Brilio.net - Belum lama ini seorang wanita bernama Karin membagikan pengalamannya yang sering kali berkeringat meski dalam cuaca dingin. Pada unggahannya di akun TikTok @karinramad, ia mengaku sejak duduk di bangku sekolah memang sering banget mengalami keringatan apalagi di area wajah dan ketiak.
Bahkan pada pagi hari yang identik dengan cuaca dingin sekalipun tubuhnya selalu berkeringat parah. Kondisinya semakin parah ketika ia pindah ke Jakarta. Kemana-mana ia mudah berkeringat bahkan saat duduk di ruangan ber-AC sekalipun.
Menilik kondisinya, Karin mengaitkan dengan hiperhidrosis. Hiperhidrosis merupakan kondisi berkeringat secara berlebihan tanpa adanya pemicu yang jelas, misalnya suhu udara panas maupun diakibatkan oleh aktivitas fisik.
Supaya lebih memahami kondisi ini, yuk simak ulasan lengkapnya seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (12/11).
Apa itu hiperhidrosis?
foto: TikTok/@karinramad
Hiperhidrosis merupakan kondisi medis yang ditandai dengan keringat berlebih yang tidak normal, bahkan saat tidak terjadi cuaca panas ataupun aktivitas tertentu. Biasanya, keringat berlebih ini muncul pada area seperti telapak tangan, kaki, ketiak, atau wajah, sekaligus bisa terjadi di seluruh tubuh.
Pada orang yang mengalami hiperhidrosis, sistem saraf yang mengontrol kelenjar keringat menjadi terlalu aktif, menyebabkan produksi keringat berlebih bahkan saat tidak ada pemicu fisik maupun emosional yang jelas.
Hiperhidrosis terbagi menjadi dua jenis utama yakni hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis sekunder. Hiperhidrosis primer biasanya muncul tanpa sebab medis yang mendasarinya lalu cenderung bersifat genetis atau keturunan.
Sedangkan, hiperhidrosis sekunder terjadi akibat kondisi medis lain, seperti diabetes, gangguan tiroid, infeksi, hingga penggunaan obat tertentu. Kedua jenis ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan fisik serta emosional bagi penderitanya, sehingga memengaruhi kualitas hidup penderita dalam aktivitas sehari-hari, seperti berinteraksi sosial atau bekerja.
Berbagai metode pengobatan tersedia untuk hiperhidrosis, mulai dari antiperspiran khusus hingga prosedur medis seperti injeksi botox, terapi iontoforesis, hingga, dalam kasus yang lebih parah, operasi pengangkatan kelenjar keringat.
Penyebab dan gejala hiperhidrosis
foto: freepik.com/stockking
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, proses pengeluaran keringat dimulai ketika sistem saraf mendeteksi suhu tubuh yang meningkat. Ketika ini terjadi, sistem saraf mengirim sinyal ke kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat, yang membantu menurunkan suhu tubuh.
Hiperhidrosis terjadi ketika keringat diproduksi secara berlebihan, bahkan tanpa pemicu seperti aktivitas fisik atau perubahan suhu, dan disebabkan oleh kondisi medis tertentu maupun sistem saraf yang terlalu aktif.
1. Pada hiperhidrosis primer, sistem saraf memicu kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat berlebih tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini sering dianggap memiliki faktor genetik, meskipun penyebab pastinya belum diketahui.
2. Sementara itu, hiperhidrosis sekunder terkait dengan kondisi medis seperti diabetes, obesitas, hipertiroidisme, menopause, atau jenis kanker tertentu. Keringat berlebihan juga bisa disebabkan oleh efek samping dari beberapa obat maupun dari penghentian penggunaan zat tertentu, seperti obat atau alkohol.
Gejala Hiperhidrosis
foto: freepik.com/stockking
Hiperhidrosis ditandai dengan keluarnya keringat yang sangat banyak tanpa adanya pemicu. Seseorang dapat diduga menderita hiperhidrosis jika:
1. Bulir keringatnya dapat terlihat jelas meski cuaca tidak panas maupun saat sedang tidak banyak beraktivitas.
2. Pakaiannya sering basah karena keringat.
3. Mengalami gangguan saat beraktivitas, misalnya sulit membuka pintu atau memegang pena, karena telapak tangan basah oleh keringat.
4. Kulitnya tampak tipis, pecah-pecah, dan terkelupas, dengan warna yang lebih pucat atau kemerahan.
5. Sering mengalami infeksi kulit pada bagian tubuh yang mengeluarkan keringat terlalu banyak.
Gejala hiperhidrosis tergantung pada jenisnya. Berikut penjelasannya:
1. Hiperhidrosis primer umumnya terjadi pada bagian tubuh tertentu, seperti ketiak, telapak tangan, telapak kaki, atau dahi. Keringat berlebih ini biasanya tidak terjadi saat tidur, namun dapat mulai muncul segera setelah bangun. Biasanya, hiperhidrosis primer sudah dialami sejak usia anak-anak atau remaja.
2. Hiperhidrosis sekunder sering menyebabkan seluruh tubuh berkeringat secara berlebihan, bahkan saat tidur. Kondisi ini biasanya baru mulai muncul di usia dewasa dan sering kali berkaitan dengan kondisi medis yang mendasarinya.
Recommended By Editor
- Pernah terkena bell's palsy, ini yang dilakukan Raline Shah untuk sembuh
- 7 Dampak radiasi HP terhadap kesehatan, kenali ciri-ciri dan tips mengurangi risikonya
- Dari segi kesehatan mana yang lebih baik, sunat saat kecil atau dewasa? Pahami manfaat dan risikonya
- Jangan keliru, ketahui perbedaan alergi susu dan intoleran laktosa pada anak
- Hanya butuh beberapa menit, ini 10 cara sederhana kurangi risiko kesehatan akibat duduk terlalu lama
- Nggak cuma meningkatkan risiko bayi lahir BB rendah, ini 8 bahaya PCOS dan obesitas saat hamil