Brilio.net - Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi satu dari sekian jenis kanker yang menyerang wanita. Brilio.net mengutip dari laporan dari Globocan 2020, kanker serviks menempati peringkat kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak dialami wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Tercatat ada lebih dari 36.000 kasus baru kanker serviks dengan angka kematian lebih dari 21.000 per tahun.

Penyebab dari kanker mematikan ini umumnya dari infeksi virus Human Papillomavirus (HPV). Virus ini sendiri memiliki lebih dari 100 jenis, namun tipe 16 dan 18 adalah yang paling diyakini erat kaitannya dengan kanker serviks. Medium penyebarannya pun beragam, mulai dari kontak seksual, sistem kekebalan tubuh yang lemah, kebiasaan merokok, hingga penggunaan alat kontrasepsi oral dalam jangka panjang.

Jika dilihat dari kebanyakan kasus, kanker serviks ini ditandai dengan berbagai gejala, di antaranya adanya pendarahan tak normal, keputihan yang tak biasa hingga nyeri panggul dan masalah buang air kecil. Dalam penanganan terhadap kanker serviks ini, deteksi dini sangat dibutuhkan. Skrining sejak saat menunjukkan gejala tak wajar menjadi salah satu kunci dari pengobatan kanker ini.

Pengobatan terhadap kanker serviks umumnya dilakukan melalui prosedur medis seperti operasi histerektomi atau trachelectomy, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi dan lain sebagainya. Berbagai penelitian terus dikembangkan dalam rangka membentuk terapi imunitas terhadap pasien kanker serviks. Meski masih dalam tahap penelitian, namun imunoterapi menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam melawan sejumlah sel kanker.

Penelitian tentang alternatif terapi kanker serviks.

penelitian mahasiswa ugm © berbagai sumber

foto: pixabay.com

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa salah satu penyebab kanker serviks adalah imunitas tubuh yang lemah. Imunitas ini bisa dipelihara dengan pengobatan yang minim efek samping. Baru-baru ini, dalam publikasi Universitas Gadjah Mada yang dikutip brilio.net pada Senin (23/9), sejumlah mahasiswa mengeksplorasi terapi alternatif dari limbah biji salak dan kulit jeruk sebagai agen anti kanker serviks.

Lima mahasiswa tersebut adalah Aditya Latiful Azis (Biologi 2022), Asy Syifa Paras Ceria (Biologi 2022), Shabrina Farras Tsany (Kedokteran 2021), Rahmalia Diani Saffana (Kedokteran 2021), dan Faqih Fikri Nuryanto (Farmasi 2023) dengan dosen pembimbing Woro Anindito Sri Tunjung, M.Sc., Ph.D. Indonesia sebagai negara tropis tentunya sudah tak asing dengan buah salak. Ternyata, buah yang memiliki kulit bersisik ini bijinya mengandung sejumlah senyawa yang berpotensi menjadi antioksidan. Kandungan di dalamnya diketahui mencakup senyawa polifenol, alkaloid, dan terpenoid.

Sementara itu, kulit jeruk pamelo diketahui mengandung senyawa flavonoid dan likopen yang memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker. Kombinasi dua limbah ini kemudian diuji untuk menjadi alternatif pengobatan kanker serviks yang minim efek samping. Penelitian ini kemudian melewati berbagai tahapan uji. Mulai dari skrining fitokimia, uji in silico, uji aktivitas antiinflamasi, uji sitotoksisitas, dan uji antiproliferasi, uji penghambatan migrasi sel HeLa, dan uji apoptosis.

Hasil akhirnya, dua bahan ini terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi dan menghambat migrasi sel HeLa sehingga mampu memicu apoptosis pada sel kanker serviks.

Faktor risiko kanker serviks.

penelitian mahasiswa ugm © berbagai sumber

foto: unsplash.com

Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker serviks meliputi:

1. Aktivitas seksual pada usia muda.

Memulai aktivitas seksual di usia remaja dapat meningkatkan risiko terkena HPV.

2. Jumlah pasangan seksual.

Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko terpapar HPV.

3. Sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Orang dengan sistem imun yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, lebih rentan terhadap infeksi HPV.

4. Merokok

Zat kimia berbahaya dari rokok dapat berkontribusi pada perkembangan kanker serviks.

5. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pil KB dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko kanker serviks.

Pencegahan kanker serviks.

Selain deteksi dini melalui skrining, salah satu langkah paling efektif dalam pencegahan kanker serviks adalah vaksinasi HPV. Vaksin HPV melindungi terhadap jenis-jenis HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 16 dan 18. Program vaksinasi HPV sudah dimulai di Indonesia, terutama untuk remaja putri, dan diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks di masa depan.

Kanker serviks adalah masalah kesehatan serius yang masih menjadi ancaman besar bagi perempuan di Indonesia. Dengan angka kejadian yang tinggi, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang deteksi dini, vaksinasi, dan pengetahuan tentang gejala serta penyebab kanker serviks. Langkah pencegahan seperti skrining rutin dan vaksinasi HPV, serta penanganan yang tepat pada pasien yang didiagnosis, dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Penyediaan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, baik di kota besar maupun di daerah terpencil, sangat penting untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks di Indonesia.