Brilio.net - HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini bekerja dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga penderitanya mudah terjangkit berbagai infeksi penyakit yang berpotensi menjadi penyakit serius.
Menyadur dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), temuan penyakit HIV/AIDS sudah mencapai 515.455 kasus selama Januari-September 2023. Dari total tersebut, ada sekitar 454.723 kasus atau 88% yang sudah terkonfirmasi oleh penderitanya atau orang dengan HIV (ODHIV).
Bila ditelisik dari beberapa kategori, segmentasi penderitanya terdiri dari anak-anak yakni usia balita atau di atas 4 tahun sebanyak 1,9% dan usia 5-14 tahun sebanyak 1%. Kemudian, menyusul kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 3,4%, sedangkan rentang usia 20-24 tahun mencapai angka 16,1% kasus HIV. Sementara pada kelompok usia 25-49 tahun terjadi sekitar 69,9% kasus.
Melihat dari data tersebut, dibutuhkan penanggulangan yang lebih serius. Bisa dimulai dengan memahami lebih dalam tentang HIV/AIDS, mulai dari penyebab, penularan, dan cara mencegahnya. Yuk simak informasinya di bawah ini, dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (12/6).
Apa itu HIV/AIDS?
foto: freepik.com
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel CD4. Jenis sel ini merupakan sel darah putih yang penting untuk tubuh dalam melawan infeksi. Ketika HIV menghancurkan sel CD4, tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi. Jika tidak diobati, HIV akan berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yakni kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah sehingga tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit serius.
Melansir dari laman HIV.gov, ketika terpapar, virus ini tidak bisa dihilangkan secara efektif dan terus menetap dalam tubuh pengidap seumur hidup. Walau tidak bisa dihilangkan, virus HIV dapat dikontrol melalui konsumsi obat HIV maupun melakukan terapi lain.
Gejala HIV/AIDS.
foto: freepik.com
Gejala HIV/AIDS dapat dibagi menjadi beberapa tahap berdasarkan perkembangan penyakitnya. Menyadur dari laman WHO, beberapa gejala HIV/AIDS yang umum sebagai berikut:
Tahap 1: Infeksi HIV akut
- Demam hingga menggigil
- Muncul ruam di kulit
- Muntah
- Nyeri pada sendi dan otot
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Sakit tenggorokan dan sariawan
Tahap 2: Infeksi HIV kronis (masa laten)
- Berat badan menurun
- Berkeringat di malam hari
- Batuk
- Diare
- Mual dan muntah
- Herpes zoster
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit kepala
- Kelelahan
Tahap 3: AIDS
- Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya
- Berkeringat di malam hari
- Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
- Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
- Diare kronis
- Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina
- Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak, leher, dan selangkangan
- Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan
- Mudah memar atau berdarah
- Tubuh terasa mudah lelah
- Mudah marah dan depresi
- Ruam atau bintik di kulit
- Sesak napas
Penyebab dan cara penularan HIV/AIDS.
foto: freepik.com
Penyebab utama HIV/AIDS adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Virus ini menyebar melalui aktivitas seksual, tak heran bila penyakit ini digolongkan sebagai infeksi menular seksual (sexually transmitted infections). Penularan HIV/AIDS dapat diakibatkan aktivitas tertentu, diantaranya:
1. Hubungan seksual yang tidak aman, yakni seks bebas yang meningkatkan risiko HIV/AIDS. Terlebih bila berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi HIV.
2. Berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Aktivitas seksual yang dilakukan tanpa kondom lebih berpotensi terinfeksi penyakit ini. Baik seks oral maupun anal.
3. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril seperti menato atau memakai obat terlarang dapat meningkatkan risiko HIV/AIDS. Terlebih jika jarum suntik sudah digunakan orang yang terinfeksi virus ini akan menyebabkan kamu terserang virus yang sama.
4. Transfusi darah yang tidak steril.
5. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus ke janinnya melalui plasenta.
6. Meski bisa menular lewat aktivitas seksual, namun virus ini tidak menular melalui ciuman, handuk, memakai barang yang sama, atau melalui pernapasan. Kamu hanya bisa terinfeksi bila kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS melalui seks, jarum suntik, dan transfusi darah dari penderita.
Cara mencegah tertular HIV/AIDS.
foto: freepik.com
1. Hubungan seksual yang aman seperti menggunakan kondom saat berhubungan seks.
2. Tidak berganti-ganti pasangan seks dapat mengurangi risiko penularan HIV.
3. Melakukan tes HIV secara berkala untuk mengetahui status kesehatan. Cara ini sangat dianjurkan jika sering bergonta-ganti pasangan atau menggunakan jarum suntik maupun tindik.
4. Sebisa mungkin hindari berbagi jarum suntik atau peralatan tajam lainnya.
5. Ibu hamil yang terinfeksi HIV harus mengikuti program pencegahan untuk mengurangi risiko penularan ke bayi.
6. Orang yang terinfeksi HIV harus mengikuti terapi antiretroviral (ARV) untuk mengendalikan jumlah virus dalam tubuh dan mengurangi risiko penularan.
7. PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis), yakni mengonsumsi obat pencegahan bagi yang berisiko tinggi terinfeksi HIV.
Recommended By Editor
- Bukan sekadar obat kuat, ilmuan temukan fungsi lain viagra, ternyata dapat cegah gangguan memori otak
- 5 Fakta tentang bakteri Wolbachia yang dikembangkan pemerintah untuk membasmi DBD
- Sempat dialami Nikita Willy usai jadi ibu, kenali brain fog, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya
- 7 Makanan penyebab kentut jadi bau dan lebih sering, hati-hati konsumsi berlebihan
- Jangan dibiasakan, ini bahaya minum teh setelah makan bagi kesehatan, serta saran minuman penggantinya