Brilio.net - Donor darah adalah salah satu bentuk kebaikan yang bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Banyak orang melakukan donor darah secara rutin, bahkan beberapa di antaranya melakukannya lebih sering dari yang disarankan. Ada anggapan bahwa terlalu sering donor darah bisa memberikan dampak positif dan negatif bagi kesehatan, termasuk klaim bahwa donor darah bisa bikin kecanduan.
Sebagian besar dari kamu mungkin tahu bahwa donor darah memiliki manfaat kesehatan. Selain membantu orang lain, donor darah juga bisa memberikan keuntungan fisik bagi pendonornya sendiri. Namun, penting untuk memahami batasan yang disarankan dan bagaimana tubuh kamu bereaksi jika donor darah dilakukan terlalu sering.
Apakah donor darah benar-benar bisa menimbulkan efek samping? Beberapa orang mengklaim bahwa merasakan kecanduan untuk terus mendonorkan darahnya. Brilio.net akan mengupas lebih dalam tentang manfaat donor darah, efek samping jika dilakukan terlalu sering, dan apakah benar donor darah bisa bikin kecanduan. Simak ulasan brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (18/9).
Manfaat terlalu sering donor darah.
foto: freepik.com
1. Mengurangi risiko penyakit jantung.
Donor darah secara teratur dapat membantu mengurangi kadar zat besi berlebih dalam tubuh. Kelebihan zat besi bisa memicu oksidasi kolesterol, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penelitian menunjukkan bahwa pendonor darah memiliki kemungkinan lebih rendah terkena serangan jantung dibanding mereka yang tidak mendonorkan darah.
2. Membantu mengatur tekanan darah.
Donor darah juga bisa membantu menstabilkan tekanan darah. Dalam proses donor darah, tubuh harus beradaptasi dengan pengurangan volume darah yang mendadak, yang kemudian dapat melatih sistem kardiovaskular. Hasilnya, tekanan darah cenderung lebih stabil dan risiko hipertensi bisa berkurang.
3. Meningkatkan produksi sel darah baru.
Setiap kali mendonorkan darah, tubuh akan merespons dengan memproduksi sel darah baru untuk menggantikan yang hilang. Proses ini membantu menjaga keseimbangan produksi sel darah merah dalam tubuh. Dengan donor darah yang rutin, tubuh selalu berada dalam kondisi siap untuk memperbarui sel-sel darah, yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
4. Mendeteksi penyakit lebih awal.
Setiap kali melakukan donor darah, pendonor harus menjalani serangkaian tes kesehatan. Tes ini bisa membantu mendeteksi adanya penyakit, seperti HIV, hepatitis, atau penyakit lain, pada tahap yang sangat awal. Donor darah secara rutin bisa menjadi alat deteksi dini yang berguna untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut.
Efek samping terlalu sering donor darah.
foto: freepik.com
1. Anemia.
Salah satu risiko terbesar terlalu sering donor darah adalah anemia, atau kekurangan sel darah merah. Jika tubuh tidak diberi cukup waktu untuk memulihkan sel darah yang hilang, pendonor bisa mengalami kelelahan, pusing, atau bahkan pingsan. Oleh karena itu, ada jarak waktu minimum yang disarankan antara satu kali donor darah dan donor berikutnya, biasanya sekitar 2 hingga 3 bulan.
2. Penurunan kadar zat besi.
Donor darah secara berlebihan bisa mengakibatkan penurunan kadar zat besi dalam tubuh. Zat besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin, protein yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen dalam darah. Kekurangan zat besi bisa menyebabkan kelelahan yang ekstrem dan masalah kesehatan lainnya jika tidak diatasi dengan asupan makanan yang kaya akan zat besi.
3. Kerusakan sistem imun.
Meski manfaat donor darah bagi kesehatan sangat besar, donor darah yang terlalu sering dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Sistem imun membutuhkan waktu untuk pulih setelah kehilangan sel darah merah, sehingga terlalu sering mendonor bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi atau penyakit. Itu sebabnya, penting untuk memberikan tubuh waktu yang cukup untuk pulih di antara sesi donor darah.
4. Pusing atau pingsan.
Efek samping yang paling umum dari donor darah adalah pusing atau pingsan, terutama bagi kamu yang tidak memiliki cukup istirahat atau asupan nutrisi sebelum mendonor. Terlalu sering donor darah bisa memperburuk efek ini, sehingga penting untuk memastikan tubuh dalam kondisi prima sebelum mendonorkan darah.
Benarkah donor darah bikin kecanduan?
foto: freepik.com/brgfx
Ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa sebagian orang merasa "kecanduan" donor darah, tetapi ini bukanlah kecanduan dalam arti fisik seperti yang dialami pada narkotika atau zat adiktif lainnya. Fenomena ini lebih merupakan kecanduan psikologis, yang biasanya berhubungan dengan perasaan senang, puas, atau bermakna setelah mendonorkan darah. Setelah seseorang mendonorkan darah, mungkin merasa telah melakukan tindakan baik yang bisa meningkatkan mood atau memberikan kepuasan emosional.
Penelitian dari American Psychological Association menyebutkan bahwa tindakan sosial yang membantu orang lain, seperti donor darah dapat memicu produksi endorfin dalam otak. Endorfin adalah hormon yang berfungsi meningkatkan perasaan bahagia dan puas. Kondisi ini dikenal dengan istilah "helper’s high," di mana seseorang merasa lebih baik dan tenang setelah melakukan tindakan baik.
Kamu yang rutin mendonorkan darah mungkin mengalami efek ini secara berulang, yang menyebabkan keinginan untuk mendonorkan darah lagi. Meski begitu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung adanya kecanduan fisik terhadap donor darah. Kecanduan psikologis ini mungkin lebih disebabkan oleh perasaan positif dan dampak emosional dari tindakan kebaikan yang dilakukan, bukan karena efek fisik langsung pada tubuh.
Recommended By Editor
- 6 Cara praktis mengecek golongan darah: temukan metode terbaik untuk kamu
- 14 Manfaat donor darah bagi kesehatan, cegah risiko kanker
- Rekor, pria ini donorkan darahnya sebanyak 1.173 kali
- Bukti donor tak cuma demi kemanusiaan, tapi juga memperpanjang usiamu
- Ilmuwan temukan cara agar donor darah tidak harus sesama jenis darah
- Cerita Marjuki merintis perkumpulan pendonor darah di Kemiri Lor