pedofil di Mojokerto
- 10 Negara ini telah menerapkan hukum kebiri, ada yang sejak 1996!