Brilio.net - Dalam beberapa tahun terakhir, vaping telah menjadi alternatif populer bagi mereka yang ingin berhenti merokok atau mencari cara baru untuk menikmati nikotin. Namun, meskipun dianggap lebih aman oleh banyak orang, penelitian terbaru menunjukkan bahwa vaping sama berbahayanya dengan rokok tembakau. Perangkat vaping, yang awalnya dipasarkan sebagai solusi untuk mengurangi dampak buruk rokok tradisional, kini justru memperlihatkan risiko kesehatan yang serupa.
Penelitian mengenai vaping mulai marak seiring dengan gaya hidup mulai banyak diterbitkan. Stephen Broderick seorang ahli bedah kanker paru-paru di laman hopkinsmedicine.org melaporkan bahwa ia sudah memperhatikan peningkatan pesat pada banyaknya pasien pengguna vape. Broderick mengatakan efek jangka pendek maupun jangka panjang pada komponen vape yang memungkinan memicu penyakit masih dalam proses pengamatan.
Rokok atau vaping dinikmati dengan memanaskan suatu zat dan pengguna menghirup hasil pembakaran. Perbedaannya dengan rokok tembakau, terletak pada asap yang dibakar dari rokok tembakau melalui proses tradisional dengan api sungguhan, sedangkan vape dari pemanasan cairan hingga menjadi uap. Rokok tembakau membakar daun tembakau, menghasilkan tar dan lebih dari 7.000 bahan kimia berbahaya, vaping menggunakan cairan yang dipanaskan untuk menghasilkan uap.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa uap tersebut mengandung sejumlah bahan kimia beracun yang dapat merusak paru-paru dan sistem kardiovaskular. Di antaranya adalah formaldehida, asetaldehida, dan acrolein, yang semuanya diketahui dapat menyebabkan kanker dan masalah kesehatan lainnya.
Lebih dari itu, data menunjukkan bahwa penggunaan vaping di kalangan remaja dan anak muda telah meningkat tajam. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar karena nikotin dapat mempengaruhi perkembangan otak yang masih berkembang, meningkatkan risiko ketergantungan, dan berpotensi mengarah pada penggunaan produk tembakau tradisional. Dengan kata lain, vaping bukan hanya masalah kesehatan bagi perokok dewasa, tetapi juga ancaman serius bagi generasi muda.
Berikut brilio.net telah melansir bahaya vaping untuk paru-paru yang menjadi pengetahuan tentang risiko terhadapnya sama dengan rokok tembakau berdasarkan rangkuman dari berbagai sumber, Senin (10/6).
Bahaya vaping untuk paru-paru
1. Paru-paru kolaps (Pneumotoraks)
foto: pixabay.com
Pneumotoraks akibat vaping adalah kondisi medis serius di mana udara terperangkap di ruang pleura, yaitu area antara paru-paru dan dinding dada, yang menyebabkan sebagian atau seluruh paru-paru kolaps. Vaping, yang melibatkan penghirupan aerosol dari cairan elektronik yang dipanaskan, dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada jaringan paru-paru.
Zat kimia berbahaya dalam cairan vape, termasuk nikotin, propilen glikol, gliserin, dan berbagai zat perasa, dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada jaringan paru-paru. Dalam beberapa kasus, iritasi ini dapat menyebabkan pembentukan bleb atau bullaekantung udara kecil di permukaan paru-paru yang bisa pecah, memungkinkan udara bocor ke ruang pleura.
Ketika udara terakumulasi di ruang pleura, tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan paru-paru kolaps, kondisi yang dikenal sebagai pneumotoraks. Gejala yang umum terjadi meliputi nyeri dada mendadak yang tajam, terutama saat bernapas dalam-dalam atau batuk, sesak napas, dan dalam kasus yang parah, penurunan tekanan darah serta sianosis (kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen). Diagnosis pneumotoraks biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan konfirmasi dengan pencitraan medis seperti sinar-X atau CT scan.
2. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
foto: freepik.com
PPOK ditandai dengan peradangan kronis dan kerusakan pada saluran udara serta jaringan paru-paru akibat paparan jangka panjang terhadap zat kimia berbahaya dalam uap vape. Zat seperti nikotin, propilen glikol, gliserin, dan berbagai senyawa perasa dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan stres oksidatif yang merusak jaringan paru-paru dan menyebabkan penyempitan saluran napas serta kerusakan alveolus, kantung udara kecil di paru-paru yang penting untuk pertukaran oksigen.
Gejala PPOK meliputi batuk kronis, produksi dahak berlebih, sesak napas, dan mengi. Seiring waktu, PPOK dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru yang signifikan, mempengaruhi kualitas hidup dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti infeksi pernapasan dan gagal jantung. Menghindari penggunaan produk vaping dan menjalani gaya hidup sehat adalah langkah penting untuk mencegah perkembangan PPOK.
3. Pneumonia lipoid
foto: pixabay.com
Pneumonia lipoid merupakan kondisi peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh aspirasi atau inhalasi bahan berminyak yang terkandung dalam cairan vape. Zat seperti minyak vitamin E asetat, yang sering digunakan sebagai aditif dalam produk vaping, dapat menyebabkan akumulasi lemak dalam alveoli (kantung udara) dan jaringan paru-paru.
Ketika bahan berminyak ini terhirup, mereka menimbulkan reaksi inflamasi yang merusak jaringan paru-paru dan mengganggu fungsi normal pertukaran gas. Gejala pneumonia lipoid dapat mencakup batuk kronis, sesak napas, nyeri dada, demam, dan kelelahan. Diagnosis biasanya dilakukan melalui pencitraan medis seperti sinar-X atau CT scan yang menunjukkan infiltrat lemak dalam paru-paru, dan dapat dikonfirmasi dengan biopsi paru-paru.
Penanganan pneumonia lipoid melibatkan penghentian penggunaan produk vaping, terapi oksigen, dan dalam beberapa kasus, pemberian kortikosteroid untuk mengurangi peradangan. Pencegahan yang efektif melibatkan edukasi tentang risiko vaping dan menghindari penggunaan produk vaping yang mengandung bahan berminyak.
4. Bronchiolitis obliterans (BO)
foto: freepik.com
Bronchiolitis obliterans dikenal juga dengan "paru-paru popcorn," adalah kondisi saluran udara kecil di paru-paru (bronkiolus) mengalami peradangan dan kerusakan permanen, mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan. Ini disebabkan oleh inhalasi zat berbahaya dalam uap vape, seperti diacetyl, bahan kimia perasa yang diketahui merusak jaringan paru-paru.
Gejala bronchiolitis obliterans termasuk batuk kering kronis, sesak napas, mengi, dan kelelahan yang progresif. Karena kerusakannya tidak dapat dipulihkan, penanganan utama adalah pencegahan dengan menghindari vaping dan paparan zat-zat berbahaya.
Diagnosis biasanya memerlukan pencitraan medis seperti CT scan dan tes fungsi paru-paru, serta kadang-kadang biopsi paru-paru. Pengobatan bertujuan untuk mengelola gejala dan memperlambat progresi penyakit, seringkali melalui penggunaan bronkodilator dan kortikosteroid, tetapi kerusakan yang sudah terjadi pada saluran udara biasanya bersifat permanen.
5. Kanker paru-paru
foto: pixabay.com
Cairan vape mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan berbagai bahan kimia perasa yang, saat dipanaskan dan dihirup, dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti formaldehida dan akrolein. Paparan berulang terhadap senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel paru-paru, yang seiring waktu dapat berkembang menjadi kanker.
Gejala kanker paru-paru bisa termasuk batuk kronis, nyeri dada, penurunan berat badan tanpa sebab jelas, dan sesak napas. Diagnosis biasanya melibatkan pencitraan medis seperti sinar-X dan CT scan, serta biopsi untuk mengkonfirmasi keberadaan sel-sel kanker. Pengobatan tergantung pada stadium kanker dan dapat mencakup pembedahan, kemoterapi, radiasi, dan terapi target. Pencegahan terbaik adalah menghindari penggunaan produk vaping dan paparan zat-zat karsinogenik yang terkandung di dalamnya.
Penulis: mgg/Robiul Adil Robani
Recommended By Editor
- Viral curhat pilu mantan perokok, kondisinya kini memprihatinkan
- Empat remaja dirawat di rumah sakit, infeksi akibat konsumsi vape
- Desain smoking room di bandara ini unik, perokok dijamin kapok!
- Ini kisah mengejutkan di balik pria yang gendong anak di bungkus rokok
- Sungguh tega, pria ini memasukkan rokok ke mulut balita