Brilio.net - Hepatitis merupakan salah satu jenis penyakit yang cukup mengkhawatirkan. Seperti yang diketahui bahwa hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai virus menular dan agen non-infeksi yang menyebabkan kesehatan menurun, bahkan berdampak fatal bagi kehidupan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, obat-obatan, bahkan autoimun yang terganggu. Ada lima jenis utama virus hepatitis, yang disebut tipe A, B, C, D, dan E.
Melansir dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 354 juta orang di seluruh dunia hidup dengan hepatitis B atau C dan setiap tahun ada satu juta orang meninggal karena hepatitis. Sedangkan di Indonesia menurut Kemkes.go.id, penderita hepatitis diperkirakan mencapai 20 juta orang dengan penderita terbanyak yaitu hepatitis B.
Pada 2016, CDA Foundation mencatat angka kematian akibat hepatitis B di Indonesia mencapai 51.100 setiap tahun dan kematian akibat hepatitis C sebesar 5.942 tiap tahun.
Kemudian dari data BPJS kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) pada 2022, sekitar 2.159 orang meninggal karena sirosis dan kanker hati, yang merupakan dampak dari hepatitis kronis yang biasanya dialami orang dengan hepatitis B pada stadium lanjut.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis bisa mengancam kesehatan dan orang-orang terdekat. Maka dari itu, kamu wajib mengetahui seberapa berbahaya penyakit hepatitis A, B, dan C agar bisa mengantisipasi penyakit tersebut.
Hepatitis A
Hepatitis A merupakan peradangan hati yang dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat. Virus hepatitis A (HAV) ditularkan melalui konsumsi makanan dan air yang telah terkontaminasi penderita. Penyakit ini erat kaitannya dengan air atau makanan bersih, sanitasi yang tidak memadai, kebersihan pribadi yang tidak terjaga, dan seks oral-anal.
Berbeda dengan hepatitis B dan C, hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis. Namun, hepatitis A dapat menyebabkan gejala melemahnya fisik. Hepatitis A tergolong jarang menyebabkan hepatitis fulminan (gagal hati akut). Melansir dari WHO, kasus hepatitis A pada 2016 menyebabkan 7134 orang meninggal.
Gejala hepatitis A
Masa inkubasi hepatitis A biasanya 14-28 hari. Gejala yang ditimbulkan hepatitis A berkisar dari ringan hingga berat seperti demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, rasa tidak nyaman pada perut, urin berwarna gelap, dan penyakit kuning (mata dan kulit menguning). Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua orang yang mengidap hepatitis A akan mengalami gejala tersebut.
Gejala hepatitis A lebih sering terlihat pada orang dewasa dibandingkan usia kanak-kanak. Hepatitis A lebih mengancam usia lansia hingga menyebabkan kematian lebih tinggi. Sedangkan anak yang berusia 6 tahun biasanya tidak menimbulkan gejala yang signifikan, dan hanya 10 persen yang mengalami penyakit kuning.
Hepatitis A seringkali kambuh, bahkan mereka yang sudah pernah terjangkit penyakit ini bisa kambuh kembali.
Penyebab hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) dan bisa menular kepada orang-orang yang belum terinfeksi. Faktor yang menjadi penyebab hepatitis A sebagai berikut:
- Sanitasi yang buruk.
- Kurangnya air bersih.
- Tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi.
- Menjadi pasangan seksual dari seseorang yang menderita infeksi hepatitis A akut.
- Penggunaan narkoba.
- Seks antar laki-laki.
- Bepergian ke daerah dengan endemisitas tinggi tanpa mendapatkan imunisasi.
Pencegahan hepatitis A
Pencegahan hepatitis A dapat ditangani dari diri sendiri dan keluarga. Adapun cara pencegahan penyakit hepatitis A sebagai berikut:
- Persediaan air minum yang aman dan memadai.
- Pembuangan limbah yang benar di lingkungan masyarakat.
- Praktik kebersihan pribadi seperti mencuci tangan secara teratur sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi hepatitis B bisa akut (pendek dan berat) dan kronis (jangka panjang). Jika penyakit hepatitis B telah kronis, maka akan beresiko tinggi menyebabkan kematian akibat sirosis dan kanker hati.
Menurut WHO Sekitar 254 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis pada tahun 2022, dengan 1,2 juta infeksi baru setiap tahunnya. Hepatitis B menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian, sebagian besar disebabkan oleh sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).
Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin yang aman dan efektif. Vaksin biasanya diberikan ketika anak baru lahir dan dilanjutkan dengan booster beberapa minggu kemudian. Cara ini menawarkan hampir 100 persen perlindungan terhadap virus.
Gejala hepatitis B
Gejala dari penyakit hepatitis B beragam, namun pada awal terinfeksi tidak akan merasakan gejala apapun. Adapun gejala hepatitis B sebagai berikut:
- Menguningnya kulit dan mata (penyakit kuning).
- Urin berwarna gelap.
- Merasa sangat lelah.
- Mual.
- Muntah.
- Rasa sakit di perut.
Jika hepatitis B telah parah, maka dapat menyebabkan gagal hati yang berujung pada kematian.
Penyebab Hepatitis B
Penyebab penyakit hepatitis B disebabkan adanya infeksi virus HBV. Adapun penyebab secara umum sebagai berikut:
- Kontak seksual
Kontak seksual bisa menyebabkan tertular penyakit hepatitis B. Risiko lebih besar terjadi ketika berhubungan seksual namun tidak menggunakan alat pengaman seperti kondom dan melakukan seksual dengan penderita hepatitis B. Virus dapat menular jika darah, air liur, air mani, atau cairan vagina masuk ke tubuh.
- Penggunaan jarum suntik bersamaan
Virus hepatitis B mudah menyebar dna menjangkit ke orang lain melalui jarum suntik yang telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B.
- Ibu dan anak
Wanita hamil yang terinfeksi HBV dapat beresiko menularkan virus ke bayinya saat melahirkan.
Pencegahan hepatitis B
Pencegahan penyakit hepatitis B bisa dilakukan ketika masih bayi. Semua bayi harus menerima vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 24 jam). Ini diikuti dengan dua atau tiga dosis vaksin hepatitis B dengan selang waktu setidaknya empat minggu. Selain itu, untuk mengurangi resiko terkena hepatitis B kamu bisa melakukan berikut ini:
- Mempraktikkan seks aman dengan menggunakan Kondom dan mengurangi jumlah pasangan seksual.
- Hindari berbagi jarum suntik atau peralatan apa pun yang digunakan untuk menyuntikkan narkoba, tindik, atau tato.
- Cuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air setelah bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, atau permukaan yang terkontaminasi.
Hepatitis C
Hepatitis C adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C. Virus ini dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis, mulai dari penyakit ringan hingga penyakit serius seumur hidup termasuk sirosis hati dan kanker. Melansir dari WHO Secara global, diperkirakan 50 juta orang menderita infeksi virus hepatitis C kronis, dan sekitar 1,0 juta infeksi baru terjadi setiap tahunnya.
WHO juga memperkirakan pada 2022, sekitar 242.000 orang meninggal karena hepatitis C, sebagian besar disebabkan oleh sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).
Gejala hepatitis C
Kebanyakan orang yang telah terinfeksi virus hepatitis C tidak menunjukkan gejala pada minggu pertama. Gejala mulai terlihat di dua minggu hingga enam bulan. Adapun gejala yang disebabkan hepatitis C sebagai berikut:
- Demam.
- Merasa sangat lelah.
- Kehilangan selera makan.
- Mual dan muntah.
- Halaman perut.
- Urin berwarna gelap.
- Tinja pucat.
- Nyeri sendi.
- Penyakit kuning (menguningnya kulit atau mata).
Pencegahan hepatitis C
Perlu diketahui bahwa tidak ada vaksin yang efektif untuk melawan hepatitis C. Cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan menghindari kontak dengan virus. Adapun cara mencegah hepatitis C adalah sebagai berikut:
- Penggunaan suntikan kesehatan yang aman dan tepat.
- Penanganan dan pembuangan jarum suntik dan limbah medis yang aman
Layanan pengurangan dampak buruk bagi pengguna narkoba suntik, seperti program pertukaran jarum suntik, konseling penggunaan narkoba, dan penggunaan terapi agonis opiat (OAT).
- Pengujian darah donor untuk virus hepatitis C dan virus lainnya.
- Pelatihan tenaga kesehatan.
- Mempraktikkan seks aman dengan menggunakan metode penghalang seperti kondom.
Recommended By Editor
- Dikira masuk angin biasa, wanita ini ceritakan kondisinya yang ternyata idap kanker limfoma stadium 4
- 8 Jenis makanan ini bantu detoks paru-paru bagi pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
- Kasus kanker penis marak di Brasil, ini penyebab & jenis makanan yang bantu jaga kesehatan alat vital
- Waspada penyakit bakteri pemakan daging, kenali gejala, penyebab, dan penanganannya
- Apa itu virus West Nile? Kenali gejala, penyebab dan cara mengatasinya
- Penyakit radang otak jadi isu hangat, kenali penyebab, gejala, dan cara mengatasinya