Brilio.net - Ketika seorang wanita hamil, ada berbagai perubahan tubuh yang mengikuti kehamilan itu sendiri. Tak jarang pula, wanita hamil kerap merasa lebih rentan sakit. Hal tersebut memang lumrah terjadi pada masa kehamilan.
Saat hamil sistem imun pada beberapa bagian tubuh ibu hamil secara alami bisa menurun. Oleh karena itu, ibu hamil lebih rentan terserang infeksi penyebab berbagai penyakit, seperti flu dan berbagai penyakit lainnya.
Salah satu penyakit yang rawan dialami ibu hamil yakni hepatitis B. Hepatitis B merupakan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, di tahun 2021 sebanyak 2.946.013 ibu hamil telah dideteksi dini dan diketahui. Sebanyak 1,61% (47.550) ibu hamil terdeteksi positif terinfeksi hepatitis B.
Oleh karena itu, baik ibu hamil maupun keluarga wajib mewaspadai serangan penyakit dengan lebih aware menjaga kesehatan. Selain itu, perlunya memahami apa itu hepatitis B pada ibu hamil.
Nah, bagi kamu penasaran dan ingin memahami apa itu hepatitis B pada ibu hamil, sebaiknya simak ulasan di bawah ini yang Brilio.net sadur dari berbagai sumber, Rabu (31/7)
Apa itu hepatitis B pada ibu hamil?
foto: freepik.com
Hepatitis B pada ibu hamil merujuk pada kondisi medis di mana seorang wanita yang sedang mengandung terinfeksi oleh virus hepatitis B (HBV). Infeksi virus ini menyerang organ hati, yang berpotensi menyebabkan peradangan maupun kerusakan pada sel-sel hati. Ketika seorang wanita hamil terinfeksi virus ini tentu dapat menimbulkan risiko penularan dari ibu ke janin, yang dikenal sebagai transmisi vertikal.
Virus hepatitis B termasuk dalam famili Hepadnaviridae, yang merupakan virus DNA berukuran kecil. Virus ini memiliki afinitas khusus terhadap sel-sel hati (hepatosit), di mana ia bereplikasi serta dapat menyebabkan kerusakan sel, termasuk memicu kanker hati. Pada ibu hamil, infeksi hepatitis B bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari infeksi akut yang baru didapat selama kehamilan, hingga kondisi kronis di mana ibu telah terinfeksi sebelum kehamilan.
Ketika seorang ibu hamil terinfeksi hepatitis B, virus bisa berada dalam aliran darahnya lalu berpotensi melewati plasenta. Namun, risiko penularan ke janin selama kehamilan relatif rendah.
Meski begitu, perlu diwaspadai infeksi ini sebab bisa menimbulkan risiko komplikasi seperti kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR), keguguran, hingga terdapat kelainan anatomi maupun fungsi tubuh si bayi.
Selanjutnya, hepatitis B pada ibu hamil dapat ditularkan melalui beberapa cara:
1. Kontak dengan darah yang terinfeksi
Penularan bisa terjadi melalui penggunaan jarum suntik bersama, tindik, cukur kumis, transfusi darah yang tidak aman, atau luka terbuka yang terkontaminasi darah yang terinfeksi.
2. Hubungan seksual tanpa pelindung
Virus dapat menular melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Jadi, pasangan perlu uji lab untuk melihat adakah potensi infeksi hepatitis B atau tidak.
3. Penularan dari ibu ke anak (transmisi vertikal)
Cara penularan ini yang paling umum terjadi pada ibu hamil. Penularan bisa terjadi selama proses persalinan atau melalui kontak dengan darah maupun cairan tubuh yang terinfeksi selama dan setelah kelahiran.
Bagaimana gejala hepatitis B pada ibu hamil?
foto: freepik.com
Apabila ibu hamil tertular hepatitis B, biasanya gejala awalnya tidak akan terlihat, bahkan ada yang tidak muncul sama sekali. Oleh karena itu, ibu hamil wajib melakukan cek lab HBsAg. Adapun gejala hepatitis B sebagai berikut:
1. Perubahan warna kulit dan mata jadi kekuningan
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri otot dan sendiri
5. Hilang nafsu makan
Pemeriksaan langkah HBsAg pada ibu hamil biasanya untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis B dalam darah. Jika hasilnya positif maka dapat dilakukan langkah-langkah pengobatan.
Langkah pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke janin.
foto: freepik.com
1. Wajib skrining
Setelah dinyatakan positif hamil, setiap ibu hamil disarankan untuk menjalani tes skrining hepatitis B selama kunjungan prenatal pertama. Deteksi dini sangat penting untuk mengurangi risiko penularan ke bayi.
Ketika testpack positif, kamu bisa langsung datang ke puskesmas terdekat untuk lakukan pemeriksaan. Biasanya di puskesmas telah tersedia layanan skrining bagi ibu hamil.
2. Lakukan vaksinasi dan imunoglobulin
Jika ibu hamil terinfeksi hepatitis B, bayinya dapat diberikan suntikan hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dan dosis pertama vaksin hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Tindakan ini sangat efektif dalam mencegah infeksi pada bayi.
3. Rutin lakukan periksaan ke dokter.
Ibu hamil dengan hepatitis B harus berada di bawah pengawasan medis yang ketat. Pada kasus tertentu, dokter mungkin meresepkan obat antivirus untuk mengurangi risiko penularan ke bayi.
4. Persalinan yang aman
Tindakan khusus mungkin diambil selama persalinan untuk mengurangi risiko penularan, termasuk menghindari penggunaan alat-alat yang dapat menyebabkan luka pada bayi selama proses persalinan.
Pasalnya penularan hepatitis B dari ibu ke janin bisa melalui cairan di vagina maupun melalui plasenta. Oleh karena itu, ketika proses persalinan tenaga medis wajib berhati-hati.
5. Perawatan pasca kelahiran
Bayi yang lahir dari ibu dengan riwayat terinfeksi virus hepatitis B perlu menjalani vaksinasi hepatitis B lengkap dalam enam bulan pertama hidupnya sekaligus pemantauan medis untuk memastikan si bayi tidak terinfeksi virus.
Recommended By Editor
- 7 Kebiasaan ini ternyata bisa sebabkan kaki bengkak pada ibu hamil, jangan disepelekan
- Mengenal bahaya paparan BPA selama kehamilan, lengkap dengan tips pencegahannya
- 10 Kandungan skincare yang aman untuk ibu hamil, jangan salah mengenalnya
- Jangan disepelekan, 8 kebiasaan yang picu gangguan perkembangan janin, lengkap dengan cara mencegahnya
- [KUIS] Bumil cek lagi yuk kandungan skincare dan makeup apa yang nggak boleh dipakai saat mengandung