Brilio.net - Pernah dengar istilah night eating syndrome? Mungkin bagi beberapa orang terdengar asing. Namun ternyata sering mengintai siapa saja tak terkecuali kalangan mahasiswa. Night Eating Syndrome (NES) merupakan perilaku mengonsumsi makanan di jam-jam setelah makan malam. NES ditandai dengan adanya periode makan larut malam dalam seminggu.

Ketika mengalami sindrom ini, seseorang cenderung lebih sering makan larut malam, tidak suka sarapan, hingga merasa lapar sebelum tidur. Rata-rata orang yang mengalami NES biasanya mengalami insomnia serta gangguan mental seperti over-stress atau depresi.

Pada riset yang dilansir dari laman Universitas Airlangga, ditemukan prevalensi mahasiswa yang mengalami NES dapat mencapai 15% di tahun 2019. Sindrom ini ternyata memengaruhi indeks massa tubuh (IMT) mahasiswa, yang pada akhirnya berujung pada penyakit obesitas.

Selain itu, night eating syndrome juga berdampak pada kualitas hidup serta performa akademis. Terlebih pada orang yang menerapkan gaya hidup sedentary atau 'mageran', yang banyak dilakukan oleh mahasiswa.

Ketika memiliki NES, insomnia, hingga kurangnya aktivitas yang terjadi bersamaan. Bisa menyebabkan berbagai risiko penyakit seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, masalah ginjal, hingga masalah kardiovaskular.

Perlu diketahui, NES pertama kali dijelaskan pada tahun 1955 oleh psikiater Albert Stunkard, yang melihatnya sebagai variasi perilaku obesitas. Akibatnya, paling sering dipelajari dalam konteks penelitian tentang orang-orang yang mengalami obesitas. Dibandingkan dengan gangguan makan lainnya, penelitian tentang hal ini masih begitu sedikit.

Diperkirakan 1,5% dari populasi umum memiliki NES. Ini lebih sering terjadi pada populasi tertentu. Tingkat prevalensinya 6% sampai 14% di antara mereka yang kehilangan berat badan, dan 9% sampai 42% di antara kandidat untuk melakukan operasi bariatrik.

Lantas apa saja gejala dan penyebab seseorang mengidap night eating syndrome? Simak ulasan lengkap di bawah ini! Disadur brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (18/7)

Gejala night eating syndrome (NES).

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya © 2024 freepik.com

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

1. Seringkali terbangun di malam hari untuk makan.

2. Makan yang banyak di malam hari. Baik makanan berat maupun camilan.

3. Nafsu makan di siang hari cenderung menurun. Penderita NES biasanya mengalami rasa lapar intens, terjadi pada sore dan malam hari.

4. Merasa depresi. Penderita NES seringkali memiliki nafsu makan yang tidak terkontrol, sehingga berat badan naik drastis. Jika berat badan naik cenderung membuat si penderita NES merasa malu, sedih, atau bahkan depresi.

5. Perubahan mood. Sering merasa cemas berlebihan pada malam hari. Terlebih usai makan tengah malam.

Penyebab night eating syndrome (NES).

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya © 2024 freepik.com

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

Munculnya NES dipengaruhi oleh gangguan siklus tidur atau ritme sirkadian tubuh. Kondisi ini bisa terjadi ketika jam biologis tubuh, tidak bisa menyesuaikan dengan waktu tidur dan makan. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang rentan mengalami sindrom ini, meliputi:

1. Orang yang mengalami gangguan mental.

2. Penggunaan obat antipsikotik.

3. Diet di siang hari.

4. Kebiasaan merokok.

5. Depresi.

6. Insomnia.

7. Sleep apnea.

8. Restless legs syndrome.

Penanganan yang bisa dilakukan pada penderita night eating syndrome (NES).

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya © 2024 freepik.com

Kenali night eating syndrome, penyebab, gejala & penanganannya
© 2024 freepik.com/berbagai sumber

1. Cognitive behavioral therapy (CBT).

Perawatan ini dikenal sukses dalam mengatasi gangguan makan. CBT berfokus pada pola pikir mendasar, yang berkontribusi pada kondisi NES tersebut.

Ketika menjalani perawatan NES, bisa memberikan tambahan fokus khusus untuk mengubah pola makan, yang awalnya malam hari ke siang hari. Supaya selaras dengan siklus bangun dan tidur.

Selain itu, pasien diminta untuk sarapan agar bisa mengatur ulang pola makan.

2. Phototherapy atau terapi cahaya.

Phototherapy atau terapi cahaya, merupakan langkah yang diyakini bisa memengaruhi melatonin tubuh. Melatonin merupakan hormon yang berperan dalam membantu mengatur ritme sirkadian. Targetnya gangguan ritme sirkadian, dengan mencoba mengatur ulang jam tubuh menggunakan cahaya.

3. Pengobatan tertentu.

Terakhir, ada pengobatan psikiatri. Prosedur perawatan NES ini dipercaya mendukung proses penyembuhan gangguan makan pada umumnya.