Brilio.net - Jerawat menjadi salah satu permasalahan kulit yang kerap terjadi. Bintik hingga benjolan berwarna merah akan muncul pada permukaan kulit akibat banyak faktor. Mulai dari faktor hormon, pola makan, sampai dengan kondisi tubuh yang stres bisa menjadi penyebab timbulnya jerawat. Beberapa jerawat dapat hilang dengan sendirinya, namun ada juga jerawat yang perlu perawatan lebih untuk mengatasinya. Maka dari itu, kamu perlu mengetahui lebih jelas mengenai penyebab dari jerawat yang kamu alami.
Pasalnya, selama masa pandemi Corona jerawat juga bisa timbul dikarenakan kebiasaan baru masyarakat. Seperti yang kamu tahu, sejak Covid-19 mewabah, masyarakat diwajibkan untuk menggunakan masker saat beraktivitas. Selain digunakan saat di luar ruangan, masyarakat juga dihimbau untuk tidak melepas masker saat di dalam ruangan, kecuali hanya pada saat makan atau minum.
Situasi ini membuat sebagian besar area wajah harus tertutup masker selama berjam-jam. Akibatnya, kondisi lembap di dalam masker bisa menimbulkan jerawat.Gesekan masker dengan kulit juga bisa mengakibatkan timbulnya kemerahan pada wajah. Kondisi ini pun sempat menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Lantaran nggak sedikit yang mengalami permasalahan yang saat ini kerap disebut dengan julukan maskne ini.
Kondisi maskne juga dialami Rahma. Wanita pekerja swasta ini mengaku mengalami maskne selama masa pandemi Corona. Pada awalnya, ia mengira hanya mengalami jerawat biasa. Pasalnya dikatakan Rahma memiliki jenis kulit yang mudah berjerawat. Namun rupanya situasi ini tak lekas membaik seperti biasanya. Bahkan bekas kemerahan masih terlihat jelas dalam kurun waktu lebih dari satu bulan.
foto: Brilio.net/Rizka Mifta
"Awalnya kan muncul di area pipi, satu atau dua gitu. Pertama sih ngerasa biasa aja ya, karena aku termasuk yang mudah muncul jerawat. Tapi kok rasanya makin hari makin banyak, terus rasanya juga makin susah hilang. Padahal aku ngerasa pakai skincare rutin yang biasa aku pakai," jelas Rahma pada brilio.net pada Senin (15/12).
Setelah menyadari perubahan ini, Rahma pun sempat membiarkan kondisi kulitnya. Tak mau buru-buru mengambil tindakan, ia memilih untuk mengamati kondisi kulit selama satu bulan. Namun karena minimnya perubahan, ia pun mencoba untuk memperhatikan kandungan skincare yang digunakan.
"Sempat juga waktu itu lihat-lihat di sosmed, katanya kaya gini itu istilahnya maskne. Aku coba juga sih buat ngurangin produk-produk yang aku pakai. Karena sempat takut juga itu jadi salah satu penyebabnya. Tapi ya emang belum berpengaruh banget saat itu," terangnya.
foto: freepik.com
Dalam usaha mengurangi maskne, Rahma mengaku tetap menggunakan tahapan skincare yang biasa digunakan. Hanya saja, ia mencoba mengurangi beberapa produk yang dirasa tidak terlalu ia butuhkan. Serum dan foundation menjadi produk yang ia hindari dalam proses penyembuhannya.
"Jadi aku sempat baca juga, katanya kalau lagi maskne gini disaranin buat pakai skincare basic yang bener-bener dibutuhin aja. Jadinya yang tetap aku pakai setelah cuci muka itu toner, pelembab, sama sunscreen. Terus kalau makeup aku cuma pakai waktu kerja aja. Itu pun cuma bedak tabur sama lipstik, selebihnya nggak aku pakai," ungkap wanita yang berprofesi sebagai karyawan swasta tersebut.
Permasalahan maskne yang menyerang banyak orang selama pandemi pun diakui benar oleh dr. Dyah Sri Handayani. Dokter Penanggung Jawab Klinik Erha Apothecary Hartono Mall Yogyakarta itu mengungkapkan, timbulnya masalah jerawat selama pandemi corona, salah satunya bisa terjadi karena penggunaan masker. Hal ini timbul diakibatkan kondisi kulit yang lembap selama menggunakan masker.
"Jadi maskne itu gabungan dari dua kata. Masker dan acne. Bentuknya macam-macam, ada yang munculnya dalam bentuk bruntusan kecil-kecil begitu, ada yang sampai jerawat meradang yang besar, yang memang karena areanya lebih tertutup, jadinya lebih lembap. Ditambah adanya gesekan masker dengan permukaan kulit, ditambah adanya bakteri, nah akhirnya itu bisa muncul jerawat," jelas dokter Dyah pada brilio.net.
foto: Dok. pribadi dokter Dyah
Faktor yang menyebabkan maskne pun dijelaskan dokter Dyah beragam. Mulai dari pola makan, pola hidup, faktor genetik hingga faktor hormonal. Sementara itu, untuk kamu yang memiliki kulit acne prone atau rentan berjerawat, berkemungkinan akan lebih besar berisiko mengalami maskne dibandingkan dengan kulit yang tidak acne prone.
Dengan situasi pandemi saat ini, dokter Dyah tetap menganjurkan untuk terus menggunakan masker. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Maka sebagai langkah antisipasi terhadap maskne, alumni FK UII Yogyakarta ini menyarankan agar masyarakat bisa menggunakan masker secara benar. Baik dari segi pemilihan bahan maupun cara pemakaian.
"Lebih baik memang dianjurkan menggunakan masker medis. Tapi kalau masker medisnya nggak ada, bisa pakai masker kain tapi berbahan kantun atau sutra. Atau mungkin nanti bisa dilapisi dengan tisu pun akan jauh lebih baik. Prinsipnya untuk mengurangi kelembapan yang terlalu tinggi," tuturnya.
Tahapan untuk menyembuhkan acne lainnya, juga bisa dilakukan dengan memperhatikan perawatan masker. Pemilik kondisi kulit yang mudah iritasi, disarankan untuk menghindari bahan-bahan seperti pewangi atau pelembut yang sifatnya iritatif sehingga menghindari kondisi iritasi pada kulit.
"Untuk masker medis pun juga wajib diganti per 4 jam. Jadi kemana-mana kita harus bawa masker pengganti. Kalau perlu memang di kantor, bisa bawa sabun muka. Jadi setelah rentang waktu 4 jam tadi kita bisa cuci muka, oles lagi pelembapnya, jadi supaya kulitnya tetap dapat nutrisi yang bagus. Kalau untuk kulit kering atau normal ya bisa dapat pelembapnya, jadi lebih moist," begitu saran yang diberikan dokter Dyah.
Selain itu, pemilik kulit berjerawat juga perlu memperhatikan kandungan skincare yang digunakan. Produk skincare non comedogenic dan bertekstur ringan seperti gel dengan kandungan sulfur atau zinc dikatakan dapat mengatasi maskne. Menggunakan sabun muka dengan kandungan salicylic acid atau berbahan benzo l peroxyde juga dapat membantu gently exfoliate (mengangkat sel kulit mati).
foto: freepik.com
Menggunakan masker selama pandemi, terkadang membuat sebagian orang menyepelekan penggunaan skincare sehari-hari. Maka dari itu, dokter Dyah menganjurkan bahwa tetap diperlukan penggunaan skincare dasar untuk merawat kesehatan kulit. Namun ia menyarankan agar menggunakan produk minimalis atau yang diperlukan saja. Penggunaan makeup berlebih selama penggunaan masker justru akan berisiko menimbulkan maskne.
"Perlu dihindari juga penggunaan make up yang berlebihan dan berpotensi untuk menutup pori-pori, seperti foundation, BB cream atau cushion," sebut dokter Dyah.
Tahapan penyembuhan juga bisa dilakukan dengan mengatur pola dan menu makan. Makanan berlemak, terlalu pedas atau terlalu manis bisa memunculkan komedo. Di samping memperhatikan pilihan makanan, pola tidur juga perlu diatur. Pasalnya, ketika tubuh sering begadang, metabolisme tubuh akan terganggu, sehingga dapat memicu timbulnya jerawat.
Memperbaiki kondisi kulit terkadang nggak hanya sekadar membasmi jerawat. Setelah itu, banyak orang yang masih harus berjuang untuk menyamarkan bekas jerawat ataupun flek-flek hitam. Hal ini juga bisa terjadi kepada para pejuang maskne. Untuk mengatasinya, dokter Dyah menambahkan mengenai kandungan yang bisa digunakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
"Bahan untuk menyamarkan flek atau bekas jerawat, bisa menggunakan produk yang mengandung arbutin, glicolic acid, lactic acid, niacinamide, aza, tretionin dan hidroquinon. Tapi tentunya akan lebih baik melalui konsultasi dokter terlebih dahulu," terang dokter Dyah.
Recommended By Editor
- Ini penyebab Ozora Skincare, brand asli Jogja yang makin digemari
- 10 Manfaat tepung beras untuk kecantikan dan cara penggunaannya
- 5 Rangkaian skincare yang dapat membuat kulit lembap dan cerah
- 5 Tips merawat kesehatan kulit, pilih rangkaian produk yang cocok ya
- 10 Fakta jerawat dan cara mengatasinya, nggak perlu stres dan panik ya