Brilio.net - Belum lama ini adik Nagita Slavina, Caca Tengker mengakui mengalami kondisi kesehatan yang kurang optimal. Bagaimana tidak, Caca baru saja menjalani operasi pengangkatan kantong empedu.
Tak hanya itu, wanita 35 tahun itu pun mengakui bahwa selama ini dia mengalami burnout, namun selalu denial bahkan kerap mengabaikan tanda-tanda adanya burnout.
Padahal menurutnya, burnout itu nyata yang efeknya tak hanya mengganggu kesehatan mental. Namun, mempengaruhi sistem imun yang pada imbasnya menyebabkan seseorang mudah sakit.
"Sempet denial kalau aku burnout. Padahal tanda-tandanya udah cukup jelas. Tapi aku abaikan cukup lama," tulis Caca Tengker di akun Instagram @cacatengker, Selasa (8/10)
"Burnout itu nyata. Stress yang berkepanjangan efeknya ga hanya ke kesehatan mental diri kita sendiri, tapi juga memengaruhi orang sekitar kita. Memengaruhi sistem imun tubuh kita juga. Akhirnya aku jadi sakit-sakitan. Ketika sakit pun aku merasa bersalah karena harus melepas tanggung jawab, balik ke siklus menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal untuk bisa mengelola diri dan perasaan."
"Aku masih belajar, masih berproses untuk keluar dari siklus tekanan yang berat ini. Tapi sekarang aku mau coba untuk lebih terbuka. Semoga kalian juga ga ngerasa sendirian di masa berat kalian ya."
Menilik apa yang dialami Caca Tengker ini tentu jadi pembelajaran bagi setiap orang agar lebih peduli pada kesehatan diri. Lantas apa itu burnout? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini! Brilio.net sadur dari berbagai sumber, Selasa (8/10)
Apa itu burnout?
Burnout merupakan kondisi fisik, emosional, dan mental yang muncul sebagai akibat dari stres berkepanjangan, terutama di lingkungan kerja. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Herbert Freudenberger pada 1974 untuk menggambarkan keadaan kelelahan yang dialami oleh pekerja yang berprofesi di bidang pelayanan.
Burnout ditandai dengan perasaan kelelahan yang ekstrem, penurunan motivasi, serta ketidakmampuan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik. Burnout dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, termasuk beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu yang terus-menerus, dan kurangnya dukungan sosial di tempat kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maslach & Leiter (2016), burnout terdiri dari tiga komponen utama: kelelahan emosional, depersonalisasi, hingga penurunan rasa pencapaian. Kelelahan emosional mencakup perasaan kehabisan energi sekaligus kesulitan untuk merasa terhubung dengan pekerjaan.
Depersonalisasi merujuk pada sikap negatif maupun sinis terhadap pekerjaan ataupun rekan kerja, sedangkan penurunan rasa pencapaian mencakup perasaan tidak efektif serta tidak mampu dalam menjalankan tugas.
Dampak dari burnout tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga dapat memengaruhi organisasi secara keseluruhan. Karyawan yang mengalami burnout cenderung memiliki produktivitas yang rendah, tingkat absensi yang tinggi, dan meningkatnya risiko pengunduran diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli et al. (2009) menunjukkan bahwa burnout dapat mengakibatkan penurunan kepuasan kerja maupun kesehatan mental, serta meningkatkan risiko gangguan fisik seperti penyakit jantung hingga gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang memerhatikan tanda-tanda burnout agar bisa mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Apa saja penyebab burnout.
Burnout adalah kondisi yang kompleks dan dapat dipicu oleh berbagai faktor. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab burnout:
1. Tanggung jawab yang berlebihan
Banyak orang merasa tertekan karena tanggung jawab yang berlebihan, baik di rumah maupun di tempat kerja. Misalnya, seseorang yang harus mengurus anak, pekerjaan rumah, hingga tuntutan pekerjaan dapat merasa kewalahan ketika semua tanggung jawab tersebut menumpuk. Keterbatasan waktu serta energi untuk menyelesaikan semua tugas ini dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan.
2. Ketidakmampuan untuk bersantai
Dalam kehidupan yang sibuk, seringkali sulit untuk menemukan waktu untuk bersantai dan menikmati kegiatan yang menyenangkan. Terus-menerus berada dalam mode aktif dapat menguras energi mental serta fisik, menyebabkan kelelahan yang parah.
3. Tekanan sosial
Tuntutan sosial, seperti menjaga citra di media sosial, memenuhi harapan keluarga, ataupun berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dapat menciptakan tekanan yang signifikan. Ketika individu merasa harus selalu memenuhi ekspektasi orang lain, hal ini dapat meningkatkan stres yang memicu burnout.
4. Keseimbangan kerja-kehidupan sehari-hari yang buruk
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang tidak seimbang dapat menjadi penyebab utama burnout. Ketika pekerjaan mengambil alih kehidupan pribadi, seseorang sering kali merasa kehilangan waktu untuk bersosialisasi, beristirahat, bahkan melakukan aktivitas yang mereka nikmati.
5. Kebiasaan hidup tidak sehat
Kebiasaan hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, kurang tidur, serta kurangnya aktivitas fisik, dapat meningkatkan risiko burnout. Kesehatan fisik yang buruk dapat memperburuk stres sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan.
6. Konflik interpersonal
Konflik dengan anggota keluarga, teman, atau rekan kerja dapat menjadi sumber stres yang signifikan. Ketegangan dalam hubungan dapat menguras energi emosional dan membuat individu merasa terjebak dalam situasi yang tidak nyaman.
7. Perubahan besar dalam hidup
Perubahan besar, seperti pernikahan, perceraian, kehilangan orang yang dicintai, atau pindah ke tempat baru, dapat menimbulkan stres yang tinggi. Menghadapi perubahan ini sering kali memerlukan penyesuaian yang dapat menguras sumber daya mental maupun emosional seseorang. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan yang baik dari berbagai pihak.
8. Kurangnya dukungan
Tidak memiliki sistem dukungan yang memadai, baik dari keluarga, teman, atau rekan kerja, dapat membuat seseorang merasa sendirian dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Ketidakmampuan untuk berbagi beban emosional dengan orang lain dapat meningkatkan risiko burnout.
9. Harapan yang tidak realistis
Harapan yang tidak realistis, baik dari diri sendiri maupun orang lain, dapat menyebabkan perasaan tidak pernah cukup baik. Tekanan untuk mencapai standar yang tinggi atau bahkan mengatasi tantangan yang terlalu berat dapat menyebabkan kelelahan emosional.
10. Keterbatasan waktu
Kurangnya waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai, seperti hobi atau bersosialisasi, dapat menyebabkan perasaan kehilangan makna dalam hidup. Ketika seseorang tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang maupun bersantai, mereka lebih rentan terhadap stres dan burnout.
Ciri-ciri burnout.
1. Kelelahan emosional
Kelelahan emosional yakni salah satu ciri utama burnout. Individu yang mengalami burnout sering merasa kehabisan energi dan motivasi, sehingga sulit untuk menghadapi tantangan sehari-hari. Seseorang mungkin merasa lelah secara fisik maupun mental, bahkan setelah beristirahat.
2. Depersonalisasi
Depersonalisasi merujuk pada sikap negatif atau sinis terhadap pekerjaan, rekan kerja, dan klien. Individu yang mengalami burnout mungkin merasa terasing lalu kehilangan empati terhadap orang lain, serta lebih cenderung mengembangkan sikap apatis.
3. Merasa tidak berguna
Munculnya rasa tidak berguna atau tidak kompeten. Hal ini mengarah pada kurangnya pencapaian dan produktivitas. Ada kalanya tanda-tanda burnout muncul sekaligus.
4. Penurunan produktivitas
Burnout dapat menyebabkan penurunan produktivitas di tempat kerja. Individu yang mengalami burnout cenderung kesulitan untuk berkonsentrasi, menyelesaikan tugas, atau mengikuti tenggat waktu, yang dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan mereka.
5. Gangguan fisik
Burnout sering disertai dengan berbagai masalah fisik, seperti sakit kepala, gangguan tidur, hingga masalah pencernaan. Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga individu lebih rentan terhadap penyakit.
6. Perubahan perilaku
Orang yang mengalami burnout mungkin menunjukkan perubahan perilaku, seperti meningkatkan penggunaan alkohol, mudah marah, atau kebiasaan tidak sehat lainnya sebagai cara untuk mengatasi stres.
7. Ketidakpuasan dengan pekerjaan
Individu yang mengalami burnout sering merasa tidak puas dengan pekerjaannya, kehilangan minat, hingga merasa bahwa pekerjaan tidak lagi memberikan kepuasan atau makna. Mereka mungkin merasa terjebak dalam rutinitas tanpa harapan untuk perbaikan.
8. Kesulitan dalam mengatur waktu
Burnout dapat menyebabkan kesulitan dalam mengatur waktu maupun mengelola prioritas. Individu mungkin merasa kewalahan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan, sehingga sulit untuk menetapkan batasan serta menemukan waktu untuk diri sendiri.
Cara mengatasi burnout.
1. Istirahat yang cukup
Mengambil waktu istirahat secara teratur sangat penting untuk memulihkan energi fisik maupun mental. Cobalah untuk menjadwalkan waktu untuk beristirahat, baik dengan mengambil cuti dari pekerjaan atau sekadar memberikan waktu untuk diri sendiri di tengah hari. Selama istirahat, lakukan aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan.
2. Carilah dukungan sosial
Membangun maupun memelihara hubungan sosial yang positif sangat penting untuk kesehatan mental. Berbicaralah dengan teman, keluarga, atau rekan kerja tentang perasaan kamu. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi beban emosional dan memberikan perspektif baru.
3. Kelola stres
Praktik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, ataupun teknik pernapasan dalam, dapat membantu menenangkan pikiran sekaligus mengurangi kecemasan. Menyisihkan waktu untuk melakukan aktivitas yang menenangkan serta menyegarkan pikiran dapat sangat bermanfaat.
4. Fokus pada kesehatan fisik
Menjaga kesehatan fisik melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, hingga tidur yang cukup dapat meningkatkan daya tahan terhadap stres. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan suasana hati serta energi secara keseluruhan.
5. Luangkan waktu untuk hobi
Menghabiskan waktu untuk hobi yang kamu sukai dapat membantu mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk bersantai. Temukan kegiatan yang memberimu kepuasan dan kebahagiaan, seperti berkebun, menggambar, atau membaca.
6. Minta bantuan profesional
Jika burnout terasa terlalu berat untuk diatasi sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor dapat memberikan dukungan, strategi coping, hingga bimbingan dalam menghadapi tantangan yang kamu hadapi.
7. Luangkan waktu untuk merenungkan perasaan dan pengalaman kamu.
Jangan terlalu sibuk dengan orang lain atau keluarga. Sesekali luangkan waktu untuk diri sendiri. Luangkan waktu untuk memikirkan diri sendiri, menikmati hal yang disukai, bahkan ambil jeda dari rutinitas harian lalu bersantai. Pahami bahwa dirimulah yang mampu menjaga serta peduli pada diri sendiri.
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- Tanda kelelahan kronis yang berbahaya, jangan diabaikan!
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- 10 Tips mengawasi gadget anak lebih aman , nggak cuma tetapkan batasan waktu penggunaan
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- 4 Cara sederhana membangun hidup lebih bahagia setiap hari
- Cerita Park Seo-joon burnout saat syuting Itaewon Class
- Mengenal manfaat Silent Walking, menemukan kedamaian dan kesehatan dalam keheningan
- Gampang overthinking, 7 zodiak ini paling mudah cemas dan panikan