Brilio.net - Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia, melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada 3-6 September 2024, yang disebut-sebut sebagai perjalanan terpanjangnya. Meskipun usianya tak lagi muda dan memiliki riwayat kesehatan kurang baik, Paus tetap aktif menjalankan tugasnya.

Sejak 2022, ia harus menggunakan kursi roda karena mengalami masalah pada lututnya. Selama kunjungan ke Indonesia ini, Vatikan menyampaikan bahwa Paus didampingi oleh dokter pribadi dan dua perawat. Masalah kesehatan pernah menyebabkan Paus Fransiskus absen dari beberapa agenda penting. Menurut laporan reuters.com, Paus telah lama mengalami linu panggul, yaitu kondisi saraf kronis yang menimbulkan nyeri di punggung, pinggul, dan kaki.

Perlu diketahui, nyeri kronis berbeda dari nyeri akut yang umumnya berlangsung hanya dalam waktu singkat. Nyeri kronis bisa bertahan lebih dari tiga bulan dan bisa muncul tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini sering kali mengganggu kegiatan sehari-hari, tidur, dan kesehatan mental.

Sebenarnya seperti apa sih nyeri kronis itu? Kamu pun perlu tahu penjelasannya, penyebab, gejala, sekaligus pencegahannya. Simak ulasannya yang telah brilio.net himpun dari berbagai sumber pada Kamis (5/9).

Penyebab nyeri kronis.

Paus Fransiskus alami nyeri kronis dari berbagai sumber

foto: freepik.com/jcomp

Nyeri kronis bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Journal of Pain Research "Chronic Pain: An Overview of Recent Advances in Understanding and Management" (2021), penyebab utama nyeri kronis termasuk cedera, penyakit kronis, dan gangguan sistem saraf. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan nyeri kronis adalah arthritis, fibromyalgia, dan neuropati.

Arthritis adalah peradangan sendi yang dapat menyebabkan rasa sakit berkepanjangan dan kekakuan. Lalu Fibromyalgia dapat menyebabkan nyeri di seluruh tubuh disertai kelelahan dan gangguan tidur.

Selain itu, nyeri kronis juga bisa terjadi akibat cedera yang tidak sembuh dengan baik atau peradangan yang berlangsung lama. Dalam beberapa kasus, nyeri muncul tanpa penyebab jelas, yang disebut nyeri idiopatik. Kemudian gangguan sistem saraf, seperti kerusakan pada saraf akibat diabetes atau infeksi, juga dapat menyebabkan nyeri kronis.

Gejala nyeri kronis.

Paus Fransiskus alami nyeri kronis dari berbagai sumber

foto: freepik.com/luis_molinero

Gejala nyeri kronis bervariasi dan bisa sangat mengganggu. Berdasarkan American Journal of Physical Medicine and Rehabilitation "Management of Chronic Pain: A Comprehensive Review" (2022), gejala umum dari nyeri kronis meliputi rasa sakit yang menetap, ketidaknyamanan tidak kunjung hilang, dan gangguan tidur.

Penderita nyeri kronis mungkin merasakan nyeri yang tajam, terbakar, atau nyeri secara terus-menerus. Gejala ini sering kali tidak hanya memengaruhi tubuh, tetapi juga kondisi mental dan emosional.

Selain nyeri fisik, penderita nyeri kronis juga bisa mengalami kelelahan, depresi, dan kecemasan. Kelelahan bisa terjadi karena tidur yang terganggu akibat nyeri, sedangkan depresi dan kecemasan merupakan respons terhadap rasa sakit yang berkepanjangan dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Lalu kesehatan mental dan fisik sendiri saling berkaitan, sehingga penting untuk mengatasi kedua aspek ini secara bersamaan.

Pencegahan nyeri kronis.

Paus Fransiskus alami nyeri kronis dari berbagai sumber

foto: freepik.com/lucigerma

Pencegahan nyeri kronis melibatkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Menurut Clinical Journal of Pain "Preventive Strategies for Chronic Pain: Evidence-Based Approaches" (2023), langkah-langkah pencegahannya yang efektif mencakup gaya hidup sehat, pengelolaan stres, dan perawatan medis yang tepat.

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah nyeri kronis antara lain:

1. Menjaga berat badan ideal.

Berat badan yang berlebih dapat memberikan tekanan tambahan pada sendi dan meningkatkan risiko nyeri kronis, terutama pada kondisi seperti arthritis. Nah, mengatur pola makan yang sehat dan berolahraga secara teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal.

2. Berolahraga secara teratur.

Aktivitas fisik yang teratur dapat memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas, dan mengurangi risiko cedera. Latihan seperti yoga atau pilates juga dapat membantu mengurangi ketegangan otot sekaligus meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

3. Menghindari aktivitas yang berisiko cedera.

Mengenali dan menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan cedera atau memperburuk kondisi yang ada sangat penting. Saat beraktivitas yeng berisiko misalnya, penting untuk menggunakan pelindung.

4. Teknik relaksasi dan pengelolaan stres.

Stres dapat memperburuk nyeri kronis. Teknik relaksasi seperti meditasi, latihan pernapasan, dan terapi fisik dapat membantu mengelola stres dan mengurangi rasa sakit.

5. Konsultasi medis dan perawatan.

Mendapatkan konsultasi medis yang tepat dan mengikuti rencana pengobatan menurut saran dokter sangatlah penting. Perawatan medis dapat mencakup penggunaan obat pereda nyeri, terapi fisik, dan intervensi medis lainnya sesuai kebutuhan.