Brilio.net - Memiliki gaya hidup yang tidak sehat berdampak pada tubuh manusia. Apalagi saat ini penyakit sudah banyak jenisnya, terutama penyakit kronis seperti jantung yang sangat membahayakan.
Penyakit jantung sendiri banyak jenisnya, salah satunya adalah diseksi aorta. Diseksi aorta terjadi karena adanya sobekan di lapisan dalam pembuluh darah besar yang keluar dari jantung (aorta).
Dahulu, penyakit jantung hanya menyerang orang yang sudah lanjut usia. Namun kini karena perubahan gaya hidup membuat siapa saja bisa terkena penyakit ini termasuk anak muda.
Lantas seperti apa yah penyakit diseksi aorta dan cara penanganannya? Berikut ulasannya seperti dikutip brilio.net dari konferensi pers Heartology Cardiovasular Center bertajuk Mengenal Operasi Hybrid Pertama di Indonesia, Kamis (11/2).
1. Penyakit diseksi aorta disebabkan karena adanya robekan di pembuluh darah aorta yaitu pembuluh darah paling besar di tubuh.
"Nah, pembuluh darah yang besar ini bisa mengalami robekan dan menimbulkan keluhan yang bermacam-macam. Itulah yang menyebabkan penyakit diseksi aorta atau robekan aorta ini bisa mempunyai presentasi klinis yang berbeda-beda," ujar Dokter Jantung Spesialis Intervensional Kardiologi dan Vaskular, dr. Suko Adiarto, SpJP(K).
foto: pixabay
2. Diseksi aorta bisa menimbulkan penyakit lain yakni stroke dan gagal ginjal.
"Kalau dia menutup cabang yang ke usus, maka dia akan mengalami sakit perut dan gangguan pencernaan. Sementara kalau menutup ginjal, gejalanya adalah gagal ginjal akut," paparnya.
foto: pixabay
3. Tak hanya itu, diseksi aorta juga bisa menyebabkan gagal jantung akut. Hal itu karena katup yang harusnya memompa dari jantung ke aorta tak bisa kembali.
"Ketika terjadi robekan, katup ini bisa bocor sehingga yang dipompakan ke aorta akan kembali ke jantung. Ini menyebabkan gagal jantung akut," tambahnya.
foto: pixabay
4. Gejala awal yang ditimbulkan ketika seseorang mengalami penyakit ini adalah sesak napas, nyeri punggung.
foto: pixabay
5. Ada banyak penanganan untuk penyakit ini. Salah satunya adalah jalur operasi.
Banyak pasien diseksi aorta yang takut untuk menjalani operasi karena merasa persentase kesembuhannya masih rendah. Namun semakin berkembangnya teknologi, sudah ada cara baru menangani penyakit tersebut. Yakni dengan operasi hybrid.
Suko menjelaskan bahwa operasi ini cukup berbeda dengan operasi jantung lainnya. Mulai dari tindakan diagnostik, intervensi dan pembedahan dilakukan pada saat yang sama, tingkat keamanan dan hasil klinis yang lebih baik, mencegah penundaan tindakan, juga pemulihan yang lebih cepat.
"Operasi jenis ini mempunyai derajat pengawasan intensif yang lebih kompleks, antara lain adanya perubahan klinis yang sering kali tidak berhubungan dengan fungsi organ yang terlibat. Melainkan disebabkan oleh manuver operasi yang dikerjakan sebelumnya. Inilah sebabnya, harus ada komunikasi intensif antara tim ICU dan dokter bedah," tuturnya.
Selain itu, yang membedakan operasi ini dengan lainnya, adalah operasi ini melibatkan banyak ahli, alat yang canggih, dan juga strategi khusus yang harus dilakukan.
"Saat operasi kita melibatkan sekitar 10 staf ahli dalam tindakan pembedahan. Suhu tubuh terlebih dahulu diturunkan hingga 23 celcius, juga diberikan aliran darah tambahan untuk mencegah kerusakan organ saat aliran darah dihentikan," pungkasnya.
foto: pixabay