Brilio.net - Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengeluarkan peraturan yang melarang produsen susu formula memasang iklan dan memberikan diskon kepada pembeli. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2023 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Larangan ini bertujuan untuk mendorong pemberian ASI eksklusif dan melindungi masyarakat dari informasi yang menyesatkan terkait jenis-jenis susu formula yang aman untuk bayi.
PP tersebut juga melarang produsen susu formula memberikan produk gratis atau contoh produk kepada ibu hamil dan ibu menyusui. Larangan ini mencakup pemberian diskon, potongan harga, atau bentuk insentif lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam memilih susu formula. Meskipun demikian, pemerintah tetap mengakui bahwa susu formula masih diperlukan dalam kondisi tertentu, seperti ketika ASI tidak mencukupi atau tidak tersedia.
Dengan adanya larangan iklan dan promosi, orang tua perlu lebih cermat dalam memilih jenis-jenis susu formula yang aman untuk bayi. Pemilihan susu formula yang tepat harus mempertimbangkan komposisi yang mendekati ASI dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jadi, sebelum membeli susu formula yang beredar di pasaran, sebaiknya ibu atau ayah memahami lebih dalam terkait kandungan susu formula tersebut.
Bila perlu konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang optimal, baik dari ASI maupun susu formula jika diperlukan. Agar lebih memahami jenis-jenis susu formula yang aman bagi bayi, yuk simak ulasan lengkapnya seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (1/8).
Jenis-jenis susu formula yang aman untuk bayi
foto: freepik.com
1. Susu formula berbasis susu sapi.
Jenis susu formula (sufor) ini paling umum digunakan, karena berbasis susu sapi yang dirancang untuk meniru komposisi ASI semirip mungkin. Protein susu sapi dimodifikasi agar lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang masih berkembang.
Susu formula ini diperkaya dengan vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya untuk mendukung pertumbuhan serta perkembangan bayi. Beberapa merek menambahkan prebiotik maupun probiotik untuk mendukung sistem kekebalan tubuh sekaligus pencernaan bayi.
2. Susu formula hidrolisat parsial.
Susu formula jenis ini dirancang untuk bayi yang memiliki alergi susu sapi. Protein dalam susu ini telah dipecah sebagian (dihidrolisis), sehingga lebih mudah dicerna dan mengurangi risiko reaksi alergi. Meskipun tidak sepenuhnya hipoalergenik, susu formula hidrolisat parsial dapat menjadi pilihan yang baik untuk bayi dengan riwayat keluarga alergi. Jenis susu formula ini tetap mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal bayi.
3. Susu formula hidrolisat ekstensif.
Selanjutnya, ada sufor hidrolisat ekstensif yang dirancang khusus untuk bayi dengan alergi susu sapi yang parah atau intoleransi laktosa. Protein dalam susu ini telah dipecah menjadi asam amino individual, sehingga sangat mudah dicerna dan hampir tidak mungkin memicu reaksi alergi.
Susu formula hidrolisat ekstensif biasanya diresepkan oleh dokter untuk bayi dengan kondisi medis tertentu. Meskipun rasanya mungkin kurang enak dibandingkan jenis susu formula lainnya, jenis ini sangat penting bagi bayi yang tidak dapat mentoleransi protein susu utuh.
4. Susu formula berbasis kedelai atau soya.
Susu formula ini dibuat dari protein kedelai dan cocok untuk bayi yang alergi terhadap susu sapi atau keluarga yang memilih diet berbasis tumbuhan. Susu formula berbasis kedelai diperkaya dengan nutrisi penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa bayi yang alergi susu sapi juga mungkin alergi terhadap kedelai. Jadi, sebelum pemberian sufor pada bayi, sebaiknya konsultasi dengan dokter anak sebelum beralih ke susu formula berbasis kedelai.
5. Susu formula bebas laktosa.
Jenis susu formula ini dirancang untuk bayi yang mengalami intoleransi laktosa atau kesulitan mencerna gula susu. Laktosa dalam susu formula ini digantikan dengan jenis karbohidrat lain, seperti sukrosa atau sirup jagung. Susu formula bebas laktosa tetap mengandung protein susu sapi dan nutrisi penting lainnya. Jenis ini sering direkomendasikan untuk bayi yang mengalami diare atau masalah pencernaan terkait laktosa.
6. Susu formula khusus untuk bayi prematur.
Selain deretan sufor di atas, ada pula jenis sufor khusus bayi prematur. Susu formula ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah. Susu formula ini memiliki kandungan kalori, protein, dan mineral yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan pesat bayi prematur. Biasanya, susu formula jenis ini hanya diberikan atas rekomendasi dokter maupun disesuaikan dengan kondisi khusus setiap bayi.
7. Susu formula organik.
Susu formula organik dibuat dari bahan-bahan yang diproduksi tanpa penggunaan pestisida, pupuk sintetis, atau hormon pertumbuhan. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa susu formula organik lebih baik dari susu formula biasa, beberapa orang tua memilihnya karena pertimbangan lingkungan dan kesehatan. Susu formula organik tetap harus memenuhi standar gizi yang sama seperti susu formula biasa.
8. Susu formula berbasis asam amino.
Terakhir, ada jenis susu formula yang paling terhidrolisis yang dibuat untuk bayi dengan alergi protein susu yang sangat parah atau kondisi medis kompleks. Protein dalam susu formula ini telah dipecah menjadi asam amino individual, menjadikannya opsi paling hipoalergenik yang tersedia. Susu formula berbasis asam amino biasanya hanya digunakan atas rekomendasi dokter spesialis anak untuk kasus-kasus tertentu.
Rekomendasi susu formula komposisi mirip ASI
foto: freepik.com
1. Susu formula dengan protein whey yang dominan.
ASI mengandung lebih banyak protein whey dibandingkan kasein, dengan rasio sekitar 60:40 atau 70:30. Susu formula yang mencoba meniru komposisi ini menggunakan lebih banyak protein whey, sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi. Protein whey juga mengandung asam amino yang lebih lengkap dan seimbang.
Beberapa merek susu formula telah mengembangkan formulasi dengan rasio protein whey:kasein yang mirip dengan ASI, biasanya ditandai dengan label "whey-dominant" atau "whey-based". Formulasi ini bertujuan untuk memberikan profil protein yang lebih mirip dengan ASI, yang dapat membantu pencernaan bayi dan potensial mendukung perkembangan optimal.
2. Susu formula dengan lemak struktural.
Rekomendasi selanjutnya ada ASI yang mengandung lemak dalam bentuk globula lemak susu yang unik, dengan struktur dan komposisi spesifik. Beberapa produsen susu formula telah mengembangkan teknologi untuk menciptakan lemak struktural yang mirip dengan globula lemak dalam ASI.
Lemak ini biasanya disebut sebagai "OPO" (Oleic-Palmitic-Oleic) atau "beta-palmitat". Susu formula dengan lemak struktural ini dibuat untuk meningkatkan penyerapan lemak dan kalsium, mengurangi konstipasi, serta potensial meningkatkan komposisi mikrobiota usus bayi. Meskipun belum semua susu formula mengandung lemak struktural, beberapa merek premium telah mulai menerapkan teknologi ini untuk lebih mendekati komposisi ASI.
3. Susu formula dengan oligosakarida.
ASI mengandung oligosakarida kompleks yang berfungsi sebagai prebiotik alami, mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus bayi. Beberapa produsen susu formula telah mengembangkan oligosakarida sintetis yang mirip dengan yang ditemukan dalam ASI, seperti 2'-fucosyllactose (2'-FL) dan Lacto-N-neotetraose (LNnT).
Susu formula yang mengandung oligosakarida ini bertujuan untuk mendukung sistem kekebalan tubuh bayi maupun melindungi mikrobiota usus yang sehat. Meskipun tidak mungkin mereplikasi seluruh kompleksitas oligosakarida dalam ASI, penambahan ini merupakan langkah signifikan dalam membuat susu formula lebih mirip dengan ASI.
4. Susu formula dengan nukleotida.
ASI secara alami mengandung nukleotida, yang berperan penting dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan sel. Beberapa susu formula telah menambahkan nukleotida ke dalam produk mereka untuk lebih mendekati komposisi ASI.
Susu formula yang diperkaya dengan nukleotida ini bertujuan untuk mendukung perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel usus, serta berpotensi meningkatkan penyerapan zat besi. Penambahan nukleotida ini merupakan upaya untuk menyediakan nutrisi penting yang biasanya ditemukan dalam ASI.
5. Susu formula dengan tambahan DHA dan ARA.
Umumnya ASI secara alami mengandung asam lemak rantai panjang seperti DHA (asam dokosaheksaenoat) dan ARA (asam arakidonat), yang penting untuk perkembangan otak dan mata bayi. Banyak susu formula modern telah menambahkan DHA dan ARA dalam jumlah yang mirip dengan ASI.
Penambahan ini bertujuan untuk mendukung perkembangan kognitif maupun visual bayi. Beberapa merek bahkan telah mengembangkan teknologi untuk membuat DHA maupun ARA dalam bentuk yang lebih mudah diserap, mirip dengan yang ada dalam ASI.
6. Susu formula dengan lactobacillus dan bifidobacterium.
ASI mengandung berbagai bakteri menguntungkan yang membantu membentuk mikrobiota usus bayi. Beberapa produsen susu formula telah menambahkan probiotik seperti strain Lactobacillus maupun Bifidobacterium ke dalam produk mereka.
Penambahan probiotik ini bertujuan untuk mendukung kesehatan pencernaan bayi, memperkuat sistem kekebalan tubuh, sekaligus mengurangi risiko alergi. Meskipun tidak mungkin mereplikasi keragaman mikroba dalam ASI sepenuhnya, penambahan probiotik ini merupakan upaya untuk memberikan manfaat kesehatan yang serupa.
Recommended By Editor
- [KUIS] Penggemar susu, coba tes wawasanmu apakah sudah tepat cara dan waktumu minum susu?
- Ternyata nggak semua susu di supermarket disimpan di kulkas, ini alasan dan kenali perbedaan jenisnya
- 5 Cara efektif dan aman sembuhkan batuk untuk dicoba di rumah
- 20 Arti mimpi seputar susu menurut primbon Jawa, isyarat kemakmuran hidup
- 8 Manfaat susu untuk kesehatan dan kecantikan, anti-aging hingga tingkatkan daya tahan tubuh
- [KUIS] Pilih susu UHT, kental manis, atau bubuk? Kami tebak watak aslimu dan rekomendasi camilan enak