Brilio.net - Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), adalah kondisi kesehatan mental kronis yang melibatkan obsesi, kompulsi, atau keduanya. Sehingga menyebabkan penderitanya merasa perlu melakukan tindakan yang bahkan tidak diinginkan secara berulang-ulang.

Seseorang yang menderita OCD, akan merasa cemas, takut, hingga tak sadarkan diri jika sesuatu hal yang diinginkan nggak dilakukan. Para penderita OCD kemudian akan bertindak atas dorongan atau paksaan yang tidak diinginkan tersebut untuk membantu meringankan pikiran obsesif.

Seseorang yang hidup dengan OCD akan memperumit kegiatan keseharian dan mengganggu kehidupan sehari-hari. OCD secara umum nggak akan hilang dengan sendirinya namun, yang perlu kamu lakukan adalah berobat ke dokter supaya OCD dapat teratasi dan nggak mengganggu aktivitasmu.

OCD juga nggak datang dengan sendirinya, yang perlu diketahui bahwa OCD juga memiliki penyebab dan gejalanya. Berikut dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, kenali gejala dan penyebabnya OCD pada Selasa (8/3).

Gejala OCD.

OCD adalah  2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

OCD biasanya nggak terjadi secara bersamaan atau sekaligus. Gejalanya dimulai dari yang kecil sehingga bagi seseorang yang kurang paham maka akan menganggap itu normal.

Penderita OCD dapat dipicu oleh krisis pribadi, pelecehan atau sesuatu hal negatif yang dapat mempengaruhi kamu. Dilansir dari webMD, berikut ini gejala dari OCD.

1. Takut kuman atau kotoran.

Bagi penderita OCD mungkin akan takut untuk menyentuh hal-hal yang telah disentuh oleh orang lain. Seperti halnya gagang pintu, atau mungkin kamu nggak menyukai berjabat tangan dan berpelukan.

2.Segala sesuatu harus berjalan sempurna, tanpa ada kesalahan kecil.

Penderita OCD akan merasa stres jika benda-benda tidak pada tempatnya. Sangat sulit untuk kamu meninggalkan rumah sampai kamu mengatur segalanya dengan cara tertentu.

3. Takut menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Saat penderita OCD memikirkan sesuatu yang sama sekali berbeda, kamu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

4. Keraguan atau ketakutan yang berlebihan untuk membuat kesalahan.

Penderita OCD akan membutuhkan dorongan atau kepastian terus-menerus dari orang lain bahwa apa yang dilakukan benar atau baik.

5. Takut malu.

Seseorang akan takut meneriakkan kata-kata makian di depan umum atau berperilaku buruk dalam situasi sosial.

6. Mencuci atau membersihkan.

Seseorang penderita OCD akan melakukan cuci tangan atau mandi secara berulang-ulang.

7. Memeriksa.

Memeriksa berulang kali untuk memastikan peralatan dapur atau pintu terkunci saat kamu pergi.

8. Menghitung.

Penderita akan mengucapkan angka dalam pola tertentu dengan suara yang keras atau kepada diri sendiri.

9. Mengumpulkan atau menimbun.

Biasanya penderita OCD akan mengumpulkan barang-barang yang nggak digunakan atau dibutuhkan, karena kamu nggak bisa mencegah atau berhenti membeli lebih banyak.

Penyebab OCD.

OCD adalah  2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

OCD dapat dialami oleh siapa saja baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang mengalami OCD. Berikut ini faktor penyebab dari adanya gangguan obsesif kompulsif.

1. Memiliki anggota keluarga dekat dengan OCD, maka akan menjadi sebuah peluang tinggi untuk mengalami gangguan tersebut.

2. Perkembangan dan gangguan yang tidak teratur di area otak.

3. Gangguan obsesif kompulsif salah satunya disebabkan karena pernah mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan.

4. Mengalami infeksi.

5. Cedera di kepala.

6. Depresi dan kecemasan.

7. Riwayat pelecehan fisik atau seksual sebagai seorang anak.

Cara pengobatan OCD.

OCD adalah  2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

Mengobati gangguan obsesif kompulsif adalah salah satu langkah yang baik untuk mengeksplorasi pilihan pengobatan yang bermanfaat. Dilansir dari healthline, berikut ini cara pengobatan dari OCD.

1. Terapi.

Terapi menjadi salah satu bagian dari pendekatan gabungan untuk pengobatan OCD. Pendekatan terapi yang direkomendasikan untuk penderita OCD, seperti berikut ini.

- Terapi perilaku kognitif (CBT), CBT dapat membantu belajar mengidentifikasi dan membingkai ulang pola pikiran dan perilaku yang tidak diinginkan atau negatif.

- Pencegahan paparan dan respons (ERP), adalah jenis CBT yang melibatkan paparan bertahap terhadap situasi yang ditakuti, atau kekhawatiran pada akar obsesi atau kompulsif. Tujuan ERP untuk belajar mengelola penyebab obsesi tertekan tanpa terlibat dalam perilaku kompulsif.

- Terapi kognitif berbasis kesadaran, ini melibatkan belajar keterampilan perhatian untuk mengatasi kesusahan yang dipicu oleh pikiran obsesif.

2. Pendekatan lain.

Pendekatan lain juga mendukung stimulasi otak untuk gejala OCD, di antaranya sebagai berikut.

- Stimulasi otak dalam, melibatkan pengirimanrangsangan listrik, langsung ke area otak yang terkait dengan OCD, melalui elektroda tipis. Prosedur ini memerlukan pembedahan, jadi tim perawatan Anda kemungkinan hanya akan merekomendasikannya untuk gejala yang sangat parah yang tidak membaik dengan perawatan lain.

- Stimulasi magnetik transkranial, melibatkan rangsangan magnetik, dikirim ke otak melalui kumparan magnet. Para ahli percaya bahwa pulsa magnetik membantu meringankan gejala OCD dengan merangsang area otak.