Brilio.net - Belakangan ini cuaca dan suhu dingin masih melanda sebagian wilayah di Indonesia. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), penyebab suhu udara dingin di musim kemarau ini dipengaruhi oleh angin muson Australia, yakni angin yang membawa udara dingin dari Benua Australia yang melewati daerah khatulistiwa.

Umumnya suhu udara dingin seperti ini akan berlangsung pada bulan Juli sampai September mendatang. Nah, ditengah suhu dingin seperti ini kamu tak boleh abai pada kesehatan. Sebab, di musim dingin seseorang rentan terkena penyakit. Bagaimana tidak, efek udara dingin terhadap tubuh menyebabkan terjadi penurunan suhu tubuh.

Ketika suhu tubuh menurun, secara otomatis tubuh akan bekerja lebih ekstra untuk menghasilkan panas agar suhu tubuh tetap stabil. Selama proses ini, kamu mengalami kehilangan panas tubuh sekaligus terjadinya penyempitan pembuluh darah terutama di daerah ekstremitas seperti kaki dan tangan. Nggak heran jika area ini terasa lebih dingin.

Kondisi seperti ini jika dibiarkan begitu saja dapat meningkatkan risiko hipotermia. Selain hipotermia, ada beberapa penyakit lainnya yang mudah menyerang seseorang di musim dingin. Apa saja penyakitnya? Yuk, simak ulasan lengkap di bawah ini, disadur brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (23/7)

1. Influenza (flu).

penyakit yang diwaspadai saat musim dingin © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

Influenza adalah infeksi virus yang sangat menular sekaligus dapat menyebabkan penyakit ringan hingga parah. Virus influenza termasuk dalam familia Orthomyxoviridae yang terdiri dari empat tipe: A, B, C, dan D. Tipe A serta B adalah yang paling umum menyebabkan epidemi musiman pada manusia.

Penelitian oleh Lowen et al. (2007) yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Pathogens menunjukkan, bahwa penularan virus influenza lebih efisien pada suhu yang tingkat kelembabannya rendah, seperti musim dingin. Nggak heran jika influenza mudah menyerang seseorang di tengah cuaca dingin.

Lebih jauh pada studi tersebut menemukan bahwa pada suhu 5°C, virus influenza bertahan lebih lama di udara dan lebih mudah ditularkan dibandingkan pada suhu 20°C.

Gejala flu biasanya muncul secara tiba-tiba meliputi:
- Demam tinggi (38°C atau lebih)
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan sendi
- Kelelahan ekstrem
- Batuk kering
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau berair

Komplikasi serius dari flu dapat mencakup pneumonia, miokarditis, dan ensefalitis. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), flu menyebabkan 9-45 juta kasus penyakit, 140.000-810.000 rawat inap, dan 12.000-61.000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat.

Vaksinasi flu tahunan adalah strategi pencegahan utama. Sebuah meta-analisis oleh Osterholm et al. (2012) yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases menemukan bahwa vaksin flu memiliki efektivitas rata-rata 59% pada orang dewasa usia 18-65 tahun.

2. Common Cold (pilek).

Pilek umumnya disebabkan oleh rhinovirus, meskipun virus lain seperti coronavirus, RSV, dan parainfluenza juga dapat jadi pemicunya. Berbeda dengan flu, pilek biasanya lebih ringan dan jarang menyebabkan komplikasi serius.

Penelitian oleh Foxman et al. (2015) yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan, bahwa virus pilek bereplikasi lebih efisien pada suhu yang lebih rendah, sehingga ketika musim dingin meningkatkan risiko terkena pilek. Ketika suhu udara menunjukkan angka suhu 33°C (suhu dalam hidung), respons imun bawaan kurang efektif melawan rhinovirus dibandingkan di suhu tubuh 37°C.

Gejala pilek biasanya berkembang secara bertahap, diantaranya:
- Hidung tersumbat atau berair
- Sakit tenggorokan
- Batuk
- Bersin
- Sakit kepala ringan
- Kelelahan ringan

Meskipun tidak ada obat untuk pilek, berbagai perawatan simtomatik dapat membantu meringankan gejala. Sebuah tinjauan sistematis oleh Hemilä dan Chalker (2013) yang diterbitkan dalam Cochrane Database of Systematic Reviews menemukan, bahwa suplemen zinc dapat mengurangi durasi maupun keparahan gejala pilek jika dimulai dalam 24 jam pertama gejala.

3. Pneumonia.

penyakit yang diwaspadai saat musim dingin © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada alveoli (kantung udara) di paru-paru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk bakteri (seperti Streptococcus pneumoniae), virus (seperti influenza), dan jamur (seperti Pneumocystis jirovecii).

Sebuah studi oleh Murdoch et al. (2012) yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine, menemukan bahwa Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling umum pneumonia yang didapat dari komunitas pada orang dewasa, diikuti oleh rhinovirus serta influenza A virus.

Gejala pneumonia dapat bervariasi dari ringan hingga yang mengancam jiwa:
- Batuk dengan dahak yang mungkin berdarah
- Demam tinggi
- Menggigil
- Sesak napas
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk
- Kelelahan
- Kebingungan (terutama pada orang tua)

Pneumonia bisa menyebabkan masalah sangat serius, terutama bagi anak-anak, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Menurut World Health Organization (WHO), pneumonia jadi penyebab utama kematian anak di bawah 5 tahun secara global, menyebabkan 15% dari semua kematian anak-anak di bawah 5 tahun pada 2015. Pencegahan pneumonia termasuk vaksinasi (terutama vaksin pneumokokus maupun influenza). Selain itu pastikan kebersihan tangan yang baik, serta hindari kebiasaan merokok.

4. Seasonal Affective Disorder (SAD).

Selanjutnya penyakit yang perlu diwaspadai di musim dingin, yakni Seasonal Affective Disorder (SAD). SAD merupakan jenis depresi yang terkait dengan perubahan musim, paling sering terjadi di musim dingin. Ini diyakini disebabkan oleh berkurangnya paparan sinar matahari, sehingga dapat mengganggu ritme sirkadian dan produksi melatonin maupun serotonin tubuh.

Sebuah tinjauan oleh Melrose (2015) yang diterbitkan dalam Journal of Depression & Anxiety merangkum bukti terkini tentang SAD. Studi ini mencatat bahwa prevalensi SAD bervariasi secara signifikan berdasarkan garis lintang, dengan tingkat yang lebih tinggi di daerah yang lebih jauh dari khatulistiwa. Artinya orang tinggal di daerah dingin lebih rentan alami sakit ini.

Gejala SAD dapat mencakup:
- Perasaan depresi yang berlangsung hampir sepanjang hari, ataupun setiap hari
- Kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya dinikmati
- Perubahan nafsu makan atau berat badan
- Perubahan pola tidur
- Kelelahan atau kehilangan energi
- Kesulitan berkonsentrasi

Untuk penanganan SAD ini biasanya dilakukan terapi cahaya. Terapi cahaya adalah pengobatan yang efektif untuk SAD. Sebuah meta-analisis oleh Golden et al. (2005) yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry menemukan bahwa terapi cahaya memiliki efek antidepresan yang signifikan pada penderita SAD.

5. Hipotermia.

Selanjutnya ada hipotermia. Hipotermia merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah 35°C (95°F). Hal ini bisa terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya untuk menghasilkan panas. Meskipun paling sering terjadi di lingkungan yang sangat dingin, hipotermia juga bisa terjadi di suhu yang relatif hangat jika seseorang basah kuyup atau terpapar angin kencang.

Ketika suhu tubuh mulai turun, tubuh berusaha mempertahankan panas melalui beberapa mekanisme:

1. Vasokonstriksi

Pembuluh darah di kulit dan ekstremitas menyempit untuk mengurangi aliran darah ke permukaan tubuh, sehingga membantu mempertahankan panas di organ-organ vital.

2. Menggigil

Di mana otot-otot berkontraksi secara cepat untuk menghasilkan panas.

3. Termogenesis non-menggigil

Kondisi di mana tubuh meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan lebih banyak panas.

Penelitian oleh Castellani et al. (2006) yang diterbitkan dalam European Journal of Applied Physiology menjelaskan bahwa respons ini diatur oleh hipotalamus, yang bertindak sebagai termostat tubuh.

Selanjutnya terdapat beberapa tahapan hipotermia, meliputi:

Hipotermia biasanya dibagi menjadi tiga tahap berdasarkan suhu inti tubuh:

- Ringan (32-35°C) yakni menimbulkan beberapa gejala seperti menggigil parah, kesulitan berbicara, kebingungan ringan.

- Sedang (28-32°C), di mana kondisi tubuh tidak mengigil lagi. Tetapi kebingungan makin meningkat, serta detak jantung maupun pernapasan melambat.

- Berat (<28°C), tahap paling parah yakni seseorang bisa kehilangan kesadaran, detak jantung sangat lemah, risiko tinggi fibrilasi ventrikel.

Tips menjaga kesehatan di tengah cuaca dingin

penyakit yang diwaspadai saat musim dingin © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

1. Kenakan pakaian tebal yang dapat menjaga suhu tubuh dengan menurunkan kecepatan pengeluaran panas. Bagian tubuh yang sering kali kehilangan panas tubuh adalah kepala, tangan, dan kaki.

2. Menjaga kelembapan udara di dalam ruangan.

3. Rutin olahraga.

4. Konsumsi makanan maupun minuman hangat.

5. Istirahat yang cukup.

6. Jangan lupa gunakan pelembab serta sunscreen ketika berada di luar ruangan.

7. Konsumsi multivitamin.